Orlena mengamati private lift yang memiliki desain yang mewah. Dengan banyaknya ornamen berwarna emas membuat lift itu tampak berkelas. Memikirkan dirinya akan bertemu dengan Max, membuat api kebencian semakin terbakar dalam dirinya. Rencana balas dendamnya pada Max sudah menjadi blueprint dalam pikirannya.
Kamu akan merasakan pembalasan dariku, Pria Brengsek. Bahkan pembalasan itu akan lebih menyakitkan berkali-kali lipat dibandingkan yang kamu berikan padaku. Tekad Orlena dalam hati.
Mendengar suara pintu lift terbuka, perhatian Orlena pun tertuju pada pemandangan apartemen mewah milik Max. Wanita itu melangkah keluar dari lift. Seorang pria asing berjalan menghampiri Orlena.
“Selamat siang, Nona. Saya adalah Altherr Caspari. Saya adalah sekretaris Tuan Steltzer.” Pria itu mengulurkan tangannya.
Wanita yang saat ini mengenakan blouse biru muda dengan rok putih itu membalas uluran tangan Altherr. “Saya adalah Orly. Lalu di mana Tuan Steltzer? Kenapa aku tidak melihat dia?”
Sejak Orlena masuk dan melihat sekeliling apartemen, dia tidak menemukan keberadaan Max.
“Tuan Steltzer berada di atas. Setelah saya menjelaskan mengenai kontrak dan juga anda selesai menandatanganinya, anda bisa menemui Tuan Steltzer di kamarnya. Kalau begitu ikut dengan saya, Nona Orly. saya sudah mempersiapkan kontraknya.” Ucap Altherr berjalan menuju ruang kerja milik Max.
Setelah melewati pintu yang tidak jauh dari pintu masuk, Orlena bisa melihat ruang kerja dengan desain minimalis dan didominasi oleh warna putih. Kemudian Wanita itu bisa melihat Altherr menghampiri kursi besar di belakang meja. Dia juga mempersilahkan Orlena untuk duduk di kursi di hadapaannya.
“Jadi sebelum anda menandatangani kontrak ini, saya akan menjelaskan garis besarnya. Kontrak ini menyebutkan anda akan bekerja untuk Tuan Steltzer selama satu bulan. Anda akan dianggap sebagai karyawan, hanya saja pekerjaan yang kamu lakukan berbeda. Karena kontrak ini bersifat rahasia, karena itu saya memperingatkan jika anda berani membocorkan informasi yang anda dapatkan, maka anda akan dituntut sepuluh kali lipat.”
Seketika mata Orlena melotot kaget. “Sepuluh kali lipat? Apakah kamu mau memerasku?”
“Anda akan aman-aman saja selama menjaga rahasia ini, Nona.”
Sial. Artinya aku tidak bisa menyebarkan hal buruk mengenai Max. Tapi mungkin saja aku bisa menggunakan rahasia ini untuk melakukan cara balas dendam lainnya. Pikir Orlena dalam hati.
Orlena menganggukkan kepalanya. “Baiklah. aku menerimanya selama biaya yang kamu bayarkan sesuai.”
“Kalau begitu, silahkan tanda tangan di sini, Nona.” Altherr menyodorkan dokumen itu beserta pena.
Orlena mengambil pena itu dan menandatangai di bagian yang ditunjuk oleh Altherr. Setelah selesai tanda tangan, pria itu mengambil kembali dokumen itu.
“Terima kasih, Nona. Anda sudah bersedia tanda tangan. Dan sekarang saja akan menejelaskan tugas anda. Tuan Steltzer mempekerjakan anda sebagai ‘Pen-stabil’.”
Orlena memicingkan matanya. “Pen-stabil? Apa itu? Aku belum pernah mendengarnya.”
“Apakah anda ingat semalam anda bertemu dengan Rey?”
Wanita itu menganggukkan kepalanya. “Ya, aku ingat. Tapi dia sangatlah aneh.”
“Berapa menit saat anda bertemu dengan Rey sampai dia jatuh pingsan.”
Orlena berusaha mengingatnya. “Aku tidak ingat tepatnya. Mungkin sepuluh sampai lima belas menit.”
“Itu adalah sebuah keajaiban Rey bisa menghilang secepat itu.”
“Apa maksudmu? Aku masih tidak mengerti dengan semua ini.” Orlena menggelengkan kepalanya.
“Pria bernama Rey yang anda temui semalam adalah orang yang sama dengan Tuan Steltzer. Dia adalah salah satu kepribadian dalam diri Tuan Steltzer.”
“Kepribadian?” Orlena memicingkan mata menatap pria itu.
“Benar, Nona. Penjelasannya adalah karena Tuan Steltzer mengalami gangguan mental bernama kepribadian ganda. Dia tidak hanya memiliki satu kepribadian saja. Tapi Yang paling menyusahkan adalah kepribadian Rey. Karena anda berhasil menyingkirkan dia dalam beberapa menit saja, karena itulah tugas anda sebagai Pen-stabil sangat penting.”
Orlena mendengus sinis. “Apa kamu sedang berusaha mempermainkanku?”
“Saya tahu ini sulit dipercaya. Jika anda naik ke atas ke kamar Tuan Steltzer, maka anda bisa melihatnya sendiri.” Altherr menawarkan kesempatan itu pada Orlena.
“Baiklah, aku akan melihatnya sendiri.”
Orlena berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan itu. Setelah keluar, dia berjalan menghampiri tangga dan menaikinya menuju lantai dua. Dia masih memikirkan penjelasan Altherr.
Kepribadian ganda? Bukankah itu hanya ada di film atau drama saja? Gumam Orlena dalam hati.
Orlena menghampiri sebuah pintu dan membukanya. Dia melihat kamar itu tidak ada satu orangpun di dalamnya. Wanita itu hendak menutupnya. Tapi sebuah suara menghentikannya. Orlena menajamkan pendengarannya. Dia mendengar suara seseorang menangis. Kemudian wanita itu masuk ke dalam dan berjalan menghampiri kamar mandi di mana suara itu berasal.
Saat membuka pintu kamar mandi itu, Orlena bisa melihat bayangan di dalam bathtub. Karena ruangan gelap sehingga wanita itu tidak bisa siapa di sana.
Setelah menyalakan lampu, barulah Orlena bisa melihat Max duduk di dalam bathtub dengan masih mengenakan pakaian. Bahunya bergetar karena menangis.
“Max, apa kamu menangis?” tanya Orlena mendekati bathtub itu.
Pria itu menoleh memperlihatkan wajah penuh dengan air mata. “Aku bukan Max. Aku adalah Mia.”
***
Mia? Bukan Max dan juga bukan Rey. Tapi Mia? heran Orlena dalam hati saat mendengar jawaban dari pria itu.Akhirnya wanita itu berjalan menghampiri bathtub. Dia berlutut di samping bathtub. Dia bisa melihat Max menatapnya dengan mata berlinang dan bahunya yang masih gemetar. Kemudian Orlena mengulurkan kedua tangannya menyentuh bahu Max. Wanita itu mengguncangkan tubuh pria itu.“Dasar Menyebalkan!!! Sampai kapan kamu mau mempermainkanku, HUH? Kamu pikir dengan berpura-pura menjadi gadis cengeng bisa membuatku percaya? Dasar Pria aneh.” Omel Orlena yang berpikir Max sedang bersandiwara.Setelah puas mengguncangkan tubuh pria itu, Orlena menghentikannya untuk melihat reaksi Max. Pria itu memasang ekspresi sedih sebelum akhirnya kembali menangis keras. Bahkan karena terlalu keras membuat Orlena harus menutup kedua telinga dengan tangannya.“MIA BUKAN PRIA ANEH!!! PADAHAL MIA TIDAK MENYAKITI KAKAK, TAPI KENAPA KAKAK JAHAT PADA MIA. HUAA…..”Orlena bisa melihat Max terlihat seperti gadis
“Sayangnya aku bukan Mia, Nona cantik.” Orlena memicingkan matanya. “Kamu bukan Mia. Dan aku juga yakin kamu bukan Max. Jadi siapa kamu?” Pria beranjak naik sehingga sekarang wajahnya tepat berada di atas wajah Orlena. Tatapan mereka saling bertaut. Meskipun wajah pria di hadapannya adalah milik Max, tapi Orlena bisa merasakan hal yang berbeda dari cara pria itu menatap dirinya. Karena Orlena pernah berada di posisi yang sama seperti itu bersama dengan Rey, Orlena yakin pria di hadapannya ini bukanlah Rey. Pasalnya Rey memiliki tatapan yang sangat tajam dan juga dia sangat kasar. Sedangkan pria di hadapannya saat ini memiliki tatapan yang nakal. Orlena sudah banyak menghadapi banyak tipe pria. Wanita itu mengenali pria seperti apa dengan tatapan seperti yang dilihatnya. Pria yang sering menggoda banyak wanita. Jari telunjuk Max menyusuri garis bibir Orlena. “Aku akan memberitahumu siapa aku setelah kamu melakukan sex denganku.” Orlena tersenyum sinis. “Sex? Itu adalah perkara mud
Alarm di ponsel membuat tidur Max terganggu. Perlahan pria itu membuka matanya. Dia perlu beradaptasi dengan sinar matahari pagi yang sudah menerangi kamarnya. Kemudian pria itu mengulurkan satu tangannya untuk meraih ponselnya. Setelah mendapatkan smartphone di tangannya, Max langsung mematikan alarmnya. Dia bisa melihat jam sudah menunjukkan jam enam pagi.Tiba-tiba Max merasakan ada yang bergerak di sampingnya. Dia bahkan bisa mendengar suara seorang wanita mengerang karena tidurnya terusik. Saat Max menleh ke samping, betapa terkejutnya pria itu saat melihat Orlena berbaring di atas lengannya. Dan yang membuat Max semakin terkejut adalah wanita itu sama sekali tidak mengenakan apapun. Dia hanya menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut. “Sial. Apa yang sebenarnya terjadi semalam?” tentu saja Max tidak bisa mengingat apapun karena bukan dirinya yang menguasai tubuhnya semalam.“Yang terjadi semalam adalah kita melakukan sex.”Suara itu sontak membuat Max terkejut. Bahkan karena t
Orlena duduk di depan komputer dengan tatapan bosan. Sudah sangat lama Orlena tidak menggunakan komputer. Sehingga ketika Arthur menyuruhnya untuk memasukkan beberapa data, Orlena tidak bisa mengerjakan dengan cepat. Wanita itu menguap untuk kesekian kalinya. Semalam dia berhubungan sex dengan Troy hingga jam tiga pagi. Sehingga Orlena kurang tidur. Dan ketika jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, wanita itu tidak bisa lagi menahan kantuknya. Orlena menelungkupkan kepalanya di atas meja dan menjadikan kedua tangannya sebagai bantal. Dalam sekejap wanita itu sudah beralih ke alam mimpi.Di ruang kerjanya, Max sedang memeriksa hasil penjualan makanan yang diproduksi oleh Kimo. Pria itu terlihat begitu serius membaca seiap angka dengan teliti. Bulan kemarin perusahaan kimo sedang dilanda masalah mengenai perusahaan lain yang meniru produk mie instan buatan kimo sehingga berbuntut pada kasus hukum. Tapi melihat penjualan bulan ini, tampaknya ada peningkatan yang signifikan. Membua
Max yang sedang menyantap makan siangnya, menyentuh bibirnya. Dia ingat bagaimana ciuman Orlena nyaris menghancurkan akal sehatnya. Padahal selama ini dia ahli dalam hal menahan diri. Tapi dia tidak bisa melakukannya saat bersama dengan Orlena. Seakan wanita itu memiliki feromon yang mampu memikat dirinya. Max menggelengkan kepalanya dengan keras berusaha untuk menyingkirkan Orlena dari kepalanya. Saat dia hendak melanjutkan makannya, tiba-tiba ponselnya berdering. Pria itu meletakkan sendok di atas kotak makanannya. Kemudian dia mengambil smartphone yang tergeletak di atas meja. Dia bisa melihat nama ‘Esmee’ muncul di layar smartphone lipat miliknya.“Ada apa, Esmee?” tanya Max menyapa wanita itu setelah menggeser tombol hijau menerima panggilan itu.“Apakah aku mengganggu pekerjaanmu, Max?” tanya Esmee dengan ragu.“Tidak, aku sedang menikmati makan siangku. Jadi kamu sama sekali tidak mengganggu. Apakah ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan, Esmee?” Max yakin ada hal penting yang
“Bagaimana bisa dia pergi tanpa membaca ponselnya?” heran Orlena menatap smartphone Max yang ada di tangannya. Saat ini wanita itu sedang berada di dalam lift yang mengarah ke apartemen Max bersama dengan Altherr yang berdiri di sampingnya. “Sepertinya Mr. Steltzer kembali berubah.”Orlena menoleh menatap pria itu sembari memicingkan matanya. “Berubah? Maksudmu dia menjadi pribadi yang lain lagi?”Altherr menganggukkan kepalanya. “Ya, seperti itulah. Mungkin dia terlalu memikirkan sesuatu. Apakah kamu tidak melihat hal janggal padanya saat makan siang tadi? ”“Makan siang? Tapi aku makan siang sendiri. Dia meminta seseorang untuk mengantarkan makan siang untukku.”“Jadi kamu dan Mr. Steltzer tidak makan siang bersama?” Altherr terkejutt mendengarnya.Orlena menganggukkan kepalanya. “Ya, kami tidak makan bersama.”“Aneh, padahal tadi Mr. Steltzer mengatakan jika dia ingin makasn siang denganmu. Apa yang membuat dia berubah pikiran?”Yang membuat dia berubah pikiran adalah karena aku m
Mulut Orlena terbuka tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Pasalnya Max yang dilihatnya saat ini terlihat sangat berbeda dari Max yang diketahui olehnya. Saat ini Max mengenakan gaun dengan model kemben berwarna hitam dengan bagian bawah melebar layaknya rok balerina. Dan yang membuat Orlena semakin terkejut adalah pria itu mengenakan wig berwarna pink. Tidak hanya itu Max mencukur jambangnya membuat kulit wajahnya menjadi bersih dan ditambahi make up lengkap dengan lipstik berwarna gelap. Jika saja Altherr tidak memberitahu Orlena jika orang yang duduk di depan meja bar itu adalah Max, maka Orlena akan berpikir jika dia adalah wanita cantik yang sedang mengunjungi bar. Tapi melihat sekelilingnya di mana Orlena hanya satu-satunya pengunjung, maka wanita itu sadar jika ini adalah bar khusus gay.“Jean.” Panggil Alther.Saat Max menoleh ke arah sekretarisnya, dia bisa melihat pria itu tampak tidak suka melihat Altherr. “Oh, jadi kamu sudah menemukanku, Altherr?”Jean? Artiny
Orlena terperangah saat Jean melompat ke arah Russel dan memeluknya. Tidak hanya wanita itu yang terkejut melihatnya. Altherr dan juga Russel yang berusaha membebaskan diri dari pelukan Jean pun ikut terkejut.“Pria menggemaskan, maukah kamu bermain denganku? Kamu adalah tipe idealku. Tampan, menggemaskan, dan imut. Rasanya aku ingin memakanmu.” Jean memanyunkan bibirnya untuk mencium Russel. Dengan susah payah Russel menjauhkan wajahnya dari jangkauan Jean. Bahkan pria Asia itu mendorong bibir Jean dengan tangannya. Kedua tangan Jean yang melingkar di pinggangnya terasa sangat kencang. Sehingga Russel kesulitan untuk melepaskan diri.“Sayangnya aku tidak mau, Brengsek. Aku sudah punya pacar.”Jean menggelengkan kepalanya. “Tidak masalah jika kamu sudah punya pacar. Aku pasti jauh lebih hebat dari pacarmu. Aku bisa memuaskanmu, Sayangku.”Russel menggeleng-gelengkan kepalanya. “Aku tidak mau. Orly, tolong aku, please...” Tatapan pria itu tertuju pada sahabatnya.Orly tersadar dari ra