Share

Jejak Cinta dari Berlin ke Christchurch
Jejak Cinta dari Berlin ke Christchurch
Penulis: Myana

Morning Tea dan Kabar Baru

Penulis: Myana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-13 10:03:49

Pagi itu kamar Nadya masih remang, tirai jendela menahan cahaya matahari yang perlahan merambat masuk. Denting alarm dari handphone di meja kecil di samping ranjang berulang kali berbunyi, membuat Nadya menggeliat pelan di balik selimut. Dengan mata setengah terpejam, ia meraih ponsel itu dan menekan tombol berhenti.

Ia duduk sejenak di tepi ranjang, menarik napas panjang, lalu tersenyum kecil meski rasa kantuk masih menempel. Perlahan ia bangkit menuju kamar mandi.

Nadya bekerja paruh waktu di Motel, sudah hampir satu tahun dia bekerja sebagai housekeeper, dia juga adalah mahasiswa magister (S2) fakultas Ekonomi di University of Canterbury, Christchurch New Zealand.

Nadya memiliki Student Visa, ia bisa bekerja maximum dua puluh jam per minggu. Alhasil dia memilih untuk bekerja, walaupun beasiswa nya menanggung biaya kuliah dan biaya hidup nya selama di New Zealand, ia ingin bekerja agar mendapatkan uang lebih banyak untuk di kirim ke ibu dan adik nya di Jakarta.

Setelah mandi dan sarapan, Nadya bergegas menaiki sepeda nya untuk bekerja, hal yang biasa dia lakukan karena memang jarak dari Rumah kost nya ke motel hanya sekitar dua kilo meter.

Di jalan-jalan kota, deretan pohon sakura mekar serentak, memenuhi udara dengan warna merah muda pucat dan putih yang berayun pelan setiap kali angin bertiup. Kelopak bunga jatuh perlahan, menari di udara sebelum mendarat di trotoar, membentuk lapisan lembut seperti karpet merah muda di sepanjang jalan.

Orang-orang berjalan dengan jaket tipis, beberapa membawa kopi hangat di tangan, menoleh ke atas untuk menikmati keindahan bunga sakura yang hampir menutupi langit. Anak-anak berlari mengejar kelopak yang terbang, tertawa, dan mengumpulkan bunga yang jatuh untuk dijadikan hiasan di rambut mereka.

Tiba di motel, Nadya langsung pergi menuju ruang laundry. Disana ia melihat teman kerjanya Naoko yang sedang mempersiapkan perlengkapan seperti lap-lap bersih, beberapa cairan pembersih serta vacuum cleaner.

Naoko yang menyadari kehadiran Nadya langsung tersenyum ramah.

“Ohayo (selamat pagi) Nadya”

"Ohayo Naoko” balas Nadya pada teman kerja nya yang merupakan wanita berkewarganegaraan Jepang.

Naoko merupakan mahasiswa program doktor (S3) di kampus yang sama dengan Nadya.

“Apa Charlie ada di office Naoko? Kemarin dia kirim pesan ke aku, kata nya hari ini cukup sibuk, karena ada team kriket yang pesan beberapa kamar untuk para pemain. Beruntung hari ini aku lagi gak ada kuliah jadi bisa kerja”.

“sepuluh menit yang lalu saat aku datang sih dia belum ada di office, coba tolong kamu check lagi kesana supaya kita bisa langsung bekerja. Seems that it will be a hard day” tawa naoko.

"I Think yeah” kekeh nadya.

"Hi Ladies, how's it going?”

Sapa Charlie yang tiba tiba sudah ada di belakang mereka

“Great” jawab Nadya dan Naoko.

"Oh ya sebelum nya aku sudah Text kalian bahwa hari ini cukup busy karena ada sepuluh kamar yang harus kalian bersihkan, that's why I want you guys work together, supaya bisa cepat selasai karena tim kriket itu akan datang pukul dua belas siang”.

Dengan kompak Nadya & Naoko segera membersihkan kamar-kamar yang akan di pakai oleh tamu. Nadya sangat menikmati bekerja di Motel milik Charlie, Motel ini memiliki dua puluh lima kamar dengan halaman serta tempat parkir yang cukup luas.

Charlie adalah laki laki berusia hampir enam puluh tahun, tapi meskipun begitu fisiknya masih kuat dan bisa melakukan banyak hal, bahkan terkadang jika terlalu banyak kamar yang harus di bersihkan dia sering membantu para pekerja untuk membersihkan kamar dan halaman motel.

Charlie memiliki perawakan tubuh yang tinggi dan tegap serta rambut pirang khas bule, Ia sangat ramah dan bahkan jika Nadya melakukan kesalahan pun dia hanya akan memperingati untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dan setelah nya pria itu tidak akan mengungkit kesalahan nya lagi dan Nadya sangat menyukai itu, Charlie juga bukan lah orang yang bossy dan terkadang dia juga sering menanyakan kabar tentang keluarga dan kuliah nya, membuat Nadya seperti mendapatkan sosok ayah dari figur laki laki tersebut.

“Naoko bagaimana jika kita bagi bagi tugas saja, aku bersihkan kamar mandi dan pasang sprei, kamu bisa meng handle kitchen, bersihkan kaca & Vacum” Ucap Nadya sebelum memulai bekerja.

"Arigato ne, you're a good girl” balas Naoko.

Naoko tahu Nadya memilih tugas tersebut karena Naoko pernah cidera punggung, gadis itu pasti mengkhawatirkan nya.

“Tapi jika kamu lelah, let me know ok kita bisa gantian ko Nad”.

"ok Ganbatte!” (semangat!). Nadya tersenyum sambil mengepalkan tangan nya.

Terkadang Nadya berbicara dalam bahasa Jepang pada Naoko karena dia sedikit tahu dari beberapa dorama yang pernah dia tonton.

Dua jam berlalu, masih menyisakan empat kamar yang harus di bersihkan.

“All good?” tanya Charlie yang datang menghampiri mereka,

"I think everything is good, mungkin akan selesai sekitar 1 jam lagi”. ujar Naoko yang sedang mencuci piring.

"But it's time to morning tea, kalian istirahat saja dulu sekitar lima belas menit. Aku sudah sediakan cokelat hangat, teh dan cookies untuk kalian”.

Morning tea di New Zealand adalah kebiasaan sosial yang cukup umum dan berakar dalam budaya kerja serta kehidupan sehari-hari masyarakat di sana. Meskipun terdengar seperti hanya minum teh di pagi hari, sebenarnya morning tea lebih dari itu.

Morning Tea merujuk pada istirahat singkat di pertengahan pagi, biasanya sekitar pukul 10.00 -10.30 pagi di mana orang-orang akan berhenti dari pekerjaan mereka untuk minum teh, kopi, dan menikmati cemilan ringan.

"Well jika kamu memaksa, ok deh” kekeh Nadya.

“Sebenar nya jika kalian tidak mau, tidak apa - apa sih, aku juga tidak akan memaksa” kekeh Charlie.

"Oh ya, lusa anak ku akan datang dari Jerman. Aku meminta nya untuk tinggal di sini untuk membantu ku mengurus motel ini karena terkadang aku harus pergi ke luar kota dan kebetulan dia juga akan meneruskan S3 di kampus yang sama dengan kalian”. Ujar Charlie membuka percakapan di jam istirahat mereka.

"Bagaimana dengan pekerjaan nya di Jerman?” tanya Nadya antusias, karena seingat Nadya, Charlie pernah bilang bahwa anak nya itu bekerja di sebuah perusahaan di Jerman.

"Dia masih akan bekerja di Perusahaan tersebut secara remote”

Mantan istri Charlie adalah wanita berkewarganegaraan Jerman, setelah bercerai mantan istrinya membawa anak mereka untuk tinggal bersamanya di Jerman, bahkan mantan istri nya itu juga sempat menikah lagi tapi kemudian Kembali hidup sendiri karena suaminya meninggal. Mereka pun masih berhubungan baik satu sama lain. Dan Charlie ia belum menikah lagi hingga saat ini. Karena usia nya yang semakin tua, ia meminta Sam untuk kembali ke New Zealand untuk membantu usaha motel nya dan tanpa ia sangka Sam menyetujuinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jejak Cinta dari Berlin ke Christchurch   Hidup Yang Lengkap

    Sam berjalan cepat mengikuti perawat menuju ruang perawatan. Jantungnya berdegup kencang, rasa lega bercampur haru membuat langkahnya sedikit gemetar. Begitu pintu kamar dibuka, pandangannya langsung tertuju pada sosok Nadya yang menggendong seorang bayi mungil yang terbungkus selimut putih.Wajah Nadya lelah namun penuh senyum. Sam menghampiri Nadya, Charlie mengikuti dari belakang. Sam duduk di samping ranjang, tangannya mengelus wajah Nadya. Sementara Charlie berdiri di samping ranjang.“Are you ok Nad? “ ucap Sam lembut“Yes I’m ok” Nadya tersenyum lemah.“Terima kasih, sayang…” ucap Sam dengan suara bergetar. “Kamu luar biasa.”Nadya menoleh, menatap Sam dengan mata yang lelah namun penuh cinta. “Dia sehat, Sam… anak kita.” Suaranya pelan, hampir berbisik.Charlie tak kuasa menahan senyum lebarnya, Matanya terfokus pada cucu pertamanya yang mungil itu. Ia menunduk sedikit, lalu menyentuh lembut kepala sang bayi.“Selamat datang ke dunia, Nak…” katanya lirih, penuh haru. “Kamu mem

  • Jejak Cinta dari Berlin ke Christchurch   Detik-detik Menjadi Ayah

    Malam itu Nadya merasakan sakit di bagian perutnya, awalnya ia berusaha untuk menahan rasa sakit tersebut, menurut perhitungan dokter kandungannya tiga minggu lagi dia baru akan melahirkan. Tapi kenapa lama- lama rasa sakit itu semakin intens, keringat di dahinya mulai bermunculan. Nadya memegang tangan Sam yang melingkar di perutnya, ia pun langsung membangunkan Sam dari tidurnya.“Sam… bangun. Tolong sepertinya aku akan melahirkan “ ucap Nadya sambil memegang bahu Sam.Sam terbangun, ia tidak berkata apa- apa, tapi sekilas ia melihat Nadya dan mendapati wajah Nadya yang begitu pucat, bulir keringat yang mulai berjatuhan dari dahinya serta wajahnya seperti menahan rasa sakit. Sam langsung bergerak cepat, ia membawa tas perlengkapan melahirkan yang memang sudah ia siapkan beberapa hari sebelumnya.Sam membantu Nadya berjalan ke luar rumah. Tubuh Nadya sedikit gemetar, langkahnya pelan, sementara Sam dengan sigap menopang pundaknya agar tetap kuat berjalan keluar rumah. Saat sudah di

  • Jejak Cinta dari Berlin ke Christchurch   Jejak Cinta di Pantai Senggigi

    Sore itu, langit Senggigi mulai berwarna jingga keemasan. Ombak kecil berkejaran menuju bibir pantai, membasahi pasir yang lembut di bawah kaki Mat dan Aileen. Mereka berjalan berdampingan, kadang tertawa kecil, kadang terdiam menikmati suara laut yang menenangkan. Angin membawa aroma asin laut bercampur harum bunga dari resort tempat mereka menginap.“Indah sekali ya,” ucap Aileen pelan sambil menoleh pada Mat. Senyum lembutnya membuat hati Mat terasa penuh.“Indah,” jawab Mat sambil menggenggam tangan istrinya, “tapi tetap kalah indah dibanding kamu.”“Halah gombal”Aileen sengaja memalingkan wajahnya, agar Mat tak melihat wajahnya yang memerah karena malu. Langkahnya panjang meninggalkan Mat lebih dulu.Mat tersenyum tipis “Hai I'm serious Leen” ia mengejar Aileen, kemudian menaruh sebelah tangannya di bahu Aileen dan mencium pipi istrinya gemas. Aileen terkekeh, pura-pura menggeleng, namun pipinya bersemu merah. Mereka terus melangkah, meninggalkan jejak kaki yang perlahan terhapus

  • Jejak Cinta dari Berlin ke Christchurch   Malam Pertama dan perpisahan di Pagi Hari

    Malam itu cuaca Jakarta terasa panas, Aileen duduk di tepi ranjang sambil bermain game roblox kesukaannya, sementara Mat baru saja keluar dari kamar mandi, ia hanya mengenakan handuk putih di pinggangnya, memperlihatkan bahu nya yang lebar dan berotot, rambutnya masih basah memperlihatkan kesan seksi. Saat Mat keluar, Aileen yang sempat melirik Mat menjadi tersipu malu. Sontak ia memalingkan wajahnya saat mata mereka bertemu, pura-pura bermain game lagi.Mat yang melihat tingkah laku Aileen hanya tersenyum kecil kemudian ia menghampiri Aileen yang masih menatap layar handphonenya. Mat duduk di sebelah Aileen dan mengambil handphone Aileen.“ihhh apaan sih kamu Mat, ganggu kesenangan orang aja” Aileen berusaha mengambil kembali handphonenya yang Mat pegang. Tapi hal itu malah membuat Aileen malah memegang dada Mat yang bidang, sontak ia melepaskan tangannya dan memalingkan wajahnya karena kini wajahnya sudah memerah, degup jantungnya berdegup tak karuan.Mat tersenyum tipis “kenapa… k

  • Jejak Cinta dari Berlin ke Christchurch   Hari Pernikahan Aileen dan Doa di Pusara

    Tiga bulan kemudian, Jakarta menyambut hari bahagia Aileen dan Mat. Setelah melalui perjalanan cinta yang singkat namun penuh keyakinan, keduanya akhirnya mengikat janji suci dalam sebuah pernikahan sederhana namun hangat di sebuah gedung pernikahan yang elegan. Senyum Aileen begitu cerah, gaun putihnya memantulkan cahaya lampu kristal di langit-langit ruangan, sementara Mat berdiri gagah di sampingnya dengan wajah penuh kebahagiaan.Sam, Nadya dan Charlie datang dari New Zealand untuk menghadiri hari istimewa itu. Mereka duduk di barisan tamu keluarga, menyaksikan bagaimana Aileen yang tampak begitu mantap menggenggam tangan pria yang dipilih hatinya. Nadya bahkan sempat meneteskan air mata haru ketika prosesi ijab kabul berlangsung, mengingat betapa cepat waktu berlalu sejak pertama kali ia mengenal Aileen dan kini melihatnya menemukan pasangan hidup.Saat tiba waktunya para tamu undangan di perbolehkan untuk bersalaman dengan pengantin, Nadya di dampingi Sam melangkah menuju pelami

  • Jejak Cinta dari Berlin ke Christchurch   Keyakinan Yang Tumbuh Perlahan

    Sore itu, mobil Mat terparkir di tepi jalan yang cukup sepi. Dari jendela, cahaya matahari keemasan menyusup masuk, memantul di wajah Aileen yang tengah menatap Mat sambil terdiam. Mat menarik napas dalam-dalam, lalu memberanikan diri membuka percakapan yang sejak tadi berputar di kepalanya.“Aileen,” ucapnya pelan, membuat gadis itu menatapnya lekat. Tatapan Mat begitu serius, berbeda dari biasanya yang selalu santai dan penuh canda. “Aku ingin kamu tahu… kalau aku tidak ingin main-main dengan hubungan kita. Semakin banyak waktu yang aku habiskan bersamamu, aku semakin yakin kalau aku ingin serius.”Ia berhenti sejenak, menatap Aileen dengan mata yang tulus.“Untuk sekarang, aku ingin lebih mengenal kamu, lebih dalam lagi. Aku ingin tahu apa yang membuatmu bahagia, apa yang membuatmu sedih. Aku ingin kita sama-sama belajar. Dan kalau memang kita cocok… aku berharap suatu hari nanti, aku bisa menikah denganmu.”Suasana hening sejenak, hanya terdengar suara kendaraan yang lewat dari ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status