Share

Bab 4

Author: Angin
Begitu meninggalkan kediaman keluarga Kurniawan, sambil meneteskan air mata Nova pun berkata, “Chan, maaf, ya. Aku memang nggak berguna. Aku bahkan nggak bisa ambil keputusan sendiri untuk kehidupan rumah tanggaku sendiri.”

“Kan Kakek kamu sudah bilang, asal aku bisa dapat orderan dari Arthur Group, dia bakal mengakui aku sebagai suami kamu,” kata Chandra.

“Tapi masalahnya mereka itu Arthur Group, lho.”

Sebagai warga Rivera, tentu saja Nova tahu apa itu Arthur Group, dan sebesar apa mereka. Arthur Group adalah perusahaan besar skala internasional yang baru saja menginjakkan kaki di tanah Rivera beberapa tahun terakhir, dan semua proyek yang mereka kerjakan pada dasarnya telah dikendalikan oleh Empat Keluarga Besar.

“Kalau nggak dicoba dulu, gimana kita bisa tahu,” balas Chandra.

“Oh, aku baru ingat. Aku punya teman sekolah yang kerja di sana, jabatannya juga sudah cukup tinggi. Coba aku tanya dia, siapa tahu dia bisa temuin kita sama atasan Arthur Group,” ujar Nova.

“Oke.”

Dengan demikian, mereka berdua pun bergandengan tangan pulang ke rumah. Lokasi rumah Nova dan kediaman keluarga besarnya masih berada dalam satu kompleks yang sama, tapi bedanya kediaman keluarga besarnya berbentuk vila, sedangkan rumah pribadinya Nova hanya sebuah bangunan tingkat seperti apartemen atau kondominium pada umumnya.

Yani sudah tiba di rumah terlebih dahulu, dan ketika Chandra dan Nova hendak masuk ke dalam, Yani malah tidak mengizinkan Chandra masuk. Maka dari itu, Chandra pun hanya bisa pasrah dan pamit dengan istrinya, “Nov, aku pulang dulu, ya.”

Nova pun tidak bisa berbuat apa-apa selain mengangguk. Tugas utama Chandra kali ini adalah mendapatkan orderan dari Arthur Group supaya dia diakui oleh keluarga istrinya.

Begitu Nova masuk ke dalam rumahnya, dia langsung menghubungi teman sekolah yang sudah lama tidak dia hubungi. Sementara itu, Chandra pulang ke rumahnya sendiri di Imperial Residences. Dia duduk di sofa sambil mengisap rokoknya, lalu mengeluarkan ponsel untuk menghubungi seseorang.

“Suruh presiden direktur Arthur Group datang Imperial Residences.”

Sebenarnya Chandra sudah tidak mau menggunakan kekuasaannya sebagai Jenderal Naga lagi, tapi kali ini dia terpaksa melakukannya karena dia harus mendapatkan orderan dari Arthur Group.

Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya dengan tinggi badan sekitar 150 cm, bertubuh gemuk dan rambut pitak tiba di Imperial Residences.

“Je-Jenderal ….”

Pria itu masuk ke dalam dan langsung berlutut di lantai. Dia adalah penanggung jawab Arthur Group yang ada di Rivera. Namanya Ihsan, dari keluarga Pamungkas di ibu kota. Sebelum datang ke tempat ini, dia sudah terlebih dahulu mencari tahu siapa orang yang akan dia temui kali ini, yaitu Jenderal Naga, seorang malaikat maut, atau biasa juga dikenal sebagai Naga Hitam yang menghabisi lawannya dengan cara yang sangat mengerikan.

Ihsan tidak berani bertindak sembarangan ketika menghadapi orang terpandang seperti Chandra, makanya dia langsung mengucurkan keringat dingin di sekujur tubuh saking tegangnya.

“Kamu Ihsan?” tanya Chandra, “Bangun.”

“I-iya.”

Hingga detik ini Ihsan masih ketakutan dan bertanya-tanya ada melakukan kesalahan apa sampai dia dipanggil kemari.

“Besok istriku, Nova, bakal datang ke perusahaan kalian untuk minta orderan senilai 60 miliar. Aku mau kamu sendiri yang layani dia, dan jangan sampai ada kesalahan.”

Mendengar itu, Ihsan pun bisa menghela napas lega dan berkata, “Je-Jenderal tenang saja. Jangankan 60 miliar, mau triliunan juga nggak jadi masalah, selama Jenderal yang minta, apa pun aku kasih dengan tangan terbuka.”

“Ingat, istriku namanya Nova Kurniawan.”

“Siap.”

“Ya sudah, itu saja. Kamu boleh pergi.”

“Baik.”

Lantas, Ihsan segera angkat kaki dari Imperial Residences secepat mungkin dengan satu badan yang sudah basah kuyup karena keringat dingin. Asal tahu saja, Ihsan berasal dari keluarga Pamungkas yang ada di ibu kota, sekaligus orang kepercayaan Arthur Group di Rivera. Bahkan orang dari Empat Keluarga Besar saja segan jika bertemu dengan Ihsan, tapi Ihsan malah terlihat begitu jinak di depan Chandra.

Setelah Ihsan pergi dari rumahnya, Chandra bangkit dari tempat duduknya dan bergumam pada dirinya sendiri, “Sudah sepuluh hari aku pulang, tapi aku belum sempat sembahyang.”

Chandra ingin pergi ke reruntuhan rumah milik keluarga Atmaja dengan menaiki taksi, tapi saat dia baru saja keluar, di depan sudah ada mobil tanpa pelat nomor dan seorang pria berbaju hitam sudah menunggu di depan mobil.

Chandra pun menghampiri Paul dan bertanya kepadanya, “Bukannya aku sudah suruh kamu pulang?”

“Hehe, yang lain sudah pulang ke Gurun Selatan, cuma aku sendiri yang masih disini. Jenderal. Tolong izinin aku untuk tetap di sini.”

“Cukup panggil aku kakak saja. Di Rivera nggak ada yang namanya Jenderal Naga.”

“Siap!”

“Kita berangkat ke makam keluarga Atmaja.”

“Silakan naik, Kak Chandra.”

….

Tak lama Chandra pun tiba di tempat yang dulunya adalah kediaman keluarga Atmaja. Tempat yang dulu indah kini sudah menjadi reruntuhan yang dihiasi dengan batu nisan. Di masa lalu, keluarga Atmaja adalah keluarga terkuat yang ada di Rivera, tapi sayangnya sekarang semua itu hanyalah kenangan.

Awas menutupi langit biru, dan hujan pun turun dengan lebat membasahi tanah yang ada di bawahnya. Di depan makam anggota keluarga Atmaja terdapat seorang pemuda yang mengenakan trench coat berwarna cokelat dan diikuti oleh seorang pria yang memegangi payung di belakangnya.

Sepuluh tahun yang lalu, keluarga Atmaja adalah keluarga nomor satu di Rivera. Saat itu Chandra baru berusia 18 tahun, dan ayahnya menikahi seorang gundik yang bernama Hindi Sinaga, yang mana keluarga Sinaga adalah pemimpin dari Empat Keluarga Besar saat ini.

Hindi menjebak ayahnya Chandra dengan cara memberikan obat kepada kakeknya Chandra agar mau tidur bersama. Kejadian itu membuat nama baik kakeknya Chandra hancur, dan akibatnya keluarga Atmaja pun menjadi bahan olokan semua orang di Rivera. Di tahun yang sama, Hindi juga menuduh ayahnya Chandra, Rudi Atmaja, atas kasus korupsi. Hal itu membuat Rudi marah dan terkena serangan jantung. Hindi tidak berusaha menolong Rudi dan malah mendorongnya dari lantai tiga, lalu dia mengumumkan kepada orang-orang kalau Rudi meninggal karena bunuh diri.

Dengan meninggalnya Rudi, Empat Keluarga Besar yang dipimpin oleh keluarga Sinaga mengepung keluarga Atmaja dan membunuh kakeknya Chandra, serta memaksa sisa anggota keluarga Atmaja yang ada untuk menyerahkan Lukisan Gunung Merabu yang sudah diwariskan keluarga Atmaja turun temurun selama seribu tahun silam.

Setelah mendapatkan lukisan itu, Empat Keluarga Besar membakar rumah keluarga Atmaja dan membagi-bagikan harta serta aset keluarga Atmaja untuk mereka berempat.

“Ini semua salah Papa. Harusnya Papa nggak menikahi Hindi, harusnya Papa nggak bawa cewek serakah itu masuk ke keluarga kita …,” ucap Chandra sambil terisak.

Chandra sangat membenci ayahnya karena telah mencintai wanita yang tidak pantas untuk dicintai, dan hal itu malah berujung ke musnahnya keluarga dia sendiri. Selain itu Chandra juga membenci Hindi terutama keluarga Sinaga, keluarga Wangsa, keluarga Cahyadi, dan keluarga Tedjo. Keempat keluarga inilah yang telah membuat seluruh anggota keluarga Atmaja meninggal.

“Kek, aku bersumpah bakal bawa kepala setiap pemimpin dari Empat Keluarga Besar ke sini.”

“Turut berduka cita, Jenderal,” kata Paul.

Paul belum pernah melihat pemimpinnya sesedih ini. Dia tidak pernah melihat sisi ini dari seorang Naga Hitam yang mampu mengguncang apa pun yang ada di sekitarnya. Dia tidak pernah takut meski harus menghadapi ribuan prajurit berkuda, tapi kini dia meneteskan air matanya.

“Jenderal, malam ini keluarga Sinaga bakal ngadain acara untuk memperingati perjanjian abadi antara Almaris Group dan Arthur Group. Dari perjanjian ini, semua proyek Arthur Group bakal mengutamakan Almaris Group sebagai partner mereka. Selain itu, acara ini juga sekalian memperingati ulang tahun kepala keluarga Sinaga yang ke-80.”

“Almaris ….”

Almaris Group aslinya adalah perusahaan milik keluarga Atmaja, tapi kini perusahaan itu telah menjadi aset pribadi milik keluarga Sinaga.

Chandra perlahan berdiri dengan ekspresi menyeramkan yang menghiasi wajah maskulinnya.

“Siapin satu peti mati, kita berangkat ke rumah mereka.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Jeff Jeff
cerita dalam novel ini disalin dari karya orang lain.cuma diubah watak dan tempatnya.semua penulis tidak ada idea sendiri untuk menulis.
goodnovel comment avatar
Qistina Izz Rayyan
memang seru tpi dah 3cerita mcm ni sy baca knp asik sembunyikn identity ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jenderal Naga   Bab 2621

    Semangat Chandra berkobar-kobar. Dia mengira, kalau bencana langit telah berakhir. Namun, petir di langit masih bergemuruh. Chandra bisa merasakan kedatangan petir di langit lalu mendongak. Petir di langit saat ini sudah bermutasi. Petir yang sebelumnya berwarna hitam, tiba-tiba berubah menjadi deretan warna yang menyilaukan. Bahkan Chandra bisa melihat deretan karakter aneh yang menyatu dan membentuk pola yang aneh. Chandra tersentak lalu bertanya, “Kak Sasa, ada apa ini? Bukankah kamu bilang kalau bencana langit hanya ada sembilan bagian? Aku sudah berhasil menghadapi serangan bencana langit yang kesembilan. Tapi, kenapa petir itu belum hilang dan justru bermutasi?”Raut wajah Sasa berubah serius. Dia sudah bisa merasakan kalau bencana langit yang harus Chandra hadapi pastinya tidak akan mudah dan tidak akan berakhir secepat itu. Namun, dia juga tidak bisa memprediksi kalau bencana langit yang harus Chandra hadapi akan bermutasi seperti ini.“Chandra, aku tidak tahu. Kemungkinan apa

  • Jenderal Naga   Bab 2620

    Chandra mengerahkan seluruh energi iblisnya untuk menyembuhkan luka-luka di tubuhnya. Dia memiliki tubuh iblis dan semakin kuat kekuatan fisiknya, maka semakin besar juga energi iblis yang bisa dikerahkannya. Walaupun energi iblis di dalam tubuhnya semakin besar, dia harus mengerahkan banyak energi iblis untuk memperbaiki luka-lukanya akibat sambaran petir yang terus-menerus menerpanya. Hal ini membuat energi iblis di dalam tubuhnya semakin menipis dan tidak lagi cukup untuk menopang tubuhnya yang terluka parah. Akhirnya, Chandra mengeluarkan obat yang diberikan Sasa lalu meminumnya. Dalam sekejap mata, aliran hangat mengalir di sekujur tubuhnya. Aliran hangat ini sangatlah kuat dengan kemampuan untuk menyembuhkan yang luar biasa. Tidak lama kemudian, luka-luka dalam yang diderita Chandra sembuh dan kekuatannya sudah kembali ke puncak. Sekarang, dia hanya perlu menunggu sampai petir ketiga turun. Namun, dia tidak tahu kapan petir itu akan muncul dan kapan ujian bencananya ini akan b

  • Jenderal Naga   Bab 2619

    Lingkaran energi itu hancur dalam sekejap mata. Chandra kembali mengerahkan esensi sejatinya untuk membentuk perisai di sekeliling tubuhnya. Walaupun sambaran petir bencana sudah berakhir, energi dari petir itu terus menyerang ke arah Chandra tanpa henti. Chandra berusaha bertahan dengan sekuat tenaga. Di saat yang bersamaan, Chandra juga berusaha mengerahkan energi iblisnya untuk memperbaiki luka di tubuhnya dengan cepat. Selain itu, dia juga menggunakan jurus pengubah lima elemen untuk menyerap sisa energi bencana langit lalu menggunakan tubuhnya untuk memurnikan energi itu. Walaupun tubuhnya sudah dipenuhi luka, Chandra masih tetap bisa bertahan. Tidak lama kemudian, Chandra menghela napas lega setelah berhasil menstabilkan tubuhnya. Gelombang serangan yang paling mematikan akhirnya berakhir. Sekarang, yang tersisa hanyalah sisa kekuatan bencana yang masih bisa Chandra tahan untuk sementara waktu. Chandra menggunakan seluruh jiwa raganya untuk menempa kekuatan fisiknya. Di sebuah

  • Jenderal Naga   Bab 2618

    Chandra mengandalkan kultivasi kekuatan fisiknya untuk menambah keunikan tubuhnya. Dirinya saat ini memiliki tubuh iblis, tubuh lima elemen dan tubuh pedang. Penggabungan kekuatan tubuh ini bisa membuatnya bertahan dari bencana langit yang pertama. Kekuatan fisik Chandra saat ini sungguh sangat mengerikan dan telah mencapai tingkat tiga Alam Bencana. Kekuatan fisiknya akan mencapai tingkat Alam Ajaib kalau sampai dia bisa menahan serangan petir bencana tingkat dua dan menyerap petir bencana untuk menempa tubuhnya. Kalau sampai hal itu terjadi, Chandra bukan lagi seorang manusia biasa, melainkan seorang manusia dengan tubuh abadi yang sesungguhnya.Sasa dengan cepat memberikan Chandra pil penyembuh dan seluruh luka dalam Chandra pulih. Sekarang, Chandra sudah berada dalam kondisi puncaknya.“Baiklah!”Chandra sudah mempersiapkan dirinya lalu melihat ke atas langit. Kilat putih keperakan berkumpul di bawah awan gelap. Tidak lama kemudian, petir dengan lebar ratusan meter dan panjang pul

  • Jenderal Naga   Bab 2617

    “Sekarang.”Chandra tetap dalam kondisi sadar. Dia mengaktifkan Sembilan Transformasi Tubuh Emas dan mulai menempa tubuhnya. Dia secara aktif menyerap kekuatan petir bencana di sekitarnya untuk menempa tubuhnya. Chandra memanfaatkan kekuatan petir bencana sebagai energi untuk menempa tubuhnya.Tubuh Chandra tidak mengalami kehancuran lagi. Kekuatan petir bencana yang tersisa di dalam tubuhnya, dikendalikan oleh Sembilan Transformasi Tubuh Emas, lalu mengalir ke seluruh tubuhnya, menyembuhkan tubuh Chandra yang babak belur.Chandra bertahan, dia berhasil bertahan. Dia menghadapi Bencana Langit yang mengerikan dan berhasil melewatinya. Namun, Chandra terluka parah. Sekarang dia membutuhkan waktu yang lama untuk pulih. Jika petir bencana kedua menyambarnya sekarang, dia pasti tidak akan mampu menahan. Dia pasti akan mati.Akan tetapi, petir bencana kedua tidak langsung menyambar. Hal ini memberi waktu Chandra untuk mengatur napas. Dia duduk bersila di reruntuhan, dengan rambut acak-acakan

  • Jenderal Naga   Bab 2616

    Melewati bencana adalah sesuatu yang akan dihadapi oleh setiap prajurit ketika mencapai tingkatan tertentu. Namun, kekuatan dari Bencana Langit bervariasi. Umumnya, semakin tinggi bakat seseorang, semakin besar potensinya, semakin banyak Keberuntungan yang diterimanya, maka semakin besar kekuatan Bencana Langitnya.Perihal Chandra melewati bencana telah menarik perhatian banyak prajurit kuat. Beberapa prajurit kuat di Ngarai Xiya serta yang berada di Kota Mangdara berbondong-bondong pergi ke tempat Chandra berada, berniat untuk melihat dari dekat.Sementara itu, Chandra yang berada di sisi lain telah melakukan semua persiapan yang diperlukan. Dia berencana menggunakan kekuatannya sendiri untuk menghadapi Bencana Langit secara langsung. Dia berniat memanfaatkan kekuatan itu untuk menempa tubuhnya dan meningkatkan kekuatan tubuhnya ke tingkat yang baru.Saat ini, di Istana Abadi.Sasa meninggalkan kediaman penguasa kota, menyeret tubuhnya yang terluka parah ke pegunungan di luar kota. Di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status