Share

BAB 8

Morgan Alvaro, pengusaha importir mobil mewah itu sontak langsung keluar dari mobilnya begitu mobil yang dia hantam terseret dan menabrak water separator. Emosinya membuncah, bagaimana tidak? Mobil mini berwarna merah itu nekat melaju meskipun lampu sudah berubah merah, yang mana membuat Ferrari 488 Pista-nya ringsek di bagian depan.

“Woy, turun lu!” Morgan tidak peduli dengan klakson-klakson yang ditekan efek ia menghentikan Ferrari-nya di tengah jalan, yang ia pedulikan hanyalah menghajar orang yang sudah membuat mobil kesayangannya itu ringsek.

Morgan tertegun ketika mendapati seorang wanita yang menjadi sopir mobil itu terkulai tidak sadarkan diri di jok kemudi, hal yang membuat dia lantas panik dan berteriak pada beberapa polisi yang mendekat ke arahnya.

“Pak, tolongin itu yang di dalam pingsan, Pak!” Morgan lupa pada amarahnya, fokusnya pada wajah cantik dengan darah segar yang mengucur dari dahinya, Morgan benar-benar panik melihat darah itu.

“Baik, Pak. Biar kami yang urus, tapi sebelumnya mohon Bapak pinggirkan dulu mobil Bapak karena mobil Bapak menghalangi jalan dan bisa memicu kemacetan.”

Morgan mengangguk cepat, ia segera berlari menuju mobilnya, masuk ke dalam dan menghidupkan mesin guna membawa mobil itu menempi dan memarkirkan mobil sport mewahnya di depan mobil Polantas yang sudah stand by di dekat lokasi.

Secepat kilat Morgan bergegas kembali turun, dapat dia lihat beberapa personil kepolisian mencoba membuka paksa pintu mobil. Keringat dingin mengucur deras dari pelipis Morgan, dia paling tidak bisa melihat darah, membuat tubuhnya sedikit bergetar hebat.

“Lapor, ambulance sudah dalam perjalanan, Ndan.”

Morgan yang semula hendak merogoh ponselnya guna menelepon ambulace, sontak mengurungkan niatnya. Ternyata dari pihak kepolisian sudah lebih dulu melakukan hal itu. Ia turut membantu beberapa personil itu mengevakuasi pengemudi Toyota Yaris berwarna merah yang tadi dia hantam. Dan tak perlu waktu lama, pintu mobil itu berhasil dibuka paksa.

Morgan membantu membawa tubuh itu keluar, tubuh yang dari bordiran nama di atasan berwarna pink itu dapat Morgan kenali bahwa sosok ini adalah seseorang yang berprofesi sebagai tenaga medis.

‘dr. Clarabella Sutomo?’

Jadi namanya Clara? Morgan membawa tubuh itu dalam gendongan, beberapa polisi membereskan mobil dan mendokumentasikan kondisi dan posisi mobil guna penyelidikan lebih lanjut penyebab terjadinya kecelakaan yang melibatkan dua mobil merah beda kelas itu bisa terjadi.

“Mbak? Bangun dong! Kamu yang salah kok jadi kamu yang pingsan sih?” guman Morgan yang nampak ngeri dengan darah segar yang mengucur dari dahi wanita cantik bernama dokter Clara itu.

Sirine ambulance meraung-raung, membuat Morgan lega luar biasa. Bukan hanya karena sosok ini bisa segera mendapatkan penanganan, tetapi yang terpenting adalah Morgan tidak harus melihat darah itu di pangkuannya. Tubuh Morgan sudah setengah lemas.

“Bapak bisa ikut sebentar untuk kami mintai keterangan?” tanya sosok berseragam cokelat itu pada Morgan ketika tubuh dokter itu sudah diangkut ke dalam ambulance.

“Tentu bisa, mungkin salah satu dari anggota Bapak bisa bawa mobil saya, saya ingin ikut ke rumah sakit memastikan wanita itu baik-baik saja, Pak.” Mohon Morgan lalu menyerahkan kunci mobilnya pada anggota kepolisian itu.

Tampak sosok itu menerima kunci yang Morgan sodorkan, mengangguk cepat dan tersenyum, “Kalau begitu biar mobilnya kami bawa ke kantor, Pak. Bapak mau ikut ke mobil kami atau ikut ambulance?”

“Ah, biar saya ikut ambulance-nya saja!” Morgan menepuk pundak polisi itu, lantas berlari menghampiri pintu belakang ambulance yang hampir ditutup. Ia bergegas naik dan mendapati sosok itu sudah terbaring dengan kondisi yang masih seperti tadi.

Morgan takut darah, bahkan tubuhnya ini sudah melemas melihat darah segar itu mengucur, tapi kenapa dia malah ingin ikut masuk ke dalam sini? Di mana itu artinya dia akan melihat lagi darah pada wajah itu. Morgan sendiri heran, ada apa dengan dirinya? Kenapa dia jadi seperti ini?

Kemarahan dan kemurkaan Morgan lenyap seketika. Ringsek di mobilnya seketika dia abaikan. Fokusnya pada wanita itu, pada dokter Clara yang ternyata menajdi pengemudi ceroboh yang membuat kecelakaan ini terjadi.

‘Ayolah, jangan sampai kamu kenapa-kenapa!’

***

Jika tadi gelas wine yang Arga lemparkan sampai pecah berkeping-keping, kini giliran botol Wine itu hancur berderai menghantam lantai. Nafasnya naik-turun dengan wajah memerah, bukan hanya memerah karena efek alkohol yang ditenggaknya, tetapi juga karena amarah yang membuncah. Ini jam berapa? Kenapa Clara belum sampai juga?

Arga dengan gusar meraih ponselnya, mencoba menghubungi ponsel milik kekasihnya itu. Sedetik dua detik panggilannya terabaikan. Clara tidak mengangkat panggilan yang Arga layangkan. Arga mengeram, ia kembali mencoba menghubungi nomor itu, tetapi nihil! Kembali panggilan itu terbaikan membuat tangan Arga terayun menghempaskan vas bunga dan beberapa toples yang ada di atas meja itu hingga hancur tidak berbentuk.

“Kemana kamu, Ra?” Arga berteriak frustasi, kedua tangannya mencengkeram kuat kepalanya yang terasa berat itu. “Jangan bilang kamu bohong! Jangan bilang kalau kamu pergi sama Adrian, Ra!”

Tentu itu yang Arga takutkan! Dia takut Clara nekat diam-diam menuruti permintaan Adrian untuk pergi nonton bersamanya. Arga tidak akan biarkan itu terjadi.

“Kau ...,” Arga mengeram, tangannya mengepal, “Kau benar-benar menantangku Adrian!” Arga mendesis perlahan, diraihnya kunci mobil dan ia bergegas bangkit. Namun tulang-tulang dan persendiaannya seperti tidak mampu lagi menopang tubuhnya. Arga sontak ambruk di kursi sofa itu, matanya terpejam, sesekali masih mencoba terbuka.

“Aku akan membunuhmu, Adrian! Akan aku bunuh siapa saja laki-laki yang berani mendekati milikku, siapapun itu!”

Arga lantas terkulai, kesadarannya sudah hampir hilang. Selang beberapa detik, ponselnya berdering. Dengan tertatih Arga mencoba mengembalikan kesadarannya, tangannya terulur meraih ponsel itu, dalam pikirannya hanya ada Clara, Arga tidak membaca lebih dulu nama siapa yang terpampang di layar ponselnya.

“Sayang, kamu kemana sih? Aku nungguin kamu! Jangan bilang kalau kamu nekat pergi sama Adrian, Ra!” Arga meracau, ia berusaha bangkit dan bersandar di sofa. “Aku sampai kapan pun tidak akan rela kamu dekat sama siapapun, kamu milikku, Ra. Selamanya!”

Hening.

Tidak ada jawaban dari seberang membuat Arga dengan sisa-sisa kesadarannya mencoba mencari tahu kenapa lawan bicaranya itu hanya terdiam. Clara kenapa? Apakah benar sekarang ini dia tengah bersama Adrian?

“Siapa ‘Ra’ itu, Mas?” tanya suara itu begitu dingin, suara yang Arga tahu betul itu suara Indira. “Ka-kamu mabuk? Di mana kamu sekarang?” kini suara itu meninggi, membuat sakit kepala yang Arga rasakan makin menjadi-jadi.

Jadi yang menelepon dirinya itu Indira, bukan Clara?

“Jangan suka mencampuri urusanku, In!” sergah Arga jenuh.

“Itu hakku, kamu suamiku. Dan lihat saja, akan aku cari siapa itu ‘Ra’, siapa Adrian yang kamu maksud, dan akan aku hancurkan wanita itu seperti bagaimana kamu menghancurkan aku!” ancam suara itu tidak main-main.

Arga sontak mebelalakkan matanya, kesadarannya otomatis kembali. Apa yang Indira tadi billang? Dia akan mencari tahu siapa itu wanita yang tadi Arga maksud? Tidak akan Arga biarkan siapapun sampai menyentuh dan menyakiti Clara-nya, tidak akan!

“Jangan menantangku, In!” ujar Arga balik mengancam.

“Aku hanya mengikuti permainan yang sudah kamu buat, Mas. Jadi tunggu saja, aku tidak akan tinggal diam.”

Tut

“Halo ... In? Indira?” sambungan sudah terlanjur terputus, Arga sontak panik luar biasa. Ia mencoba bangkit dan bagaimana pun caranya dia harus segera sampai rumah, Indira tidak boleh tahu siapa itu ‘Ra’, tidak ada yang boleh menyakiti Clara, tidak siapapun itu termasuk Indira sekalipun.

“Aku tidak akan biarkan semua itu terjadi, In! Tidak akan!”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Triwi Yatmi
Thor, so sad. Mustinya Clara bahagia tp tdk sama Morgan. Mustinya sama pria yg ga lebih baik dr Arga. Indira yg jd korban sesungguhnya. Mustinya dpt yg lebih baik drpd Arga maupun Morgan. I'm stop read this story, so sorry ....... But thanks for more good idea with my own story. Ganbatte.........
goodnovel comment avatar
EdeanN
endingnya clara sm morgan sprti elsa sm joshua...arga depresi sm kek ken hancur hidupnya
goodnovel comment avatar
Agustina Ery
dr clara sm morgan ja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status