Share

Bab 6. Penjahat Wanita

Gilang langsung terpaku di tempatnya mendengar racauan Naya seperti maling yang tertangkap basah. Ia yakin kalau Bunda Maya mendengar racauan anak gadisnya.

“Astaga Naya, malu-maluin aja,” ucap Bunda Maya yang membantu melepas tangan anak gadisnya di leher Gilang. “Maafin Naya ya, Nak,” ucap Bunda Maya dengan lembut. Ia merasa tidak enak hati kepada Gilang.

Gilang hanya tersenyum menanggapi ucapan calon mertuanya. “Saya pamit pulang dulu!” ucap Gilang dengan sopan. Lalu segera keluar dari kamar Naya, setelah berpamitan dengan Bunda Maya dan suaminya, Gilang bergegas keluar dari rumah itu.

“Apa dia akan memberitahukan tentang ciuman tadi kepada bundanya?” gumam Gilang saat ia sudah berada di dalam mobilnya.

Ketika ia dalam perjalanan, ada pesan masuk dari sahabatnya, Evans. Sahabatnya itu mengajaknya untuk berpesta dengan para wanita yang haus belaian. Namun, Gilang hanya membaca pesan itu tanpa membalasnya.

Gilang tidak mau menerima ajakan sahabatnya itu. Entah kenapa ia tidak mau menghilangkan bekas ciumannya dengan Naya.

Tidak lama kemudian, Gilang sampai di apartemen, ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur setelah bersih-bersih. Baru saja ia hendak memejamkan matanya ada panggilan video dari sang mami. Ia langsung menerima panggilan itu, kalau sampai telat satu menit saja menerima panggilan dari Nyonya besar bisa hancur semuanya.

“Gilang, kamu di mana itu?” tanya sang mami saat panggilan video itu tersambung. Mami Tyas merasa cemas saat melihat Gilang berada di tempat tidur.

“Ya di apartemenku, di mana lagi,” jawab Gilang sambil celingukan ke kiri dan ke kanan barang kali ada wanita jadi-jadian yang nampak di layar ponsel sang mami.

“Naya kamu ajak ke situ?” tanya Mami Tyas penuh selidik. Sang mami takut kalau Naya diperdaya oleh anaknya yang brengsek itu.

“Naya udah aku antar ke rumah dengan utuh. Kalau nggak percaya, Mami telepon bundanya aja,” jawab Gilang dengan jujur. “Mami sampai segitunya nggak percaya sama anak sendiri. Dikira aku penjahat?” Gilang pura-pura tersinggung dengan ucapan sang nyonya besar, tapi tentu saja maminya itu tidak akan percaya lagi pada wajah anaknya yang manis itu.

“Kamu memang penjahat Gilang,” sahut sang mami dengan cepat. “Penjahat wanita lebih tepatnya.”

Bukannya marah atau tersinggung Gilang malah tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah sang mami yang terlihat kesal padanya. “Si Penjahat wanita ini anak mami juga,” ucapnya sambil terkekeh.

“Mami lupa, dulu ngidam apa waktu hamil kamu. Kenapa kamu jadi seperti ini,” ucap sang mami sambil menepok jidatnya dan itu membuat Gilang tersenyum melihat sang mami dari layar ponselnya.

“Mungkin Mami ngidam makan sate buaya,” tebak Gilang sambil terkekeh.

Mami Tyas memutar bola matanya dengan malas. “Kamu sama siapa di sana?” Mami Tyas masih curiga dengan anaknya. Ia yakin kalau putranya itu membawa seorang wanita ke dalam apartemennya.

“Aku sendiri, Mi,” jawab Gilang sambil mengarahkan kameranya ke seluruh penjuru. “Nggak ada siapa-siapa ‘kan,” imbuhnya meyakinkan sang mami. “Kalau nggak percaya, Mami ke sini aja, nginep di apartemenku supaya pagi-pagi ada yang bikinin aku sarapan.

“Mami nggak percaya. Tumben banget kamu jam segini udah mau tidur,” ucap sang mami yang tidak mudah percaya dengan anaknya begitu saja. “Mulai besok kamu pulang ke rumah aja, jangan ke apartemen!” perintah sang mami yang tidak mau dibantah.

“Aku nggak mau menghapus bekas ciumanku dengan Naya, makanya aku nggak mau kencan dengan wanita lain lagi malam ini,” ucap Gilang dengan jujur sambil tertawa geli.

“Gilaaaang …! Kamu memang kurang ajar!” teriak Mami Tyas dengan penuh amarah, tapi sayangnya sebelum berteriak, Gilang sudah memutus panggilan itu karena ia tahu sang mami pasti akan marah. Entah kenapa ia selalu membuat maminya naik darah.

“Mi, kamu ada apa sih? Udah malam teriak-teriak kayak gitu.” Papi Rizky menghampiri istrinya yang duduk di pinggiran tempat tidur.

“Anakmu, Pi. Dia nggak pernah berubah, masa baru kencan pertama aja, dia udah berani nyium Naya.” Adu Mami Tyas pada suaminya.

“Mami tahu dari siapa?” tanya Papi Rizky yang juga duduk di samping istrinya.

“Tadi dia bilang nggak mau mengapus bekas ciumannya dengan Naya, makanya dia nggak mau kencan dengan wanita lain lagi,” jelas Mami Tyas pada suaminya.

“Bagus dong, Mi,” sahut Papi Rizky dengan cepat sembari merangkul bahu sang istri.

Mami Tyas memukul lengan suaminya. “Kok bagus sih? Kalau dia sampai merusak Naya gimana, Pi?”

“Bukan gitu maksud Papi. Baru pertemuan pertama aja, Naya udah membawa pengaruh baik untuk si brengsek itu. Buktinya dia nggak mau menghilangkan kenangannya dengan Naya,” jelas Papi Rizky pada sang istri agar dia tidak salah paham dengan ucapannya. “Kita cepat-cepat nikahkan mereka aja!”

“Itu si Brengsek anak kamu juga, Pi.” Mami Tyas memutar bola matanya malas. “Kita yang salah mendidiknya, terlalu membebaskan anak itu.” Mami Tyas bersandar pada dada bidang suaminya.

“Kita tertipu dengan tampangnya yang polos,” timpal Papi Rizky sambil tertawa geli.

“Iya juga ya.” Mami Tyas menegakkan duduknya kembali. “Gilang tuh sangat manis, nurut sama kita berdua. Mami nggak nyangka dia seperti itu.”

“Mi, kalau Maya tahu Gilang brengsek kayak gitu, apa dia mau menjodohkan anaknya dengan anak kita?” tanya Papi Rizky pada istrinya.

“Mami udah bilang semua kelakuan Gilang, dan dia mau membantu menyadarkan anak kita. Selama ini ‘kan Gilang belum pernah punya pacar, mudah-mudahan Naya bisa mengubah kelakuannya menjadi lebih baik lagi,” jelas Mami Tyas. “Tapi, yang harus kita waspadai, si Gilang jangan sampai merusak Naya.” Untuk yang satu ini Mami Tyas benar-benar cemas.

“Ini yang sulit,” timpal Papi Rizky.  Lalu ia segera mengambil ponselnya yang ada di atas nakas untuk menelpon seseorang.

Papi Rizky berdiri dari duduknya, lalu berjalan menuju balkon kamarnya. “Halo, kamu ikutin kemana pun anak gadis yang bernama Naya, Jaga dia dari apa pun yang membahayakannya, terutama jaga dia dari Gilang. Kemana pun mereka pergi kamu ikuti dan laporkan kepada saya!” perintahnya kepada seseorang di seberang sana.

Setelah selesai menelpon, ia kembali ke dalam kamar. “Mami tenang ya! Papi udah nyuruh orang untuk menjaga Naya.” Papi Rizky berusaha menenangkan istrinya.

“Maya ngasih waktu lima bulan. Kalau Gilang belum berubah juga, ia akan membatalkan perjodohan ini,” ucap Mami Tyas dengan raut wajah yang sedih.

“Kita berdoa saja, Mi. Semoga Naya bisa mengubah kelakuan Gilang.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mikayla Azahra
Bagus ceritanya, aku suka...
goodnovel comment avatar
Eva Syifa
gilang jahil bangeeet sama mamy ...😁😁 smoga naya cepat bisa merubah gilang menjadi pria yg tidak mencari kesenangan semalam saja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status