Home / Romansa / Jerat Cinta Mafia Hyper / Bab 13 - Logam dan Daging

Share

Bab 13 - Logam dan Daging

Author: Dacep
last update Last Updated: 2025-12-18 11:30:16

​"Sedikit lagi... ke kiri."

​Suara Ethan terdengar seperti geraman tertahan. Napasnya berat dan putus-putus, menghantam wajahku yang hanya berjarak beberapa inci dari lukanya.

​Tanganku licin oleh darah hangat. Bau besi yang amis memenuhi rongga hidungku, membuat perutku mual, tapi aku menahan keinginan untuk muntah. Pisau bedah di tanganku sudah masuk cukup dalam ke otot lengan atasnya.

​"Aku... aku merasakannya," bisikku gemetar.

​Ujung pisau beradu dengan sesuatu yang keras. Bukan tulang. Logam.

​"Cungkil keluar," perintah Ethan. Matanya terpejam erat, keringat sebesar biji jagung mengalir deras di pelipis dan lehernya yang tegang. Urat-urat di tangannya yang mencengkeram sisi meja besi menonjol seakan mau meledak.

​Aku menarik napas panjang, menahan isak tangis di tenggorokan.

​Maafkan aku. Maafkan aku.

​Aku menekan pisau itu ke bawah, menggunakan tepi luka sebagai tumpuan, lalu menyentakkan pergelangan tanganku untuk mengungkit benda asing itu keluar.

​"ARGH!"

​Ethan berteriak. T
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jerat Cinta Mafia Hyper   Bab 19 - Hadiah yang Salah

    ​Tiga hari berlalu sejak malam berdarah di terowongan itu.​Tiga hari yang anehnya... damai.​Ethan memulihkan diri di penthouse dengan kecepatan yang tidak wajar. Luka tembak yang seharusnya membuat orang biasa terbaring seminggu, baginya hanya seperti goresan kertas. Dia sudah kembali bekerja di ruang kerjanya, meskipun lengan kirinya masih digendong penyangga arm sling hitam.​Aku? Aku terjebak dalam peran baruku: perawat paruh waktu dan tawanan purna waktu.​Pagi ini, aku keluar dari kamar untuk mencari kopi. Namun, langkahku terhenti di ruang tengah.​Ruangan yang biasanya minimalis dan rapi itu kini penuh sesak.​Puluhan kotak oranye dengan logo Hermès, tas belanja hitam Chanel, kotak merah Cartier, dan tumpukan kotak sepatu berjejer memenuhi sofa, meja, bahkan lantai.​"Apa ini?" gumamku bingung.​"Kompensasi."​Ethan muncul dari balkon, mengenakan kemeja sutra hitam longgar yang tidak dikancingkan sepenuhnya, memperlihatkan perban putih di dadanya. Di tangan kanannya, ia memeg

  • Jerat Cinta Mafia Hyper   Bab 18 - Genjatan Senjata

    ​Cahaya matahari yang masuk melalui celah gorden tebal memaksaku membuka mata.​Leherku kaku. Punggungku pegal luar biasa. Aku mengerjap, menyadari bahwa aku tertidur dalam posisi duduk di Kursi samping ranjang, dengan kepalaku bertumpu di kasur, tepat di samping lengan Ethan.​Dan tanganku... masih menggenggam tangannya.​Aku tersentak kaget, buru-buru menarik tanganku seolah baru saja menyentuh bara api.​Ethan sudah bangun.​Ia berbaring di sana, bersandar pada tumpukan bantal. Wajahnya masih pucat, tapi matanya sudah terbuka sempurna. Gelap, tajam, dan waspada. Tidak ada jejak anak kecil yang menangis ketakutan semalam.​Sang Raja sudah kembali ke takhtanya.​"Kau tidur seperti orang mati," komentarnya datar.La​Aku merapikan rambutku yang berantakan dengan gugup. "Berapa lama kau sudah bangun?"​"Cukup lama untuk menghitung berapa kali kau mendengkur," jawabnya, sudut bibirnya terangkat sedikit membentuk senyum miring yang menyebalkan.​Wajahku memanas. "Aku tidak mendengkur! Dan

  • Jerat Cinta Mafia Hyper   BB 17 - Sisi Rapuh Ethan

    ​Bau antiseptik.Dingin.Sunyi.​Aku membuka mata perlahan. Pandanganku kabur, menangkap langit-langit putih bersih yang dihiasi lampu gantung kristal kecil. Ini bukan surga. Surga tidak mungkin berbau obat-obatan.​Aku mencoba bangun, tapi seluruh tubuhku terasa remuk. Otot-ototku menjerit protes. Ingatan tentang terowongan, ledakan granat, dan Jordan yang menembak berputar kembali di kepalaku seperti film horor.​"Jangan bergerak terlalu cepat, Nona."​Suara berat seorang wanita menghentikanku. Aku menoleh. Seorang perawat berseragam putih sedang merapikan infus di tanganku.​"Saya di mana?" tanyaku serak.​"Di kediaman Jenderal Wiranto," jawabnya sopan namun kaku. "Anda pingsan selama sepuluh jam karena kelelahan dan dehidrasi."​Jenderal Wiranto. Ayah Ethan.​"Ethan..." Aku tersentak duduk, mengabaikan pusing di kepala. "Di mana Ethan? Apakah dia masih hidup? Dia kehilangan banyak darah!"​Perawat itu tidak menjawab. Pintu kamar terbuka.​Seorang pria tua masuk. Jenderal Wiranto.

  • Jerat Cinta Mafia Hyper   Bab 16 - Pemicu Dosa

    ​"Maafkan saya, Nona. Tapi Tuan Ethan tidak seharusnya keluar dari terowongan ini hidup-hidup."​Kalimat itu diucapkan dengan nada datar yang mengerikan, seolah Jordan sedang membacakan menu makan malam, bukan vonis mati.​Pistol di tangannya terarah stabil ke kepala Ethan yang terkulai di bahuku. Jarak kami hanya lima meter. Di terowongan sempit ini, dia tidak mungkin meleset.​"Kenapa, Jordan?" tanyaku, suaraku bergetar hebat. Air mata mengaburkan pandanganku. "Kau asistennya! Kau orang kepercayaannya! Dia mempercayaimu!"​Jordan tersenyum tipis, matanya yang sipit berkilat di balik kacamata.​"Kepercayaan adalah mata uang yang mahal, Nona. Dan ada orang lain yang membayar lebih mahal daripada Tuan Ethan malam ini."​Ia melangkah maju satu langkah. Sepatunya mencipratkan lumpur.​"Letakkan Tuan Ethan di tanah," perintahnya. "Dan minggir. Saya tidak dibayar untuk membunuh Anda. Perintahnya hanya melenyapkan Sang Raja."​"Dan membiarkan aku hidup?" tanyaku histeris. "Kau pikir aku bod

  • Jerat Cinta Mafia Hyper   Bab 15 - Lorong Gelap

    ​Satu langkah. Tarik.Satu langkah. Tarik.​Itu saja mantra yang kuulang di dalam kepalaku.​Terowongan ini tidak berujung. Udara di sini lembap, berbau jamur, tanah basah, dan—yang paling menyengat—darah.​Aku tidak lagi berjalan. Aku merangkak.​Gaun midnight blue yang harganya puluhan juta itu kini sudah hancur, robek di sana-sini, berubah warna menjadi cokelat lumpur dan merah darah. Kakiku yang telanjang lecet dan berdarah karena tergores bebatuan tajam di lantai tanah, tapi aku sudah tidak merasakan sakitnya lagi. Adrenalin telah mematikan sarafku.​"Ethan..." panggilku parau. Tenggorokanku kering kerontang seperti pasir.​Tidak ada jawaban.​Tubuh Ethan di punggungku terasa semakin berat, seperti memikul batu nisan. Lengan kanannya yang melingkar di leherku terkulai lemas. Kepala pria itu jatuh di bahuku, napasnya terdengar sangat tipis dan tidak teratur. Setiap kali dia mengembuskan napas panas di leherku, aku bersyukur dia belum menjadi mayat.​Kami sudah berjalan—atau lebih

  • Jerat Cinta Mafia Hyper   Bab 14 - Senjata Pertama

    ​"Matikan lampunya," bisik Ethan tajam.​Aku tidak bertanya. Tanganku langsung meraba dinding, menemukan sakelar, dan menekannya.​Klik.​Klinik kecil itu gelap total. Satu-satunya cahaya berasal dari layar monitor CCTV yang berkedip suram di sudut ruangan, menampilkan pemandangan luar yang mengerikan.​Di layar hitam putih itu, aku melihat empat orang pria bergerak mendekati pintu garasi besi. Salah satu dari mereka menempelkan sesuatu di engsel pintu.​"C-4," gumam Ethan, matanya menyipit menatap layar. "Mereka tidak berniat menangkap kita hidup-hidup. Mereka ingin meledakkan tempat ini dan mengubur kita di dalamnya."​"Apa yang harus kita lakukan?" bisikku, kepanikan membuat suaraku melengking. "Kita terjebak, Ethan!"​Ethan tidak menjawab kepanikanku. Di dalam kegelapan, aku mendengar suara logam beradu. Dia sedang mengokang senjatanya.​Tiba-tiba, tangan kanannya yang sehat meraih tanganku di kegelapan. Ia meletakkan sesuatu yang berat, dingin, dan mematikan di telapak tanganku.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status