'Sial! Apa yang sudah terjadi. Gadis ini ... aarghh shiit. Mengapa aku bisa tidur bersamanya?'
'Come on, Johnny! Ingatlah sesuatu.'
Lelaki tampan itu merutuki dirinya sendiri, kala terbangun dari tidurnya. Kepala yang masih terasa berat karna pengaruh alkohol, membuatnya gusar. Terlebih, ketika melihat seorang wanita yang dikenalnya sebagai karyawan di kantornya itu, tidur satu kasur dengannya di kamar hotel, dan hanya terbalut selimut.
'Tidak ... tidak. Ini tidak mungkin! Aku bersamanya malam tadi?'
Dirinya semakin tak tentu arah, dan berusaha mengingat-ingat apa yang sudah terjadi setelah acara pesta perayaan pemenangan proyek besar oleh perusahaan miliknya. Sampai, suara seorang wanita membuyarkan segala pikirannya.
"Aarghh. Kepalaku sa--kit sekali." Gadis itu memegangi kepalanya, dan berusaha membangunkan diri.
Betapa terkejutnya dia, mendapati dirinya yang hanya terbalut selimut, tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhnya. Tak sampai disitu, rasa terkejutnya semakin menjadi melihat sosok pria yang hanya menggunakan boxer, duduk di sisi kasur tempatnya berbaring.
Gadis itu hapal betul, bahwa sosok itu adalah pemilik perusahaan yang menerimanya bekerja satu bulan lalu. Dengan bibir bergetar, dan hidung yang mulai memanas, gadis itu memberanikan diri memanggil nama pria tersebut.
"Ba--pak Suh?"
Mendengarnya, pria itu langsung membalikkan badan ke arah gadis yang menyebut namanya. Rasa marah, bingung, dan iba melihat gadis itu menyeruak dan bersatu dari dalam hati dan pikirannya.
"Pak, ada apa ini? Mengapa saya? Kita? Apa yang terjadi." Gadis berambut panjang itu meminta penjelasan kepada pria yang sekamar dengannya saat ini.
"Seharusnya saya yang bertanya padamu. Apa yang sebenarnya terjadi! Kamu menjebak saya?" Tak disangka, lelaki itu malah menyalahkan sang gadis.
"Ha? Menjebak bapak? Saya tidak tau apapun. Apa saya sudah kehilangan akal, sampai harus menjebak bapak. Saya bahkan tidak tertarik sedikitpun dengan bapak. Atas dasar apa saya ingin menjebak bapak dengan cara menjijikkan seperti ini."
Jleb
Pikiran pria bernama Suh Johnny yang sudah mulai jernih itu, langsung tersadar dengan ucapan wanita yang tidur bersamanya malam tadi. Benar, gadis yang baru sebulan menjadi karyawannya tersebut tak seperti gadis-gadis lain yang berusaha mengejarnya. Wanita bernama Soraya itu sangat cuek, dan cenderung tidak menyukainya. Mana mungkin pula gadis itu sengaja menjebaknya dengan cara seperti ini.
Usai melontarkan perkataan pedasnya pada pemilik perusahaan tempatnya bekerja itu, Soraya tak dapat lagi membendung air matanya. Dia tersedu, melihat keadaan dirinya saat ini yang sangat kacau dan memalukan.
"Hei. Jangan menangis. Maafkan saya yang menyalahkanmu. Saya tidak bermaksud begitu. Saya hanya bingung, mengapa kita bisa berada di kamar ini berdua, dengan keadaan kacau seperti ini."
Johnny yang merasa bersalah atas tuduhannya pada Soraya barusan, lantas mendekati Soraya dan membujuk wanita yang menangis tersedu itu. Dia sangat rapuh jika di hadapkan dengan wanita. Dia tak bisa melihat wanita menangis di hadapannya.
"Apa yang sudah terjadi. Tolong beritahu saya, Pak. Shhh." Soraya meringis merasakan perih di bagian intinya.
"Sepertinya ... saya dan kamu, sudah melakukan hal itu malam tadi. Tapi percayalah, saya tidak tahu apapun. Ada yang sengaja menjebak saya ... ehmm ... kita."
Johnny berusaha meyakinkan Soraya, bahwa apa yang sudah terjadi pada mereka, bukanlah hal yang dia sengaja perbuat.
"Bapak telah merenggut kesucian saya." Tangis Soraya pecah mengatakan hal yang sangat amat memalukan baginya.
Degh
Lagi-lagi, ucapan gadis itu berhasil membuat Johnny terkejut hebat. Sedikit tidak percaya akan ucapan Soraya. Namun, Johnny tak berusaha membantah perkataan gadis itu saat ini. Dia merengkuh Soraya ke pelukannya, dan membiarkan staff-nya itu menangis di sana.
"Sorry," bisiknya pelan pada Soraya.
Soraya memukul-mukul pelan dada bidang pria itu. Tak mampu berucap, dia hanya menangis sesenggukan di dalam pelukan hangat Johnny. Rasa nyaman didapati oleh tubuhnya, namun tidak dengan hatinya.
"Sudah? Apa kamu sudah lega?" ucap Johnny saat melihat Soraya dengan tangisnya yang mulai mereda.
"Pakailah ini. Bersihkan dirimu. Saya akan mengantarmu pulang nanti." Johnny mengulurkan handuk kimono kepada Soraya, dan menyuruh gadis itu untuk membersihkan diri.
Tak menjawab, Soraya yang dikenal sebagai gadis keras kepala itupun hanya mengangguk pelan, dan menuruti perintah dari bos-nya. Dia mengenakan handuk kimono itu untuk menutupi tubuhnya. Hatinya sungguh sangat hancur. Tak menyangka, jika kesucian yang dia jaga, kini telah diambil tanpa sadar oleh bos-nya sendiri.
Tak hanya itu, pikiran Soraya juga sangat berkecamuk. Apa yang akan dikatakannya pada mama dan juga papa-nya? Lalu bagaimana jika dia hamil karna telah berhubungan dengan seorang pria. Semua bercampur aduk meliputi otaknya saat ini.
'Aku sangat kotor! Aku malu.' Soraya yang berada di kamar mandi, mengutuk dirinya. Dengan aliran shower yang menyatu bersama air mata, dia berulang kali memukul-mukul kepalanya sendiri.
Sementara itu, masih di ruangan yang sama, Johnny yang masih belum percaya atas ucapan Soraya yang mengatakan bahwa dirinya orang pertama yang menikmati tubuh gadis itu, berusaha mencari bukti dari perkataan Soraya.
Dia menyibak selimut yang menutupi sprei kasur dengan ukuran king size itu. Melempar selimut ke sembarang tempat, dan mencari 'bukti' dari kesucian Soraya yang direnggutnya. Dan benar saja, Johnny melihat bercak merah di atas sprei, tepat berada di posisi Soraya berbaring tadi.
Jantung Johnny berdetak cepat. Tak pernah dia merasakan hal seperti ini. Rasa bersalah kini makin menghantui dirinya. Dia merasa sudah menjadi sangat jahat karna merenggut kesucian gadis itu tanpa ikatan pernikahan. Meskipun, dia sendiri juga tak menyadari telah melakukan hal tersebut.
'Dia masih suci. Aku sudah mengotorinya,' desau Johnny.
Mengalihkan pandangannya ke kamar mandi, Johnny yang merasa Soraya sudah sangat lama berada di dalam sana, dan hanya mendengar suara gemericik shower yang terus menyala sejak tadi, lantas mendekat, dan mengetuk pintu kamar mandi tersebut.
"Soraya. Apa sudah selesai?" Johnny memanggil nama karyawannya itu dari arah luar.
"Soraya? Apa kau baik-baik saja?"
Tak mendapat jawaban apapun bahkan setelah memanggil berkali-kali, Johnny yang mulai khawatir akan keadaan Soraya pun langsung mendobrak pintu kamar mandi hotel yang berbahan kaca tebal itu dengan tubuhnya.
Beruntung karna pintu bisa terbuka dengan mudah, dan benar saja, Johnny mendapati Soraya yang basah kuyup dengan masih menggunakan handuk kimono itu, terkulai lemas di bawah shower yang menyala. Melihat hal tersebut, Johnny lantas mengangkat tubuh Soraya menuju kasur. Tak perduli, jika kasur di kamar hotel mewah itu akan basah dibuatnya.
'Apa lagi ini?' Johnny yang sudah gusar itu, semakin gusar melihat kondisi Soraya.
'Gadis ini sangat terpukul. Aku sudah menodainya. Dasar bodoh!' Johnny terus meracau dan mengatai dirinya sendiri.
Tak tega melihat kondisi Soraya yang sudah sangat pucat dan lemas, Johnny langsung menghubungi layanan hotel, untuk segera membawakan dokter ke kamarnya.
Dengan kekuasaan yang dimilikinya, Johnny bisa memberikan perintah apa saja, dan dengan siapa saja. Bagaimana tidak, siapa yang tak mengenal dirinya. Dia merupakan pemilik perusahaan properti terbesar di Ibukota. Sahamnya bahkan berada di hampir semua hotel, termasuk hotel yang diinapinya saat ini.
Tak menunggu lama, pihak hotel segera datang ke kamar Suh Johnny, dengan membawa seorang dokter. Manager hotel yang juga mengenal Johnny, turut ikut menemuinya di kamar.
Manager hotel itu juga merasa kaget ketika mendapat panggilan dari Suh Johnny. Sebab, dia sama sekali tak mengetahui bahwa Johnny yang merupakan member VVIP mereka, sekaligus pemegang saham tersebar di hotel itu, menginap di sini. Yang dia tahu, Suh Johnny membooking hotel untuk acara pesta saja. Tak ada rencana menginap seperti ini.
"Ada apa, Pak Suh? Siapa yang sakit?" Manager hotel itu lantas bertanya pada Johnny.
"Tidak. Bukan siapa-siapa. Pergilah dari sini. Biar dokter saja yang tinggal," ucap Johnny. Dia meminta agar manager hotel tersebut, beserta beberapa staff-nya, untuk keluar dari kamarnya.
"Baiklah, Pak. Jika ada sesuatu yang diperlukan, hubungi saja kami,"
Manager hotel itu menurut atas perintah Johnny. Bersama staff yang datang bersamanya tadi, dia meninggalkan kamar yang dipakai oleh Suh Johnny.
"Dokter Riko, ada apa dengannya?" tanya Johnny pada dokter yang terlihat sigap memeriksa Soraya.
"Tidak serius, Pak. Malam pertama, Pak? Bapak Suh sudah menikah ternyata. Selamat ya, Pak. Istri bapak ini hanya sedikit shock saja karna malam pertamanya. Dia hanya perlu beristirahat."
Menikah? Istri? Malam pertama? Apa yang dokter ini katakan. Johnny hanya termangu mendengar penuturan dokter yang memang juga sudah mengenalnya itu.
"Saya sudah siapkan resep obatnya. Bapak bisa menebus ke apotek nanti. Tidak banyak, hanya beberapa vitamin saja. Istri bapak juga dipakaikan baju hangat, ya. Dia kedinginan. Oh,ya, satu lagi, jika ibu masih shock, jangan paksa dulu,ya, Pak."
Dokter itu tertawa kecil mengatakan hal tersebut pada Johnny. Dia mengira, bahwa Johnny dan Soraya adalah pasangan yang baru saja menikah. Sebab, dia mengetahui bahwa Soraya merasa hal aneh di tubuhnya karna aktivitas seksual yang baru pertama kali dia lakukan.
Tak tau harus menjawab apa, Johnny mengiyakan saja perkataan dokter kenalannya itu. "Baiklah, Dok. Terima kasih banyak," ucap Johnny sembari mengulurkan sejumlah uang kepada dokter tersebut."Sama-sama, Pak. Tapi, ini terlalu banyak." Dokter bernama Riko itu sedikit kaget dengan jumlah uang yang diberikan oleh Johnny yang dinilainya terlalu banyak.
"Ya, tidak apa. Pergilah. Satu hal, jangan bicara apapun tentang saya dan wanita ini di luaran sana," ucap Suh Johnny dengan membelakangi dokter itu.
Johnny terus menatap wajah sendu Soraya. Tak disangka, gadis yang baru saja sebulan bekerja di perusahaannya, dan selalu berselisih faham dengannya itu, telah ternoda karna perbuatan yang bahkan tak disadarinya. Soraya yang sering disebutnya dengan sebutan gadis keras kepala itu, kini tak lagi menunjukkan sikap arogansinya pada Johnny.Dia terus saja menatap Soraya, refleks mengelus dahi dan mengusap rambut gadis itu. Suara ketukan pintu kemudian membuyarkan lamunannya. "Permisi, Pak," ucap seseorang dari luar."Ya, masuk," sahut Johnny.Wanita yang merupakan staff hotel itupun langsung masuk setelah dipersilahkan oleh si penunggu kamar. Dia terlihat membawa papper bag berisi beberapa pakaian wanita yang ternyata dipesan Johnny untuk Soraya. Staff itu juga membawa obat-obatan dari apotek, yang sudah di pesan juga oleh Johnny sebelumnya. "Ini, pesanannya, Pak. Mau di taruh di mana?" "Kamu, tolong ganti pakaiannya, ya. Obatnya letakkan saja di situ. Saya akan ke balkon," titah Johnny
Seperti kehilangan kata-kata, Soraya menurut saja dengan perintah bos-nya. Selain enggan berbicara banyak, Soraya juga merasa sangat lapar.Sambil mengunyah potongan croissant yang disuapkan oleh Johnny, tatapan Soraya tak luput dari pria berambut coklat gelap itu. Sampai tiba, suara pintu yang diketuk dari arah luar, memecah keheningan di antara mereka berdua."Masuklah, Kevin." Johnny langsung menyuruh orang yang mengetuk pintu untuk masuk. Dia tau siapa yang datang."Selamat pagi, Jo." Benar, Kevin adalah orang yang mengetuk pintu kamar tadi. Meluaskan pandangannya, betapa terkejutnya Kevin ketika melihat Soraya berada satu kamar dengan bos-nya. Dia bahkan sampai mengucek matanya, memastikan benar tidaknya bahwa gadis itu Soraya. Bagaimana mungkin, pikirnya."Apa yang kamu lihat, Kevin. Ya, dia Soraya. Teman pacar kamu." Johnny yang mengerti akan keheranan Kevin, lantas langsung menjelaskan tanpa ditanya oleh Kevin yang diketahuinya sedang menjalin hubungan dengan sahabat Soraya.
Usai memilih ponsel baru untuk menggantikan ponsel Soraya yang hilang di hotel, Johnny langsung melajukan mobilnya menuju rumah Soraya. Sementara Soraya, hanya menatap lurus ke depan. Masih berharap, bahwa apa yang sudah dialaminya saat ini hanyalah sebuah mimpi."Soraya. Kenapa diam saja. Bicaralah. Biasanya kamu itu banyak omong," ucap Johnny memecah keheningan di antara mereka."Harus bagaimana? Saya harus teriak-teriak di sini? Lagi pula, kenapa tidak bapak yang harusnya diam saja. Bukankah bapak biasanya tidak suka melihat saya yang banyak bicara ini," ketus Soraya. Memang benar, Johnny selalu merasa risih pada Soraya karna terlalu banyak bicara di kantor. Soraya adalah gadis dengan watak keras. Jika dia tak menyukai sesuatu, dia akan mengatakannya dengan gamblang. Tak perduli, siapa yang sedang di hadapinya.Jelas saja Soraya merasa aneh, karna Johnny yang biasa menyuruhnya diam, malah meminta agar dia bicara. 'Dasar pria aneh. Berkepribadian ganda!' batin Soraya."Bukan begitu
"Nak Johnny, duduklah. Tante akan membuatkan minum untuk kalian," ujar Sonia."Hmmm ... tidak usah, Tante. Saya masih ada urusan lain. Lagipula, saya ke sini ingin meminta maaf pada tante, karna sudah membuat tante dan keluarga mengkhawatirkan Soraya," cegah Johnny pada tante Sonia."Sebenarnya, saya malam tadi ada urusan mendadak ke Singapura, Tante. Sekretaris saya sedang cuti. Jadi, saya meminta tolong pada Soraya untuk menggantikannya, dan membawa Soraya bersama saya ke Singapura," bohong Johnny memberi alasan pada tante Sonia.Mendengar penuturan Johnny, Soraya hanya melirik sekilas ke arah pria itu. Tak ingin menyangkal, karna alasan yang dibuat oleh Johnny memang terdengar masuk akal."Oh, ya sudah kalau begitu, Nak. Tidak apa-apa. Papa Soraya yang merasa sangat khawatir. Sebab, ponsel Soraya sama sekali tak bisa dihubungi. Arinda, sahabat Soraya juga mengaku bahwa Soraya menghilang begitu saja di pesta. Itu yang membuat papanya cemas," tutur Sonia dengan lemah lembut kepada la
"Shhhhhh. Aahhh. Ahhh." Suara desahan dari mulut wanita di dalam vidio itu, terdengar begitu jelas. Aktifitas seksual yang dilakukan oleh makhluk berbeda gender itu, terasa sangat panas. Meskipun mungkin, mereka berdua sedang di bawah pengaruh alkohol, namun lenguhan kenikmatan, dirasakan oleh keduanya.Pria dengan tubuh yang sangat proporsional, juga seorang wanita bertubuh dengan porsi sempurna, tampak menikmati permainan ranjang mereka. "Aarghhh, ini sangat nikmat, Taraka. Mengapa kita tak melakukannya sejak dulu ... hmmm?" Suara sang wanita, terekam jelas di vidio tersebut. Dengan menyebutkan sebuah nama, yang membuat Suh Johnny, yang sedang menyaksikan vidio tersebut, merasa sedikit terkaget.Ya, Suh Johnny sedang melihat vidio yang merekam bagaimana dia dan Soraya, melakukan hubungan terlarang, malam itu. Vidio yang didapatkan dari Kevin, sangat amat mengganggu fikirannya sekarang. Di luar kesadaran mereka, telah terjadi permaina
"Selamat siang, Tuan Narendra," kata Johnny setelah panggilan telponnya di terima.Johnny menghubungi ayahanda dari Soraya terlebih dahulu, sebelum pergi untuk menemui beliau. Beruntung, lelaki paruh baya itu menerima panggilan darinya."Ya, selamat siang. Dengan siapa?" Suara berat dari sebrang sana, menyahut panggilan Johnny."Saya, dengan Suh Johnny, Tuan Narendra. Apa saya bisa bertemu dengan tuan?" Johnny memperkenalkan dirinya, dan langsung mengungkapkan tujuannya menghubungi ayah dari wanita yang ditidurinya malam tadi."Suh Johnny? Apakah anda direktur perusahaan tempat anak saya bekerja?" Dengan nada menyelidik, Andi Narendra seperti sedang mengintrogasi Johnny. Meskipun hanya lewat telpon, namun, sikap mengintimidasi dari pria tersebut sangat terpancar jelas.Johnny sedikit tegang, mendengar penuturan dari orang yang disebutnya tuan itu. Khawatir, jika sebenarnya, vidio tersebut telah sampai di tangan Andi Narendra."Be
Johnny duduk, dan memulai pembicaraannya pada tuan Narendra. "Baik, Tuan. Langsung saja, saya ke sini ingin meminta maaf pada tuan, karna ...""Karna telah meniduri putri saya?" Belum selesai Johnny berkata, Andi Narendra langsung memotong ucapannya.Degh!Jantung Johnny berdetak hebat. Jika kepala keluarga Narendra itu bisa berkata demikian, berarti, video memalukan tersebut sudah sampai ke tangannya?'Tidak ... tidak ... ini tidak mungkin! Bagaimana bisa?' batin Johnny.Tante Sonia, yang juga masih berada di ruangan yang sama, tak kalah terkejut dengan ucapan suaminya. Ya, wanita paruh baya itu memang sudah mengetahui hal ini sebelumnya. Namun, dia mewanti-wanti lebih dulu pada suaminya, agar tak langsung menghakimi Johnny dan Soraya begitu saja."Tuan. Maafkan saya. Ini semua memang salah saya. Tapi, semua tak seperti yang Tuan fikirkan. Saya, dan Soraya, tak bermaksud demikian." Johnny berusaha menjelaskan sejujur-jujurnya atas apa yang sebenarnya, pada Andi Narendra."Bajingan!"
"Baik. Mama akan memanggil Soraya. Tapi, tolong tenanglah! Jangan melakukan apapun di sini. Jangan mencoba melakukan kekerasan lagi!" Sonia mengingatkan pada suaminya terlebih dahulu, agar tak berbuat macam-macam pada Johnny lagi, sembari dirinya akan memanggil putri mereka.Andi hanya terpaku mendengar perintah demi perintah dari sang istri. Dia juga berusaha menenangkan dirinya sendiri. Beliau sadar, bahwa tak bisa menghakimi putrinya, dan juga Johnny, atas hal yang baru dilihatnya dari satu sudut pandang saja.Menunggu kedatangan Soraya dan Sonia, kedua lelaki yang jelas tak berhubungan baik itu, hanya membisu. Ruangan hening sama sekali. Andi, yang masih berusaha menguasai emosinya, serta Johnny yang hanya duduk terpaku, dengan fikirannya yang juga tak kalah kalut sekarang.Sementara di lantai dua, Sonia sedang berusaha membujuk Soraya, yang masih berada di kamarnya."Yaya. Dengarkan mama! Kamu harus segera turun, dan menemui papamu. Kamu tak