Johnny terus menatap wajah sendu Soraya. Tak disangka, gadis yang baru saja sebulan bekerja di perusahaannya, dan selalu berselisih faham dengannya itu, telah ternoda karna perbuatan yang bahkan tak disadarinya. Soraya yang sering disebutnya dengan sebutan gadis keras kepala itu, kini tak lagi menunjukkan sikap arogansinya pada Johnny.
Dia terus saja menatap Soraya, refleks mengelus dahi dan mengusap rambut gadis itu.
Suara ketukan pintu kemudian membuyarkan lamunannya. "Permisi, Pak," ucap seseorang dari luar.
"Ya, masuk," sahut Johnny.
Wanita yang merupakan staff hotel itupun langsung masuk setelah dipersilahkan oleh si penunggu kamar. Dia terlihat membawa papper bag berisi beberapa pakaian wanita yang ternyata dipesan Johnny untuk Soraya. Staff itu juga membawa obat-obatan dari apotek, yang sudah di pesan juga oleh Johnny sebelumnya.
"Ini, pesanannya, Pak. Mau di taruh di mana?"
"Kamu, tolong ganti pakaiannya, ya. Obatnya letakkan saja di situ. Saya akan ke balkon," titah Johnny menunjuk ke arah Soraya.
"Baik, Pak." Tanpa bicara banyak, staff hotel itu langsung saja melaksanakan apa yang sudah diperintahkan Johnny.
Sementara itu, Johnny berjalan menuju balkon. Di sana, Johnny yang sedari tadi tak ingat akan ponselnya, langsung mengecek benda pipih itu, berniat akan menghubungi asisten pribadinya. Dia melihat puluhan panggilan tak terjawab dari asistennya tersebut sejak malam tadi. Belum sempat Johnny akan menghubungi balik, asistennya bahkan sudah lebih dulu menghubunginya.
"Selamat pagi, Jo. Kamu ada di mana? Mengapa menghilang dari acara tadi malam? Lalu ini, ada berita tak mengenakkan tentangmu," cecar asisten Johnny dari sebrang panggilan telepon, sesaat setelah Johnny menerima panggilannya.
"Berisik, Kevin! Kamu bisa bertanya satu-persatu tidak? Kamu membuat kepalaku bertambah pusing saja." Johnny membentak asistennya yang bernama Kevin itu, karna langsung mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.
"Maaf, Jo. Aku sangat khawatir. Terlebih lagi melihat berita tentang kamu di media online hari ini, dengan headline yang sangat memalukan." Kevin meminta maaf pada bos-nya, dan menjelaskan mengapa dia sampai sepanik itu.
"Berita apa?" tanya Johnny sedikit heran.
"Tentang kamu yang bermalam dengan seorang wanita," ucap Kevin pelan.
Johnny memijit pelipisnya. Sudah terduga, jika hal ini akan terjadi. Dia sudah pasti dijebak oleh seseorang. "Lalu, apa? Kamu diam saja menyaksikan hal bodoh itu?"
"Tentu saja tidak. Aku sudah menghentikan pemberitaan. Dengan bantuan team, kami menghubungi pihak media, dan menyuruh mereka menghapus serta memberi klarifikasi bahwa berita tersebut palsu," ujar pria itu menjelaskan ke bos sekaligus teman dekatnya itu.
"Bagus, Kevin. Sekarang, kamu jemput saya di Sheraton Grand." Johnny lega mendengar perkataan dari asistennya yang memang sangat bisa diandalkan itu. Dia juga meminta Kevin untuk menjemputnya dari hotel tempatnya menginap.
"Sheraton Grand? Apa kamu masih di sana?" Kevin tak menyangka jika bos-nya masih berada di hotel tempat pesta perayaan malam tadi. Bagaimana tidak, dia sudah kalang kabut mencari bos-nya itu ke sana ke mari, namun justru bos-nya masih berada di hotel.
"Ya. Jangan banyak tanya kamu. Cepatlah datang!" Johnny kembali meninggikan nada suaranya pada Kevin, karna asistennya itu terlalu banyak bertanya.
"Baiklah. Perintah siap laksanakan. Aku segera berangkat."
Johnny langsung memutus panggilan teleponnya pada Kevin. Dia lalu membuka pesan singkat yang dikirim oleh Kevin melalui aplikasi hijau, yang sudah entah berapa pesan jumlahnya.
Betapa terkejutnya dia, ketika melihat poto tangkapan layar dari artikel media online yang dikirim oleh Kevin. Di headline artikel tersebut, tertulis 'Hot party owner Suh Corporation'. Tak hanya itu, di artikel tersebut juga terpampang poto dirinya sedang berciuman dengan Soraya. Meskipun, wajah Soraya diblur, dan hanya terlihat wajah dirinya saja, Johnny bisa memastikan bahwa wanita itu adalah Soraya.
'Sialan! Apa-apaan ini!' umpat Johnny.
Dia tak habis pikir, tentang apa yang sebenarnya terjadi malam tadi. Dia bahkan tak mengingat satupun kejadian. Dia seperti amnesia mendadak. Ingin rasanya tak percaya, namun semua bukti sudah sangat jelas terpampang nyata di pelupuk matanya. Mulai dari bukti bahwa Soraya telah ternoda di tangannya, sampai bukti sebuah poto yang sukses makin mengganggu pikirannya.
"Pak, saya permisi. Nyonya itu sudah saya gantikan pakaiannya. Dia juga sepertinya sudah siuman." Staff hotel yang tadi diperintahkan Johnny untuk menyalin pakaian Soraya, mendatanginya di balkon, dan mengabarkan bahwa Soraya sudah mulai sadar dari pingsannya.
"Makanan juga sudah di antar oleh room service, Pak," lanjutnya.
"Ini, ambillah." Johnny mengulurkan uang tip untuk staff tersebut.
"Terima kasih banyak, Pak." Staff itu membungkukkan sedikit badannya pada Johnny, lalu pergi ke luar kamar setelahnya.
Johnny menghampiri Soraya yang masih terbaring di tempat tidur. Gadis itu kini sudah memakai dress panjang, dengan sweater rajut sebagai luaran. Terlihat sangat anggun. Sementara itu, mata Soraya juga mulai terbuka, dan melihat sekeliling ruangan. Johnny lalu duduk di pinggiran kasur, tepat di samping badan Soraya.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanyanya pada gadis bermata indah itu.
"Tidak ada yang baik. Hidupku bahkan sudah hancur sekarang." Dengan ekspresi datar, Soraya merespon ucapan Johnny.
"Jangan bicara seperti itu. Maafkan saya. Saya berada diluar kendali saya sendiri. Saya tak menyangka akan terjadi hal buruk begini." Johnny yang masih dengan rasa bersalahnya, tak henti meminta maaf pada Soraya.
"Biarlah. Tak ada yang perlu disesalkan. Mungkin sudah takdirku kehilangan mahkota sebelum menikah seperti ini." Dengan tatapan kosong lurus ke depan, dan tak melirik sedikitpun ke arah Johnny yang berada di sebelahnya, Soraya yang masih mengalami shock berat itu masih merespon dengan baik lawan bicaranya.
Johnny tertunduk mendengar ucapan Soraya. Dirinya merasa malu pada Soraya yang sangat menjaga harga dirinya sebagai wanita.
Hidup di dalam hingar-bingar kemewahan, dan biasa tidur dengan perempuan manapun yang dia inginkan, Johnny merasa tak punya muka lagi di hadapan Soraya. Tak diduganya, bahwa Soraya yang pernah terjun di dunia modeling, dan bahkan pernah ia anggap rendah, ternyata masih menjaga utuh kesuciannya.
"Aku akan menebus semua kesalahanku. Katakan, apa yang harus kuperbuat?" Johnny memegang tangan Soraya yang terlihat mungil saat berada di genggamannya.
Membiarkan tangannya di genggam Johnny, Soraya hanya menggeleng pelan. "Antar aku pulang saja," ucapnya kemudian.
Johnny mengangguk cepat, mengiyakan perkataan Soraya. "Baik, saya akan mengantarmu. Tapi sebelum itu, kamu makan dulu, ya. Kamu baru saja pingsan. Setelah itu, minum obat ini. Jangan khawatir, ini obat saya beli sesuai resep dokter."
Tanpa menunggu persetujuan dari Soraya, Johnny langsung mengambil makanan yang sudah tersedia, dan bersiap menyuapkannya pada Soraya. Sontak merasa kaget, Soraya langsung menoleh ke arah bos-nya itu, dan menatap lelaki itu dengan tatapan aneh.
Soraya terkesiap, menyaksikan hal tersebut. Suh Johnny yang dikenalnya sebagai manusia dingin dan menyebalkan, telah berubah seperti malaikat sekarang. Meskipun di hatinya menyimpan rasa dendam pada lelaki itu karna sudah dengan lancang menikmati tubuhnya, namun tak dapat dipungkiri, jika Johnny bersikap sangat manis padanya sekarang.
"Ayo, buka mulut! Kenapa malah bengong kamu ini." Johnny mendekatkan ujung garpu ke mulut Soraya.
Seperti kehilangan kata-kata, Soraya menurut saja dengan perintah bos-nya. Selain enggan berbicara banyak, Soraya juga merasa sangat lapar.Sambil mengunyah potongan croissant yang disuapkan oleh Johnny, tatapan Soraya tak luput dari pria berambut coklat gelap itu. Sampai tiba, suara pintu yang diketuk dari arah luar, memecah keheningan di antara mereka berdua."Masuklah, Kevin." Johnny langsung menyuruh orang yang mengetuk pintu untuk masuk. Dia tau siapa yang datang."Selamat pagi, Jo." Benar, Kevin adalah orang yang mengetuk pintu kamar tadi. Meluaskan pandangannya, betapa terkejutnya Kevin ketika melihat Soraya berada satu kamar dengan bos-nya. Dia bahkan sampai mengucek matanya, memastikan benar tidaknya bahwa gadis itu Soraya. Bagaimana mungkin, pikirnya."Apa yang kamu lihat, Kevin. Ya, dia Soraya. Teman pacar kamu." Johnny yang mengerti akan keheranan Kevin, lantas langsung menjelaskan tanpa ditanya oleh Kevin yang diketahuinya sedang menjalin hubungan dengan sahabat Soraya.
Usai memilih ponsel baru untuk menggantikan ponsel Soraya yang hilang di hotel, Johnny langsung melajukan mobilnya menuju rumah Soraya. Sementara Soraya, hanya menatap lurus ke depan. Masih berharap, bahwa apa yang sudah dialaminya saat ini hanyalah sebuah mimpi."Soraya. Kenapa diam saja. Bicaralah. Biasanya kamu itu banyak omong," ucap Johnny memecah keheningan di antara mereka."Harus bagaimana? Saya harus teriak-teriak di sini? Lagi pula, kenapa tidak bapak yang harusnya diam saja. Bukankah bapak biasanya tidak suka melihat saya yang banyak bicara ini," ketus Soraya. Memang benar, Johnny selalu merasa risih pada Soraya karna terlalu banyak bicara di kantor. Soraya adalah gadis dengan watak keras. Jika dia tak menyukai sesuatu, dia akan mengatakannya dengan gamblang. Tak perduli, siapa yang sedang di hadapinya.Jelas saja Soraya merasa aneh, karna Johnny yang biasa menyuruhnya diam, malah meminta agar dia bicara. 'Dasar pria aneh. Berkepribadian ganda!' batin Soraya."Bukan begitu
"Nak Johnny, duduklah. Tante akan membuatkan minum untuk kalian," ujar Sonia."Hmmm ... tidak usah, Tante. Saya masih ada urusan lain. Lagipula, saya ke sini ingin meminta maaf pada tante, karna sudah membuat tante dan keluarga mengkhawatirkan Soraya," cegah Johnny pada tante Sonia."Sebenarnya, saya malam tadi ada urusan mendadak ke Singapura, Tante. Sekretaris saya sedang cuti. Jadi, saya meminta tolong pada Soraya untuk menggantikannya, dan membawa Soraya bersama saya ke Singapura," bohong Johnny memberi alasan pada tante Sonia.Mendengar penuturan Johnny, Soraya hanya melirik sekilas ke arah pria itu. Tak ingin menyangkal, karna alasan yang dibuat oleh Johnny memang terdengar masuk akal."Oh, ya sudah kalau begitu, Nak. Tidak apa-apa. Papa Soraya yang merasa sangat khawatir. Sebab, ponsel Soraya sama sekali tak bisa dihubungi. Arinda, sahabat Soraya juga mengaku bahwa Soraya menghilang begitu saja di pesta. Itu yang membuat papanya cemas," tutur Sonia dengan lemah lembut kepada la
"Shhhhhh. Aahhh. Ahhh." Suara desahan dari mulut wanita di dalam vidio itu, terdengar begitu jelas. Aktifitas seksual yang dilakukan oleh makhluk berbeda gender itu, terasa sangat panas. Meskipun mungkin, mereka berdua sedang di bawah pengaruh alkohol, namun lenguhan kenikmatan, dirasakan oleh keduanya.Pria dengan tubuh yang sangat proporsional, juga seorang wanita bertubuh dengan porsi sempurna, tampak menikmati permainan ranjang mereka. "Aarghhh, ini sangat nikmat, Taraka. Mengapa kita tak melakukannya sejak dulu ... hmmm?" Suara sang wanita, terekam jelas di vidio tersebut. Dengan menyebutkan sebuah nama, yang membuat Suh Johnny, yang sedang menyaksikan vidio tersebut, merasa sedikit terkaget.Ya, Suh Johnny sedang melihat vidio yang merekam bagaimana dia dan Soraya, melakukan hubungan terlarang, malam itu. Vidio yang didapatkan dari Kevin, sangat amat mengganggu fikirannya sekarang. Di luar kesadaran mereka, telah terjadi permaina
"Selamat siang, Tuan Narendra," kata Johnny setelah panggilan telponnya di terima.Johnny menghubungi ayahanda dari Soraya terlebih dahulu, sebelum pergi untuk menemui beliau. Beruntung, lelaki paruh baya itu menerima panggilan darinya."Ya, selamat siang. Dengan siapa?" Suara berat dari sebrang sana, menyahut panggilan Johnny."Saya, dengan Suh Johnny, Tuan Narendra. Apa saya bisa bertemu dengan tuan?" Johnny memperkenalkan dirinya, dan langsung mengungkapkan tujuannya menghubungi ayah dari wanita yang ditidurinya malam tadi."Suh Johnny? Apakah anda direktur perusahaan tempat anak saya bekerja?" Dengan nada menyelidik, Andi Narendra seperti sedang mengintrogasi Johnny. Meskipun hanya lewat telpon, namun, sikap mengintimidasi dari pria tersebut sangat terpancar jelas.Johnny sedikit tegang, mendengar penuturan dari orang yang disebutnya tuan itu. Khawatir, jika sebenarnya, vidio tersebut telah sampai di tangan Andi Narendra."Be
Johnny duduk, dan memulai pembicaraannya pada tuan Narendra. "Baik, Tuan. Langsung saja, saya ke sini ingin meminta maaf pada tuan, karna ...""Karna telah meniduri putri saya?" Belum selesai Johnny berkata, Andi Narendra langsung memotong ucapannya.Degh!Jantung Johnny berdetak hebat. Jika kepala keluarga Narendra itu bisa berkata demikian, berarti, video memalukan tersebut sudah sampai ke tangannya?'Tidak ... tidak ... ini tidak mungkin! Bagaimana bisa?' batin Johnny.Tante Sonia, yang juga masih berada di ruangan yang sama, tak kalah terkejut dengan ucapan suaminya. Ya, wanita paruh baya itu memang sudah mengetahui hal ini sebelumnya. Namun, dia mewanti-wanti lebih dulu pada suaminya, agar tak langsung menghakimi Johnny dan Soraya begitu saja."Tuan. Maafkan saya. Ini semua memang salah saya. Tapi, semua tak seperti yang Tuan fikirkan. Saya, dan Soraya, tak bermaksud demikian." Johnny berusaha menjelaskan sejujur-jujurnya atas apa yang sebenarnya, pada Andi Narendra."Bajingan!"
"Baik. Mama akan memanggil Soraya. Tapi, tolong tenanglah! Jangan melakukan apapun di sini. Jangan mencoba melakukan kekerasan lagi!" Sonia mengingatkan pada suaminya terlebih dahulu, agar tak berbuat macam-macam pada Johnny lagi, sembari dirinya akan memanggil putri mereka.Andi hanya terpaku mendengar perintah demi perintah dari sang istri. Dia juga berusaha menenangkan dirinya sendiri. Beliau sadar, bahwa tak bisa menghakimi putrinya, dan juga Johnny, atas hal yang baru dilihatnya dari satu sudut pandang saja.Menunggu kedatangan Soraya dan Sonia, kedua lelaki yang jelas tak berhubungan baik itu, hanya membisu. Ruangan hening sama sekali. Andi, yang masih berusaha menguasai emosinya, serta Johnny yang hanya duduk terpaku, dengan fikirannya yang juga tak kalah kalut sekarang.Sementara di lantai dua, Sonia sedang berusaha membujuk Soraya, yang masih berada di kamarnya."Yaya. Dengarkan mama! Kamu harus segera turun, dan menemui papamu. Kamu tak
"Benar, Tuan. Saya juga sedang mencari tahu, apa motif dari penjebakan ini. Namun saya yakin, bahwa Soraya tak ada sangkut pautnya. Tujuan utama dari penjebakan ini adalah saya." Johnny terus meyakinkan papa Soraya."Hhhhhh. Saya mengerti." Andi Narendra menghela nafas sejenak."Sekarang, apa yang bisa kau lakukan untuk mempertanggung jawabkan segalanya? Saya tak ingin, nama baik dari anak, dan juga keluarga saya, tercoreng karna masalah ini. Bagaimana jika nanti, video ini menyebar ke mana-mana? Ha? Kau juga harus memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya nanti," lanjutnya.Tak dapat dipungkiri, bahwa Andi Narendra juga seorang ayah. Alih-alih memikirkan dirinya sendiri, dia juga sangat memikirkan nama baik dari putrinya. Meskipun sekarang ini, video tersebut sudah dipastikan tak tersebar ke manapun, namun benar katanya, siapa yang tahu ke depannya akan bagaimana. Sementara si pemilik file asli dari video tersebut, belum diketahui wujudnya."A