แชร์

Menghadapi Tuan Narendra

ผู้เขียน: Putri Hariyono
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-06-17 09:00:15

"Selamat siang, Tuan Narendra," kata Johnny setelah panggilan telponnya di terima.

Johnny menghubungi ayahanda dari Soraya terlebih dahulu, sebelum pergi untuk menemui beliau. Beruntung, lelaki paruh baya itu menerima panggilan darinya.

"Ya, selamat siang. Dengan siapa?" Suara berat dari sebrang sana, menyahut panggilan Johnny.

"Saya, dengan Suh Johnny, Tuan Narendra. Apa saya bisa bertemu dengan tuan?" Johnny memperkenalkan dirinya, dan langsung mengungkapkan tujuannya menghubungi ayah dari wanita yang ditidurinya malam tadi.

"Suh Johnny? Apakah anda direktur perusahaan tempat anak saya bekerja?" Dengan nada menyelidik, Andi Narendra seperti sedang mengintrogasi Johnny. Meskipun hanya lewat telpon, namun, sikap mengintimidasi dari pria tersebut sangat terpancar jelas.

Johnny sedikit tegang, mendengar penuturan dari orang yang disebutnya tuan itu. Khawatir, jika sebenarnya, vidio tersebut telah sampai di tangan Andi Narendra.

"Benar, Tuan. Ada hal yang ingin saya bicarakan dengan tuan. Ini menyangkut tentang Soraya, putri Tuan." Johnny menjelaskan.

"Baik. Temui saya di rumah. Anda sudah tau alamatnya, bukan? Saya tunggu!"

Tanpa menunggu jawaban dari Johnny, Andi Narendra langsung menutup panggilan telponnya.

Darah Johnny berdesir seketika. Dia tak pernah merasakan setakut ini pada seseorang. Namun, demi menyelamatkan harga diri Soraya, dan tanggung jawabnya karna telah membawa Soraya dalam situasi yang sangat rumit ini, Johnny harus siap menerima amarah dari siapapun, terutama dari keluarga Narendra.

Tak menunggu lama, Johnny langsung saja menuju ke kediaman keluarga Narendra lagi. Seharian ini, dia dua kali datang ke sana. Berbeda dengan tampilannya pagi tadi, Johnny kini tampak berpakaian lebih santai. Hanya menggunakan hoddie dan celana jeans, yang dia ganti di kantor tadi.

Di kantornya, Johnny memang menyediakan beberapa pakaian. Sebab, dirinya yang gila kerja, kerap kali tak sempat pulang ke rumah, dan bermalam di kantor. Bahkan di ruang kerjanya, terdapat kamar, lengkap dengan bedroom dengan ukuran standart, yang nyaman.

'Huufftt. Apapun yang akan dilakukan tuan Narendra padaku nanti, aku tak boleh terpancing emosi. Ini salahku. Aku harus menerimanya,' gumam Johnny, sebelum kemudian dia melajukan mobil sportnya menuju rumah Soraya.

Sampai di sana, Johnny melihat sebuah mobil yang sudah terparkir di halaman rumah, dengan nuansa putih itu. Sudah bisa dipastikan, itu adalah mobil dari ayahanda Soraya.

Johnny turun dari mobilnya, menuju ke arah pintu. Langsung saja, pria tampan itu memencet bel rumah keluarga Narendra, untuk yang kedua kalinya, setelah pagi tadi.

Pintupun segera terbuka, dan lagi, Sonia Narendra yang membukakan untuknya.

"Silahkan masuk, Nak. Papa Soraya sudah menunggu." Sonia mempersilahkan tamunya untuk masuk, dengan iringan senyum tipisnya.

"Terima kasih, Tante." Johnny mengucap terima kasih pada tante Sonia, lalu membuntuti wanita itu dari belakang.

Memasuki rumah, tante Sonia membawa Johnny langsung ke ruang keluarga. Di mana tempat Andi Narendra berada.

"Selamat siang, Tuan Narendra," ucap Johnny, setelah melihat sosok sangat berwibawa, yang masih duduk membelakanginya.

Mendengar panggilan dari seseorang, Andi Narendra lantas menoleh ke arah tersebut. Beliau mulai berdiri, menyambut tamunya tersebut.

"Hmmm ... Suh Johnny. Anda ternyata masih sangat muda." Andi Narendra mulai mengintimidasi Johnny.

"Papa ini bagaimana? Tamu bukannya dipersilahkan duduk, malah langsung diintrogasi. Tidak baik seperti itu." Tante Sonia yang seperti tau akan amarah suaminya, berusaha untuk memecah suasana tegang di antara suaminya itu, dan juga Johnny.

Andi melirik ke arah sang istri. Sonia yang tak ingin ada keributan, berusaha menenangkan suaminya lewat kedipan mata. Sonia memejamkan matanya sejenak, lalu menggeleng pelan, juga tersenyum ke arah suaminya. Mengisyaratkan, bahwa semua tak harus diselesaikan dengan panas hati.

"Ehmm ... baiklah. Silahkan duduk! Banyak yang ingin saya tanyakan kepada anda." Masih dengan ketus, Andi akhirnya mempersilahkan Suh Johnny untuk duduk bersamanya.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Jerat Cinta Mr. Suh   Kegelisahan Menuju Hari Pernikahan

    "Bagaimana ini, Arinda." Isak tangis Soraya memecah kala sahabatnya itu datang menemuinya. "Kenapa bisa seperti ini, Aya. Aku dan Kevin mencarimu dan pak Suh kemana-mana malam itu. Aku juga tak menduga bahwa kalian ternyata bersama." Arinda memeluk Soraya erat. "Semua terjadi begitu saja, Arinda. Sekarang, papa sudah sangat marah. Aku tak mungkin bisa membantah perkataan papa yang memintaku untuk menikah dengan pak Suh." Soraya meluapkan isi hatinya dengan leluasa dipelukan Arinda. "Aku juga tidak bisa berbuat apapun, Soraya. Semua sudah terjadi. Mungkin ini ialah jalan terbaik dari Tuhan." Arinda menenangkan Soraya dengan tutur lembutnya. Soraya mengangguk mengiyakan ucapan dari sahabatnya itu. Ia juga tak bisa berbuat apapun. Semua harus ia terima dan jalani saja sekarang. "Apakah Taraka menghubungimu?" Arinda tiba-tiba teringat akan seseorang. Mendengar nama itu, Soraya terkejut. Ya, benar. Saking kalutnya pikiran, ia sampai tak teringat pada kekasih yang sudah bertahun-tahun

  • Jerat Cinta Mr. Suh   Flashback II (Bestie)

    "Jika kau ditolak, kau kira aku akan dengan egois membiarkanmu menjadi pengangguran sendirian?" ucap Arinda setengah meledek Soraya. "Huuuh ... kau ini." Soraya menoyor kepala Arinda pelan. Soraya dan Arinda sudah berteman sejak duduk di bangku SMA. Soraya yang merupakan putri dari pengusaha tekstil terbesar di kota itu, sangat nyaman berteman dengan Arinda, yang merupakan anak yatim piatu, dan hanya tinggal seorang diri di rumah yang tak terlalu besar peninggalan orang tuanya. Sikap perduli Arinda kepada Soraya, serta rasa kasih sayang yang Arinda berikan padanya, merupakan bagian dari hal yang membuat Soraya merasa sangat nyaman jika sedang bersama Arinda. "Yes, akhirnya kita diterima, Rin." Soraya bersorak ketika telah menyelesaikan intervew mereka, dan ke luar dari ruangan HRD tadi. "Puji Tuhan, Soraya. Kita bisa mulai bekerja besok," ucap Arinda. Hatinya sebenarnya sedikit mengganjal, karna percekcokan yang terjadi antara Soraya dan pria bernama Johnny Suh tadi. Terlebih, Jo

  • Jerat Cinta Mr. Suh   Flashback

    "Hah? Memangnya kamu ini siapa? Belagu banget jadi orang," sela Soraya, yang juga kaget atas perkataan Johnny barusan. Belum sempat mendapat jawaban dari lawan bicaranya, Soraya kembali dikagetkan oleh suara seseorang. "Johnny Suh. Kenapa kau masih berpakaian seperti ini. Meeting tiga puluh menit lagi!" ucap pria yang baru datang itu.Soraya dan Arinda saling tatap. Mereka menyadari sesuatu. Johnny Suh? Ya, benar. Lelaki dengan kaos oblong di hadapan mereka, pasti pemilik dari perusahaan yang bernama 'Suh Corporation' ini.'Mampus gue. Johnny Suh? Jadi, lelaki ini ...' gumam Soraya. "Mengerti sekarang kamu gadis sombong. Sekarang, ke luar dari kantor saya! Biarkan teman kamu bekerja." Pria yang benar adanya ialah pemilik perusahaan "Suh Corporation" itu, terang-terangan mengusir Soraya, karna telah berlaku tidak sopan padanya. Lelaki yang baru saja datang dan memperingatkan jadwal meeting pada Johnny tadi, juga tampak terheran-heran. Apa yang terjadi, pikirnya. Ia juga heran menga

  • Jerat Cinta Mr. Suh   He is Johnny

    Lagi-lagi, Dodo terlonjak kaget. Tapi mengalahi rasa penasarannya, Dodo yang sangat takut pada Johnny itu, hanya membalikkan badannya sebentar, dan mengangguk pelan, lalu meninggalkan bosnya yang tengah duduk di kursi tinggi ala bar tersebut.'Ada apa dengan tuan Suh. Aneh sekali. Tapi tak apalah, yuhuuuu ... akhirnya bisa refreshing,' gumam Dodo sembari berjalan menemui pekerja lainnya, untuk memberitahukan hal menggembirakan ini.Sementara Johnny, yang berada di ruangan bar yang khusus disediakan untuk tempatnya minum, kini telah menuangkan wine ke dalam gelasnya. Hatinya masih tak karuan. Rasa bersalah yang begitu kuat, juga terkaannya akan siapa yang sudah berani menjebak dirinya, sangat membuatnya menjadi kacau.'Aku tak akan melepaskanmu, bajingan! Setelah aku tau siapa kau sebenarnya, dan apa maksud dari tindakanmu ini, aku tak akan mengampunimu,' Johnny bergumam sesaat setelah ia menyesap segelas wine yang tadi ia tuangkan. Setelah melakukan ritual wajibnya untuk meminum wine

  • Jerat Cinta Mr. Suh   Semua diliburkan

    Bagaimana tidak, Johnny yang tidak pernah sama sekali menutup kantornya secara pribadi, di luar akhir pekan atau libur nasional, bahkan saat ayahnya meninggal dunia, kini dengan enteng memerintahkannya untuk menutup kantor selama seminggu penuh."Kau tau keadaannya, bukan? Tidak usah banyak tanya." Johnny tampak serius membolak-balik lembaran berkas di tangannya.Kevin yang merasa bahwa ada yang tidak beres pada sahabatnya itu, lantas merampas berkas yang sedang dibolak-balik oleh Johnny. Dia tau betul, bahwa sekarang pikiran Johnny bahkan tak tertumpu pada berkas lama tersebut."Katakan, Jo. Apa yang terjadi. Kau sudah menemui orang tua Soraya, bukan? Apa yang dia katakan?" tanya Kevin.Johnny yang menyadari bahwa fikirannya benar-benar gusar, akhirnya menyerah pada Kevin. Dia memang harus memberi tahu Kevin. Bagaimanapun juga, Kevin-lah nantinya yang akan dia andalkan untuk mengatur semuanya."Aku dan Soraya akan menikah ..."Kevin mengangguk mengerti. Pria berkacamata itu sudah men

  • Jerat Cinta Mr. Suh   Pernikahan

    "Kenapa kau menyetujuinya?" Tak disangka, Soraya yang sejak tadi hanya diam, kini berucap gamblang kepada Johnny.Johnny berusaha meredam segala ombak di kepalanya kepada Soraya. Ingin mengambil hati gadis itu. "Soraya, aku mohon, mengertilah. Bukan hanya memikirkan diriku sendiri, aku bahkan lebih memikirkan tentangmu." Johnny berlutut di hadapan Soraya. Berusaha meluluhkan wanita yang tiba-tiba saja akan menjadi istrinya.Tante Sonia yang sejak tadi memperhatikan, juga kini ikut membantu Johnny membujuk Soraya."Semua keputusan ini sudah diambil dengan pertimbangan yang baik, Soraya. Hentikan semua keegoisan itu, Nak. Fikirkan tentang masa depan kalian berdua. Kita tidak tau, apa yang bisa dilakukan oleh si penjebak itu lagi nantinya," jelas tante Soraya meyakinkan sang putri.Soraya kembali menangis tersedu. Air mata kini kembali membasahi pipinya. Menambah bengkak pada matanya. Semua di luar dari rencana masa depan yang sudah diaturnya jauh-jauh hari. "Mama akan meninggalkan kal

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status