Beranda / Romansa / Jerat Cinta Pak Manajer Tampan / Bab 18 - Tantangan yang mendebarkan

Share

Bab 18 - Tantangan yang mendebarkan

Penulis: Gilva Afnida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-16 23:03:15

Mesin mobil bersuara lembut, tapi bunyinya terasa terlalu keras di tengah keheningan yang menyelimuti ruang dalam.

Freya duduk di kursi penumpang, tubuhnya mendekat ke kiri, matanya terjaga pada pemandangan luar yang lewat cepat. Bibirnya menutup rapat, alisnya sedikit terangkat. Dia kembali ingat saat Arya mendekatkan wajahnya, hendak mencium bibirnya. Dia sudah ingin menyambut, tapi pria itu malah mengejeknya dengan kata-kata vulgar. Darahnya masih berdenyut kencang di telinganya. Rasa marah itu bercampur dengan malu yang luar biasa.

Kalau bukan karena Widya memaksa Arya untuk mengantar Freya pulang, Freya gak akan sudi berada dalam satu mobil dengannya.

Dasar konyol! Dicium Rio saja dia grogi, ini mau dicium Arya malah mangap bibirnya.

"Rumahmu ada dimana?" Freya hanya diam saja saat Arya bertanya.

Arya mengetukkan jari di setir kemudi, lalu melirik Freya melalui cermin tengah. Dia baru menyadari wajah Freya sangat merah dan bibirnya mengerut. "Kamu sakit?" tanyanya lagi.

"Turu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Pak Manajer Tampan   Bab 27 - Gitu-gituan?

    Pernikahan berlangsung sangat singkat. Di depan seorang penghulu, Arya mengucapkan ijab qobul dengan lancar tanpa hambatan.Hati Freya terasa gamang. Detik itu dia sudah menjadi istri sahnya Arya secara agama di depan segelintir orang, tapi sang ibu tak termasuk di dalamnya.Ada perasaan bersalah juga dalam hatinya karena harus menyembunyikan pernikahan ini dari ibunya. Tapi dia tak punya pilihan lain. Menurutnya, hanya ini satu-satunya cara tercepat agar hutang ibunya segera lunas.Sesi foto-foto dimulai. Mereka menyewa seorang fotografer profesional dadakan untuk mengambil momen yang bahagia itu. Meski pernikahan secara agama yang dilakukan terlihat sederhana, Widya tetap ingin melakukannya dengan baik.Widya sudah berpakaian rapi dengan gaun tosca sedang Bambang mengenakan jas hitam. Widya bahkan bersikeras untuk duduk di kursi roda, demi terciptanya foto keluarga yang dia inginkan."Freya," panggil Widya dengan wajah sumringahnya."Iya, Nek?" "Selamat ya," ucap Widya sambil merai

  • Jerat Cinta Pak Manajer Tampan   Bab 26 - Kenapa harus aku?

    "Maksud kakek?" tanya Arya, mengerutkan kening."Dari awal aku udah curiga sama hubungan kalian. Dan kecurigaan itu terbukti setelah aku mendengar semuanya dari mulut kalian sendiri." Bambang menatap Arya dengan tatapan tajam. "Kenapa kamu tega berbohong pada nenekmu sendiri?"Arya terdiam sejenak."Aku melakukannya demi nenek, Kek." Brak! Bambang menggebrak meja, membuat Freya terlonjak kaget. "Demi nenek katamu? Terus kalau sudah seperti ini kamu mau apa? Mengatakan terus terang pada nenekmu kalau semua ini hanya akal-akalan yang kamu buat?" bentaknya."Aku gak pernah sekecewa ini padamu, Arya," lanjutnya dengan suara dingin."Kalau bukan karena nenek yang meminta, aku juga gak bakal bohong kayak gini, Kek.""Tapi gak gini juga caranya, Arya. Gimana kalau nenekmu tahu nanti kalau kamu membohonginya? Bayangkan betapa terluka dia nantinya." Ucapan Bambang membuat Arya mengalihkan pandangan matanya ke bawah. "Nenekmu memang usianya gak akan lama lagi, tapi bukan seperti ini yang dia

  • Jerat Cinta Pak Manajer Tampan   Bab 25 - Kebohongan yang terungkap

    Freya berdiri di depan pintu yang terbuka sedikit dengan hati yang berdebar kencang. Arya sudah berjalan masuk kemudian dia ikut melangkah perlahan di belakang Arya.Begitu masuk, dia mengendus bau bunga melati yang menyegarkan dari vas di meja samping ranjang. Di sana, Widya terbaring dengan mata tertutup, wajahnya pucat dan kering. Di sisi lain ranjang, duduk Bambang seorang diri dengan rambut putih seperti kapas, mengenakan pakaian kasualnya. Tangan keringnya yang penuh keriput memegang tali infus yang terhubung ke lengan Widya, sedangkan tabung cairan tergantung di tiang di samping ranjang. Widya menoleh ke arah pintu begitu mendengar suara orang masuk. Mata masih nampak jernih meskipun usianya sudah lanjut. Dia melihat kedatangan Arya dengan wajah masam, tapi begitu melihat Freya berjalan di belakang, ada secercah harapan di dalam pandangannya. "Freya." Suaranya lembut, seperti angin sepoi. "Duduk di sini." Dia menunjuk kursi kecil di dekat ranjang. Freya men

  • Jerat Cinta Pak Manajer Tampan   Bab 24 - Rumah mewah

    Arya ikut menoleh ke belakang, dimana Rio memang sudah hampir melewati mobilnya. "Tenang, kaca mobilnya gelap. Harusnya dia gak bakal bisa lihat ke arah sini sih," kata Rio berusaha menenangkan.Meski Arya sudah berkata demikian, Freya tetap khawatir. Apalagi saat Rio menghentikan langkahnya dan menatap ke arah mobil Arya."Ngapain dia lihat-lihat ke arah sini?" gumam Freya.Mereka berdua memperhatikan gerak-gerik Rio yang menunjuk-nunjuk ke arah mobil. Kemudian Rio mengajak kawannya berjalan mendekat."Mampus. Ngapain pakai acara deketin mobil ini segala?" gumam Freya dengan wajah memucat.Sedang Arya masih berusaha menghidupkan mesin yang belum mau menyala."Hush, hush, sana!" Freya bergumam sendiri, merapal mantra agar Rio berubah pikiran mau pergi menjauh dari mobilnya Arya.Bukannya berhasil, Rio malah mengetuk pintu jendela mobil. Dia berkata, "Permisi, apa mobilnya mogok?""Mas, kita harus apa?" Freya menutupi wajahnya agar tak terlihat ol

  • Jerat Cinta Pak Manajer Tampan   Bab 23 - Kamu bawahanku

    "Di perjanjian gak ada tuh tertulis menuruti perintah di kantor," elak Freya."Tapi aku atasanmu dan kamu bawahanku. Seorang bawahan harus nurut ke atasan. Kalau enggak, aku bakal laporan kamu ke Pak Budi."Mendengar ancaman itu, mau tak mau Freya menuruti perintah Arya untuk mengerjakan tugasnya di ruangan itu dengan wajah sepenuhnya cemberut. Arya dan Freya bekerja sama sepanjang hari sampai sore menjelang. Mereka saling bertukar ide dan memberikan masukan. Mereka berdebat dan berdiskusi, tetapi mereka selalu berusaha untuk mencapai kompromi. Matahari semakin tenggelam dan semua karyawan sudah pulang. Hanya tertinggal mereka yang baru bersiap-siap untuk pulang. "Fre, nanti malam aku jemput kamu," kata Arya sambil membereskan berkas-berkas."Ha? Kemana?""Ke rumah nenek. Beliau pengen ketemu sama kamu."Freya teringat akan ucapan sang ibu agar tidak dekat-dekat dengan keluarga Bintara."Emm... tapi malam ini kayaknya aku gak bisa. Ada acara keluarga." Freya mencoba memberi alasan.

  • Jerat Cinta Pak Manajer Tampan   Bab 22 - Ini perintah!

    Keesokannya, suasana hati Freya terasa membaik. Di kantor, saat dia berjalan melewati ruangan kerja sang manajer, dia melirik ke arah dalam. Dimana ada Arya yang sedang sibuk mengamati dokumen dengan satu tangan lain sibuk memegang ponsel.Ciumannya dengan Arya kemarin masih terasa hangat dalam ingatannya. Membuat wajahnya seketika memerah. Dia masih mengingat bibir Arya yang terasa basah, lembut dan juga dingin di bibirnya.Tanpa disangka, Arya melirik ke arahnya juga. Membuat Freya salah tingkah hingga tak sengaja kepalanya menabrak tembok."Aduh!" Freya meringis kesakitan sambil memegangi dahinya yang berdenyut-denyut.Terdengar suara tawa yang cukup keras dari dalam ruangan. "Ada yang terpesona nih kayaknya..."Freya malu. Jadi dia langsung lari menjauh. Setelah dirasa sudah jauh, dia berhenti untuk mengambil napas."Freya," panggil seseorang dari arah belakang. Itu adalah Bintang, setengah berlari ke arah Freya.Freya menoleh. "Bintang? Ada apa?""Kamu gak buka pesan wa?" Suara B

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status