Suara tepuk tangan memenuhi ruangan itu. Namun ciuman kedua mempelai yang baru saja menikah itu belum juga terlepas. Malahan kini tangan Mederick beralih kebelakang leher Ariella, mendorongnya untuk memperdalam ciuman mereka. Ciuman yang mulanya hanya sebuah kecupan dengan bibir yang menempel kini mulai panas dengan decapan kecil yang dilakukan Mederick. Mata Ariella yang terpejam kini terbuka sempurna kala lidah pria itu berusaha menerobos masuk. Ia melotot kearah manik abu-abu yang juga terbuka itu. Mendapati pelototan itu Mederick medesis lalu melepaskan ciuman panas mereka. Mederick menatap ke segala pejuru memindai semua tamu yang terdiri dari sekitar 100 orang itu terdiam membeku. Mungkin terintimidasi oleh tatapan tak bersahabat yang Mederick layangkan atau terkejut dengan rupa tuan muda Winston yang sangat tampan. “Jika setelah ini ada yang berani menyentuh istriku maka orang itu mati!” ucapan Mederick sontak membuat mereka menelan saliva kasar dan mengangguk patuh, memang p
Ariella mengambil dua gelas kaca berkaki yang berisi anggur yang dibawa oleh pelayan, lalu menyerahkan salah satunya pada Dalton. Keheningan terasa diantara dua orang yang berbeda usia itu sebelum Ariella mengarahkan gelasnya dan bertos ria dengan gelas milik Dalton. “Sebelumnya aku minta maaf atas nama Winston, kau harus terseret dalam masalah yang lumayan rumit” Ucap Dalton memulai percakapan mereka “seharusnya aku berterima kasih karena keluarga Winston sudah membantu perusahaan ayah angkatku” Balas Ariella, dia tidak berniat menyembunyikan apapun, termasuk statusnya yang hanya anak angkat “Ku dengar ayahmu sedang berusaha mengambil alih pertambangan Ceron di Indonesia?” ucap Dalton sekedar basa-basi. Ariella tersenyum tipis, sepertinya Dalton tidak mempermasalahkan statusnya sebagai anak angkat. “Benar. Tapi sepertinya rencana itu akan gagal mengingat Derick yang ingin menghancurkan perusahaan Darwin.” jelas Ariella membuat Dalton mengulas senyum. Ternyata pilihan cucunya tidak
“APA YANG KAMU LAKUKAN, FANIYA!” Suara tamparan dan bentakan Andrew meraih atensi beberapa orang yang masih ada disana. Mereka menatap Faniya dengan raut kasihan. Kasihan karena sebenatar lagi wanita itu akan menjadi korban Mederick. Mereka yang tau betapa kejamnya Mederick dibalik sosok rupawannya yakin jika Faniya tidak akan selamat setelah menampar Ariella, isteri Mederick. Kembali pada Andrew, pria itu menatap tak percaya pada Faniya yang melayangkan tamparan pada pipi kanan Ariella. Tamparan itu meninggalkan bekas merah dipipi putih Ariella. Tangan Andrew terulur hendak menyentuh pipi gadis itu namun belum saja tangan Andrew mendarat, tangannya sudah ditepis oleh Ariella. “Ella..” Ucap Andrew pelan yang membuat Ariella memutar bola matanya malas “Ayahh.. Aku akan menikah dengan Mederick jika Ariella bercerai dengannya!” Andrew menatap geram pada Faniya, bukannya meminta maaf pada Ariella, Faniya justru menimbulkan keributan lainnya. “APA MAKSUDMU FANIYA! BERHENTI MEMPERMALU
Ariella keluar dari ballroom hotel. Dia hanya diam bahkan ketika Jack mengarahkannya menuju lift khusus. Lift bergerak dan mereka keluar dari lift. Jack berjalan di depan, menuju sebuah kamar di lantai 73 hotel Wston itu. “Ini kamar yang akan anda gunakan nona” Jack menunjuk sebuah kamar bernomor 1608. Kamar dengan nomor yang sama seperti tanggal hari ini. “Terima kasih, Jack” Ariella menatap ke arah Jack yang undur diri. Pintu terbuka. Gadis itu langsung masuk dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. “Sial, ini lebih sulit dari yang ku bayangkan” gadis itu bergumam. Tangannya melepaskan beragam jepit yang ada dirambutnya. Membuat rambut hitam itu tergerai dengan bebas. Ariella terdiam dengan mata yang tertuju pada langit-langit kamar. Tak lama ia menyadari sesuatu, segera gadis itu menatap ke seluruh penjuru ruangan. Sebuah kamar suits hotel dengan satu kasur dengan fasilitas yang lengkap. Di atas kasur terdapat hamparan bunga mawar yang dibentuk love. Cukup untuk membuatnya bergindik
“Se-sebentar..”Ariella tak dapat berbuat apa-apa ketika Mederick kembali menarik dan mengunci pergerakannya. Menekan tengkuknya agar ciuman itu semakin dalam. Ariella menatap Mederick. Kedua mata abu itu tertutup sempurna. Sensasi menggelitik ketika napas Mederick berhembus dengan kasar didepan wajahnya membuat gadis itu ikut memejamkan mata. Menikmati bibir pria itu yang kini menggigit kecil bibirnya.Ariella meringis ketika mederick mengigit keras bibirnya. Membuat bibirnya terluka dan berdarah namun rupanya hal itu semakin membuat Mederick memperdalam ciumannya. Decapan bergairah terdengar dikamar hotel yang senyap itu.Mederick menghentikan aksinya. Ketika tak mendapat respon dari lawan cumbuannya. Masih dengan posisi diatas Ariella tanpa jarak sedikitpun. Kerutan samar nampak di dahinya.“Kau tidak tidur kan?” Tanya Mederick. Ia menepuk pipi kanan Ariella yang memejamkan mata nya.Tidak ada respon. Pria itu menatap tak percaya lalu mendengus.“Bagaimana jika aku membangunkanmu d
“Ella? Apa ada masalah?”Arella bisa mendengar suara Sarah diluar“Tidak Sarah, aku baik-baik saja” Ucap Ariella. pandangannya kembali tertuju pada cermin lalu menggeram kesal.“baiklah, aku memanggilmu untuk sarapan”“Aku akan turun nanti” Ucap AriellaSetelah hampri 30 menit Ariella keluar dari kamar dengan perasaan kesal. Mederick meninggalkan jejak merah yang sangat sulit untuk Ella hilangkan. Dengan gaun putih polos dengan model turtleneck selutut yang melekat ditubuhnya, ia menuruni tangga, perutnya terasa lapar karena tidak makan apapun sejak semalam.Suara tapak kaki Ella yang terbalut flat shoes itu menimbulkan suara yang mengisi kesunyian mansion. Ariella mengamati mansion milik Mederick, rasanya begitu sepi. Hanya ada beberapa penjaga yang terlihat berjaga diluar rumah. Ini adalah rumah tempat Malkin berada bukan mansion Winston yang dipenuhi pelayan dan penjaga.“
“Aku tau” Ucap Ariella dengan senyum tipis, mata coklat itu mendongak, menatap pada Mederick yang berdiri menjulang didepannya “Aku sengaja melakukannya kau pasti akan akan menghapus jejak yang kutinggalkan, Mederick Winston.” Ucap Ariella dengan senyum yang semakin lebar“Kau benar-benar sesuatu Kitten”“Bukankah sudah ku bilang berhenti memanggilku kitten!” Ucap Ariella kesalTok..tokk“Tuan Mederick” Panggil Jack yang berada didepan pintu kamar. Pria itu melirik Ariella sekilas, mulutnya yang tadi hendak berbicara kini bungkam“Siapkan jet pribadiku” Ucap Mederick yang paham dengan maksud Jack. Setelah mendengar itu Jack mengangguk lalu keluar. Ariella sebagai pihak ketiga hanya menyimak obrolan keduanya dengan tatapan bingung“kau akan pergi?” Ucap Ariella cepat. Kini dia telah berdiri didepan Mederick “Sendiri?” Lanjut Ariella“Aku akan membawa Malkin ke Skotlandia” Ucap Mederick membuat mata coklat Ariella melotot“Kenapa tiba-tiba? Bukankah kau menyuruhku untuk merawatnya?” Tan
Saat ini tepat di mansion milik keluarga de servant, aura mencekam datang dari seorang wanita paruh baya yang menatap putra tunggalnya dengan mata yang penuh dengan amarah. Napasnya memburu ketika mendengar pernyataan anak kebanggannya itu.“Jadi ini yang kamu lakukan Mason? menghamili adik tunanganmu sendiri!” Lina menatap putra semata wayangnya yang menggandeng Faniya dengan tajam. Ia tak menyangka ketika kembali dari perjalanan bisnisnya selama sebulan dengan Loren, suaminya. Ia justru mendapat pernyataan dari putranya yang justru mengecewakannya.Dan lebih hebatnya lagi, Lina bahkan tidak mengetahui jika putranya itu telah menikah siri dengan Faniya. Dia benar-benar merasa gagal menjadi ibu.“Maafkan aku bu, aku tau apa yang kulakukan itu salah tapi aku tidak menyesal. Aku mencintai Faniya!” Ucap Mason, Ia masih setia menggandeng tangan Faniya. Yang sejak tadi menundukan kepalanya. Dia tidak menyangka bisa melihat nyonya besar D