Share

Bab 7 - Jadi Istri Bima

“Ya ampun, Tante minta maaf ya, Dara, karena nggak nemenin kamu sampai ke kamar yang Tante maksud.”

 Dara baru saja bercerita kejadian dia dan Bima di kamar tadi pada Tante Winda saat mereka tengah berada di meja makan. Dara benar-benar merasa bersalah, karena kesoktahuannya, dia malah memasuki kamar Bima tanpa izin. Namun, wanita paruh baya itu juga menunjukkan rasa bersalah yang sama pada Dara.

“Dara yang salah, Tan, karena nggak tanya lagi.” Cengiran muncul di wajah Dara usai berkata demikian.

Dia canggung setengah mati, karena ketahuan salah masuk kamar, dipergoki oleh yang punya kamar, dan kejadian itu terjadi ketika orang tua Bima ada di sini. Sementara Dara setengah mati menahan rasa malu, pria di hadapannya justru terlihat santai sekali, seolah tidak ada hal yang baru saja terjadi.

“Kamu juga, Bima! Lain kali kalau mau masuk kamar itu ketuk pintu dulu!” Alih-alih menyalahkan Dara, Tante Winda justru menyalahkan putranya sendiri.

Pria yang jadi korban kesalahan mamanya itu berdecak diiringi suara tawa yang ringan. “Itu kamarku, Ma. Bagaimana bisa aku yang disalahkan?” Pria itu kemudian melirik ke arah Dara.

Wajah Dara kembali memerah seperti tomat karena lirikan yang Bima berikan padanya. Beruntung, Tante Winda memutus kecanggungan itu dengan memukul pelan lengan anaknya.

“Itu, loh … baju Dara basah kan, karena kena tembakan pistol airnya Brian.” Tante Winda memberitahu awal mula Dara bisa memasuki kamar, hingga menanggalkan kemejanya.

Bima mengangkat bahunya tak acuh. "Aku tidak tau kalau ada orang di dalam kamarku. Kenapa tidak mengunci pintu?" sahut Bima lagi, diiringi tatapannya yang kembali menghujam dua mata Dara.

Tante Winda kembali menjadi penengah agar perdebatan antara Dara dan anaknya tak lagi memanjang. “Sudah, sudah. Kamu ini sama aja kayak anakmu, Brian!”

Deg!

Jantung Dara terasa berhenti berdetak saat mendengar informasi yang baru saja dia dapatkan.

‘Jadi, Brian itu anaknya Bima?’ Dara membatin. Mata Dara sekarang melirik ke arah pria yang sekarang tengah tertawa di hadapannya. ‘Kalau begitu, berarti Bima juga sudah menikah?’ lanjutnya lagi.

Dalam lubuk hati Dara, dia merasakan kekecewaan karena Bima yang berjanji untuk menikahinya dulu … ternyata telah melanggar janjinya. Seketika, Dara merasa perasaan senang, berdebar dan juga perlakuan manis Bima lainnya yang sempat dia rasakan, sirna tak bersisa. Tak lama, karena detik berikutnya, Dara sadar jika lagi-lagi ini pun salahnya.

‘Salahku juga yang tidak bertanya statusnya.’

Untuk itu, segera dia menetralkan ekspresinya dari rasa kecewa dan memutusksan untuk terlibat pada percakapan ibu dan anak di hadapannya. “Jadi, Brian itu anaknya Bima, Tan?” Dara bertanya dengan raut wajah antusiasnya. ‘Pantas saja, mirip sekali dengan Bima waktu kecil,’ komentarnya lebih lanjut dalam hati.

Tante Winda menoleh ke arah Dara, kemudian menganggukkan kepala. “Iya. Bima pernah menikah, tapi kemudian bercerai karena istrinya selingkuh,” terang Tante Winda membuat Dara menoleh ke arah Bima. “Makanya, Tante tuh gemes minta Bima cari istri lagi, Dara.”

 “Ma ….” Bima menginterupsi ucapan mamanya.

Tante Winda menoleh ke arah Bima dengan pandangan tegasnya. “Kenapa? Mama cuma mau cucu Mama keurus.” Suara Tante Winda terdengar sarat akan perintah. “Kamu nggak lihat, kenakalan Brian itu bentuk dari dia yang cari perhatian ibunya?! Meski kamu bisa cukupi semua kebutuhan dia, dia tetap butuh sosok ibu, Bima!”

Dara mengerutkan keningnya mendengar perdebatan antara ibu dan anak ini. ‘Ini berarti, Tante Winda bermaksud memintaku jadi istrinya Bima?’ pikirnya dalam benak.

Saat Dara sudah berniat untuk membuka mulutnya, Bima lebih dulu berujar. “Ma … kasih aku waktu sebentar lagi, oke?” pinta Bima dengan nada yang lembut. Setelah itu, Bima menggeser pandangannya ke arah Dara.

Dara melihat Bima menatapnya dengan teduh, membuat Dara lagi-lagi tidak mampu untuk menatap pria di hadapannya lebih jauh. Posisinya saat ini benar-benar tidak menguntungkan. Bertemu dengan Bima lagi memang membuat hati Dara bahagia. Apalagi Bima adalah penyelamatnya di saat dia terpuruk seperti saat ini. Namun, untuk melangkah secepat itu … Dara sendiri belum bisa menakar kesiapannya. Bagaimana pun, histori hubungan Dara dengan Rizal yang berakhir buruk, membuat Dara harus lebih berhati-hati lagi jika ingin memulai hubungan baru. Ditambah lagi, Bima sudah pernah gagal sekali membangun bahtera. Mereka jelas perlu waktu untuk sama-sama meyakinkan diri.

Sayang, agaknya Tante Winda sudah kadung gemas dan tak sabar ingin menjadikan Dara sosok menantu idamannya. Makanya, wanita itu tak mengindahkan kalimat Bima, dan kembali bertanya.

“Kalau kamu, Dara … kamu mau kan, jadi istrinya Bima?”

Comments (3)
goodnovel comment avatar
firdan hanif saeputra
seru tapi ngga punya koin buat nglanjutin nivelnya
goodnovel comment avatar
Diana Jha
seru sih ceritanya sayangnya setiap baca harus pakai koin
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
mau dong dara jadi istri Bima hihi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status