Home / Romansa / Jerat Cinta Sang Duda / BAB 6 - Insiden Di Rumah Bima

Share

BAB 6 - Insiden Di Rumah Bima

Author: Handira Rezza
last update Last Updated: 2023-03-06 11:14:04

"Ya ampun, Tante turut prihatin dengan kejadian yang menimpa kalian."

Dara, yang sekarang terduduk di sofa ruang tamu kediaman Keluarga Handoko, hanya tersenyum canggung di tempatnya.

Ya, sekarang Dara sudah berada di rumah Bima dan tengah berbincang dengan ibu pria tersebut, Winda. Wanita tersebut baru saja mendengar mengenai musibah yang menimpa Dara, dan keluarganya.

Di dalam hati, Dara merasa sangat malu. Awalnya, ketika Bima mengungkit perihal janji masa kecil mereka, Dara mengacu pada janji 'pernikahan'. Ternyata, janji yang sekarang tengah diwujudkan oleh Bima adalah pertemuan mereka kembali, termasuk pertemuannya dengan keluarga Handoko.

Tante Winda kemudian mengambil kedua tangan Dara dan digenggamnya dengan hangat. "Andai saja Bima menemuimu lebih cepat ...."

Dara tersenyum menyambut ketulusan yang diberikan Tante Winda padanya. "Nggak apa-apa, Tan. Saat ini pun, Dara berterima kasih sekali pada Bima."

Senyum kemudian terukir dari bibir mamanya Bima. "Jangan sungkan minta tolong sama Bima ya, Dara. Bima pasti akan dengan senang hati menolongmu."

Dara menganggukkan kepala. Bayang-bayang bagaimana Bima selalu hadir menolong gadis itu di saat-saat terpuruknya kembali terngiang. Sungguh, jika bukan karena Bima yang menolongnya, Dara mungkin sudah jadi gembel yang luntang-lantung tidak jelas.

Sendirian di ruang keluarga yang lumayan besar setelah Tante Winda pamit untuk membuatkannya minum, Dara melihat sekeliling. Sedikit banyak, dia pun penasaran pada kehidupan keluarga Bima yang memang sudah jauh berbeda dengan kehidupan dulu di kampung halaman. Sebersit pikiran liar kemudian muncul di benak Dara.

'Andai aja aku dan Bima tidak pernah berpisah. Mungkin ....'

“PYU!! DOR! DOR!”

Seorang anak lelaki berusia sekitar lima tahun tiba-tiba muncul membuyarkan lamunan Dara. Anak itu menggumam, menirukan suara tembakan dari pistol air mainannya dan mengarahkan tembakan itu ke arah Dara.

“Aw. Berhenti,” ucap Dara sembari menghindari setiap tembakan yang diarahkan kepadanya.

Bocah itu tertawa puas melihat reaksi Dara. Namun, seolah tidak takut, bocah laki-laki itu malah mengajak Dara untuk bermain dengannya. “Rasakan tembakan ini!"

Dara terpaksa berlari-lari kecil untuk menghindar saat anak kecil itu menembakkan pistol air. Anak lelaki itu tak kalah semangat mengincar Dara. Saking semangatnya, bocah itu tidak mengontrol arah tembakannya dan mengenai Tante Winda.

“Ya ampun, Brian! Mainnya jangan di sini." Tante Winda berteriak, karena air yang ditembakkan Brian pun mengenai wajahnya. "Kasihan loh, itu tantenya jadi basah." Tante Winda kembali mengingatkan bocah itu dengan sabar.

Kedatangan Tante Winda sontak membuat serangan Brian dan lari Dara terhenti.

“Tapi aku bosan bermain sendiri,” balas bocah itu sambil menunjukkan wajah melasnya.

Di antara bocah dan wanita paruh baya itu yang tengah berdebat, Dara diam-diam mengamati anak tersebut. Tante Winda tak henti membujuk bocah yang dipanggil Brian itu untuk meminta maaf pada Dara, hingga akhirnya meski dengan wajah cemberut, bocah itu mengulurkan tangannya kepada Dara.

"Maafin Brian ya, Tante ...."

Dara menyambut uluran tangan itu dengan senyum tipisnya.

'Benar-benar mirip Bima waktu kecil,' batin Dara usai mereka melepaskan uluran tangan tanda berbaikan.

Namun, saat anak lelaki itu berpamitan untuk main di luar sesusai instruksi Tante Winda, Dara kembali dihadiahi sebuah tembakan air sambil bocah itu melambaikan tangannya.

"Brian!" Tante Winda kembali memperingati Brian yang sudah lari dengan lincah. "Anak itu, benar-benar. Maaf ya, Dara, bajumu jadi basah." Gantian, tatapan Tante Winda mengarah padanya. Tidak ingin Dara sakit karena memakai baju basahnya, Tante Winda kemudian memanggil seorang pelayan untuk membawakannya handuk, dan meminta Dara mengeringkan badannya di sebuah kamar. Dara pun menurut saja dengan perintah Tante Winda.

Dara tersenyum dengan sedikit canggung setelah menerima handuk. Sebenarnya Dara sedikit merasa kesal, tetapi di sisi lain dia pun memaklumi karena Brian masih anak kecil. Kemudian, Dara melangkahkan kakinya menuju kamar yang tadi ditunjuk mamanya Bima. 'Aduh, yang mana, ya?'

Di hadapannya saat ini, ada dua pintu yang sama. Ragu-ragu, akhirnya Dara memilih pintu di sebelah kanannya.

"Ini kan, ya?" Dara membuka kamar dan melongokkan kepalanya ke dalam. Di dalam kamar ini tidak ada orang, lantas Dara menyimpulkan sendiri jika kamar ini adalah kamar yang benar. Dara memasuki kamar tersebut dan menutup pintunya rapat-rapat.

Dara melepas kemejanya yang basah, dan kini hanya menyisakan sebuah bra hitam juga rok selututnya yang selamat dari basah. Dibantu hairdryer, Dara mengeringkan rambutnya sembali pikirannya berkelana. Dia mengingat-ingat kembali sosok anak kecil yang jadi pelaku yang membuat bajunya basah, dengan anak yang digendong Bima di pigura yang dia lihat di ruangan Bima.

"Sepertinya ... itu anak yang sama dengan anak yang ada di foto tadi."

Suara bising dari hairdryer, juga pikiran Dara yang sedang larut pada identitas anak kecil yang hadir di tengah keluarga Handoko, membuat Dara jadi tidak peka terhadap suara lainnya. Saat itulah, pintu kamar yang ditempati Data terbuka tiba-tiba.

Ceklek!

Waktu seolah terhenti. Dara bahkan tidak sempat menutupi bagian atasnya yang hanya ditutupi bra. Di hadapan Dara, Bima juga menghentikan langkah. Dara jelas tahu ke mana tatapan pria itu terhadapnya.

Sesaat setelah keduanya tersadar akan situasi saat itu, baik Dara berteriak histeris.

"Arghh!!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
ya kak .........
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
hai kk Dev kesini juga yah
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
kemana mama nya brian ya kok bisa papa nya brian bisa jadi duda
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jerat Cinta Sang Duda   BAB 132 Tamat

    Nyonya Handoko menggelengkan kepalanya, ini bukan kado untuk Brian tapi seserahan untuk dibawa ke rumah Dara.“Seserahan?” tanya Brian.“Iya sayang, ini untuk ibumu,” jawab Nyonya Handoko.Brian terlihat pusing tidak mengerti apa yang dikatakan oleh neneknya, lalu kakeknya menjelaskan apa itu seserahan secara singkat dan padat pada Brian. Barang yang harus dibawa dari mempelai lelaki ke mempelai wanita.“Oh jadi seperti itu,” ucap Brian.“Betul, besok kamu bantu ayahmu untuk membawa barang seserahan ini untuk ibumu, ya,” balas Tuan Handoko.“Siap,” jawab Brian bersemangat.Hari ini semua orang tampak sibuk mempersiapkan pernikahan Bima dan Dara. Banyak sekali yang mereka akan bawa, mulai dari seserahan inti sampai seserahan berupa makanan ringan, makanan khas daerah hingga pernak-pernik yang lainnya.“Kenapa banyak orang di rumahku,” gumam Brian yang tak biasa ada begitu banyak orang di rumah.“Semua orang ini adalah saudaramu, mereka akan ikut ke pernikahan ayah dan ibumu,” jawab Tua

  • Jerat Cinta Sang Duda   Bab 131 Kenapa Aku Ragu

    “Aku tidak akan melanjutkan lagi kerja sama kerja dengan perusahaan kalian,” jawab Bima.Raut wajah Bima sangat marah, dia menatap jijik beberapa pria yang berada di ruang vip tersebut. Bima sangat tidak senang seseorang yang licik dan berbuat tidak baik.“Ke-napa?” tanya partner kerja itu terbata.“Karena aku sungguh tidak suka orang yang berpikir sempit,” jawab Bima.Romi mendekati mereka, lalu membisikkan kata, “Kalian ketahuan merencanakan sesuatu,”Raut pria itu terkejut, sebentar saja kenapa rancananya sudah ketahuan, apakah Bima hanya sekedar pura-pura mabuk saja. Romi mengikuti Bima pergi dari bar itu, mereka langsung pulang karena sudah lelah. Sela yang berusaha mengejar Bima dengan pakaian yang sexy menjadi mainan pria hidung belang yang melihatnya. Semua itu adalah balasan dari rencana jahatnya sendiri, kenapa harus berbuat jahat kalau ada jalan yang baik.***“Ayah, kenapa baru pulang, apa ayah lupa sehari lagi, ayah akan menikah,” ucap Brian.“Kamu kenapa belum tidur?” ta

  • Jerat Cinta Sang Duda   Bab 130 Lusa Aku Menikah datanglah

    Romi masih menentang Bima meminum gelas itu. Dia takut karena mungkin saja sudah dicampur dengan sesuatu yang dapat mencelakainya."Hentikan Bima," ucap Romi."Tuan Romi, kenapa Anda sepertinya khawatir dengan bos Anda?" tanya Partner kerja."Kalau terjadi sesuatu pada bos saya. Tidak ada yang menggaji saya lagi," jawab Romi.Partnet kerjasama itu menertawakan Romi. Seperti Bima akan diracuni saja, padahal hanya sebatas minum. "Minuman ini aman, biar aku tunjukkan padamu kalau minuman ini benar-benar aman," ucap Parter kerja itu."Lihat baik-baik aku minum minuman ini," imbuh partner kerja satu lagi.Mereka meneguk dari botol sekaligus sampai setengah botol, lalu mengusap mulutnya dengan punggung tangan."Bagaimana apa kalian berdua percaya sekarang?" tanya partner kerja itu. Bima melirik Romi yang begitu khawatir, Bima mengangguk pelan sehingga Romi tak melarang Bima untuk minum minuman yang diberikan oleh Partner kerjanya. “Aku percaya kalian. Berikan satu gelas bir padaku,” jawab

  • Jerat Cinta Sang Duda   BAB 129 Tugas Seorang Ibu

    Mobil melaju dengan kencang ke arah Dara yang sedang jalan-jalan. Banyak orang berteriak, meminta Dara dan keluarganya segera menepi. Menyadari ada mobil yang mengintainya, Dara segera melindungi Brian dan Ibunya dengan cara menarik ke tepi agar tidak tertabrak mobil.“Sial, kenapa tidak kena,” gumam Irma yang sedang menargetkan Dara. Irma segera pergi meninggalkan jalanan itu agar tidak menjadi bulan-bulanan masa.***“Kamu tidak apa-apa, Nak,” ucap Dara sambil melihat keseluruh tubuh Brian. “Tidak,” jawab Brian lirih, dia masih syok.“Putriku, cucuku, apa kalian baik-baik saja,” imbuh Nyonya Subroto.“Aku tidak apa-apa,” jawab Dara yang masih deg-degan.Beberapa orang menghampiri Dara lalu memberikan air minum agar tidak syok, diantara mereka ada yang sudah merekam mobil melaju kencang dan tercantum plat mobilnya.“Terima kasih semuanya,” ucap Nyonya Subroto.“Bu, ayo kita pulang, Brian sepertinya masih syok atas insiden ini,” bisik Dara.Tadi saat

  • Jerat Cinta Sang Duda   Bab 128 Ibu ingin melihatmu tumbuh dewasa.

    Walau sama-sama jalang tapi Irma belum pernah menikah. Belum pula melahirkan anak, dia masih pantas menikah dengan seorang bujang. Sedangkan Sela sudah pernah melahirkan anak dan berstatus janda. "Sela, tapi kamu tetap kalah dengan seorang gadis yang belum pernah melahirkan," ucap Irma."Mimpi saja kalau kamu merasa menang dariku," bisik Sela."Hehe ... Pada akhirnya kamu dikalahkan oleh Dara. Seorang gadis yang merebut anak, suami, juga harta yang dimiliki oleh Bima dan anakmu," ledek Irma.Sela menjadi meradang karena ucapan Irma. Wanita licik itu memang selalu berhasil membuat hati orang panas."Kurang ajar!" umpat Sela."Siapa yang kurang ajar. Aku atau gadis yang merebut semua perhatian yang seharusnya milikmu?" tanya Irma tapi sebenarnya meledek Sela."Kamu dan wanita itu sama saja. Bedanya Dara orang kaya dan kamu kalau tidak jadi simpanan orang adalah orang miskin," jawab Irma kesal.Irma ikut tersulut emosi, memang keluarganya tak kaya. Tapi bermodal wajah cantik dia berhasi

  • Jerat Cinta Sang Duda   Bab 127 Sama-sama Jalang.

    Brian menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin ikut dengan Sela yang jahat melebihi ibu tiri."Kakek, kalau aku ikut Ibu Sela disiksa nanti bagaimana. Tak dikasih makan?" tanya Brian."Ibu Sela juga menyayangimu. Pasti kamu akan dikasih makan dan tidak akan disiksa?" jawab Tuan Subroto."Sini Brian," ucap Sela sambil menarik lengan tangan Brian kasar."Kakek," panggil Brian sambil menarik lengan tangan Tuan Subroto.Melihat tabiat Sela yang begitu kasar Tuan Subroto tidak tega melepas Brian dengan ibu kandungnya."Sela, kamu lihat sendiri 'kan. Brian tidak mau pergi denganmu," ucap Tuan Subroto."Itu karena Anda sudah menghasut anakku agar tak mau ikut bersamaku," balas Sela kesal."Kakek aku takut," ucap Brian lalu merangkul kaki Tuan Subroto."Tidak usah takut, ada kakek," balas Tuan Subroto.Tuan Subroto memandang Sela yang masih meluapkan amarahnya. Sela masih ingin membawa Brian pergi bersama dengannya. "Anak kecil itu tahu siapa yang tulus dan tidak," ucap Tuan Subroto."Alah o

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status