Home / Romansa / Jerat Cinta Sang Mafia / Bab 6. Lawan Sesungguhnya

Share

Bab 6. Lawan Sesungguhnya

Author: Kalendra
last update Huling Na-update: 2025-06-02 18:00:58

The Midas mengeraskan rahangnya kala melihat jika orang yang membuat proposal perencanaan keuangan pada proyek yang dimenangkan oleh Winston adalah seorang gadis. Lebih dari itu, gadis tersebut ternyata adalah orang yang menabraknya tak sengaja di lift tadi siang.

“Midas?” Knight membuyarkan lamunan Gabriel yang sedang memegang dokumen Angela Terrel. Knight butuh jawaban atas apa yang akan dilakukan Gabriel pada wanita yang menjadi manajer keuangan Winston Corp.

Gabriel menarik napas panjang sekaligus kesal. Ia berbalik dan berhadapan dengan Eleanor yang sudah menangis ketakutan.

“Tolong jangan bunuh aku .... “Eleanor memohon sambil meneteskan air mata.

“Mengapa bukan kau yang mengerjakan proposal itu? bukankah seharusnya itu tugasmu?” Gabriel melihat pada salah satu catatan dan menyebut lagi nama Eleanor.

“Nyonya Eleanor?” imbuhnya makin mengintimidasi.

“A-Aku ... aku memang mengerjakannya.” Gabriel menautkan kedua alisnya bersamaan mendelik pada Eleanor dan ia langsung menggeleng.

“M-Maksudku, Angela ... D-Dia hanya membantu tapi Tuan Winston yang menyuruhku menyerahkan semuanya pada Angela.” Eleanor kembali berbohong. Sekalipun lututnya sudah lemas, tapi Eleanor tidak sudi jatuh sendirian. Jika ia tidak bisa menyeret Angela maka ia akan melakukannya pada Malcolm. Lagi pula Malcolm pasti tahu caranya mengatasi Gabriel.

“Maksudmu anak manja itu yang memerintahkanmu memberikan pekerjaan itu pada gadis ini?” Gabriel menaikkan dokumen milik Angela yang ia pegang.

“I-Iya, Tuan.”

Gabriel lalu memberikan kode dengan tangannya agar Eleanor dilepaskan. Eleanor pun menarik napas sedikit lega meski ia masih sangat pucat. Gabriel lantas mendekat dengan menundukkan wajahnya menatap Eleanor tajam.

“Jika aku menemukan kau berbohong padaku, aku tidak akan mengampunimu. Kau tahu siapa aku kan?”

Eleanor langsung mengangguk. Tidak sekalipun ia berani mengangkat kepalanya untuk menatap Gabriel. Rasanya matanya itu seperti sinar laser yang bisa membunuh.

“Kalau begitu aku punya tugas untukmu. Bawa gadis itu padaku besok siang di restoran Del Mont jam 12 siang. Jika kamu terlambat satu menit saja, aku pastikan satu peluru tidak akan meleset di keningmu. Paham?” Gabriel memerintah dengan nada rendah dan menggeram. Eleanor yang menahan napasnya langsung mengangguk.

“Bagus, jangan buat aku menunggu.” Gabriel berbalik dan berjalan ke arah pintu yang dibukakan oleh salah satu anak buahnya. Dalam beberapa detik, seluruh pria di apartemen itu keluar. Seketika, Eleanor langsung luruh jatuh di kakinya. Dia sangat lemas dan tak bisa bicara.

“Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan?” ucap Eleanor ketakutan. Sekarang The Midas mengincarnya, maka hidupnya tidak akan pernah bisa selamat.

Panik dan kebingungan, otak Eleanor berpikir keras. Ia harus menyelamatkan diri terlebih dahulu. Biar saja Angela yang harus berkorban. Toh, dia bukan siapa-siapa.

Sementara itu, Angela baru saja menyelesaikan “hukuman” menyusun arsip ditemani oleh sahabatnya, Jasmine Emerson. Meskipun Jasmine telah menyelesaikan pekerjaan lebih awal tapi ia malah bersedia menemani Angela yang harus lembur.

Sampai saat pulang pun, Jasmine rela mengantarkan Angela yang tidak memiliki kendaraan. Mereka keluar melewati lobi bersama dan masih saling tertawa sambil bercerita.

“Hei, lihat itu! sudah bekerja seharian tapi masih harus mengantarkan bos besar ke lobi. Kadang-kadang aku kasihan melihat Isabella,” ujar Jasmine mengomentari Isabella yang sedang mengantarkan bosnya CEO Malcolm ke mobilnya. Angela ikut berhenti bersama Jasmine menoleh pada Isabella.

“Lakukan seperti yang aku minta, Nona Hobaz. Aku menunggu laporanmu besok.” Malcolm memberi perintah dengan raut dingin seperti biasanya.

“Baik, Pak. Akan kulakukan.” Isabella menjawab dengan suara lembut seperti biasanya. Mata Malcolm lantas melirik ke area lobi dan melihat Angela berdiri di sana memandanginya. Malcolm menarik napas agak panjang dengan rahang sedikit dikeraskan.

Ia langsung berbalik dan masuk ke dalam mobilnya. Seorang kepala pengawal akan selalu menemaninya ke mana pun. Kepala pengawal bernama Karl Krunberg itu sempat mengangguk sebagai tanda pamit pada Isabella. Isabella membalasnya dengan senyuman.

Setiap hari, Isabella akan menyambut dan mengantarkan Malcolm ke lobi. Hal itu sudah dilakukannya selama tiga tahun terakhir ia menjadi sekretaris pria tersebut.

“Hai, kalian mau pulang?” Isabella menegur ramah saat ia kembali melintasi lobi. Angela ikut tersenyum ramah bersama Jasmine yang melakukan hal yang sama.

“Iya, kami mau pulang. Apa kamu ingin pulang bersama?” Angela membalas ramah. Isabella masih tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.

“Aku harus lembur. Menyetirlah hati-hati ya. Selamat malam.” Isabella pun pergi meninggalkan Angela dan Jasmine yang melanjutkan perjalanan ke arah pintu keluar.

“Selamat malam!”

“Kasihan ya dia, padahal dia adalah seorang wanita tapi CEO sombong itu tega menyuruhnya bekerja sampai malam. Jika aku jadi dia lebih baik aku bekerja di perusahaan lain saja!” Jasmine mengomel sambil jalan. Angela menyikut pelan lengan Jasmine agar ia tidak sembarangan bicara.

“Jangan bicara seperti itu. Jika ada yang mendengar, mereka bisa melaporkanmu.” Angela berbisik sekalian turun dari tangga bersama Jasmine. Jasmine hanya cemberut saja dan ikut turun untuk menghampiri mobilnya.

Jasmine kemudian menyetir untuk mengantarkan Angelica terlebih dahulu. Ia berhenti di sebuah rumah sederhana di pinggiran Coconut Grove.

“Terima kasih. Sampai jumpa besok.” Angela tersenyum lalu melambaikan tangan pada Jasmine yang melakukan hal yang sama. Jasmine tinggal tak jauh dari kediaman Angela. Hanya berjarak 500 kilometer saja dan nyaris setiap hari ia menjemput sahabatnya tersebut.

“Hai, Mom. Apa yang kamu lakukan? Wah, sepertinya enak!” Angela dengan ramah menyapa ibunya Nina yang sedang menyiapkan makanan.

“Maafkan aku, Sayang. Aku baru pulang dan baru sempat menyiapkan makan malam. Apa kamu sudah makan?” balas Nina berbalik tersenyum pada putri tunggalnya. Angela menggelengkan kepalanya.

“Belum, Mom. Aku akan ganti pakaian dulu. Aku sudah tidak sabar untuk makan!”. Nina hanya tersenyum saja dan kembali sibuk membuat kentang tumbuk dengan bumbu yang akan menjadi salah satu menu makan malam mereka.

Nina dan putrinya Angela hidup damai dan sederhana di pinggiran kota pantai Miami. Nina masih bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit swasta dan tidak memiliki suami. Angela lahir dari sebuah hubungan cinta yang tidak seharusnya terjadi. Namun, Nina menerima Angela sebagai sebuah keberkahan dari Tuhan.

Saat sedang makan malam, ponsel Nina berdering dan ia langsung memeriksanya. Keningnya mengernyit disertai senyuman yang hilang.

“Siapa, Mom?” tanya Angela kala melihat raut wajah ibunya yang aneh. Nina langsung tersenyum lalu menggeleng.

“Bukan siapa-siapa. Teruskan makanmu dan segera beristirahat ya?” Angela pun mengangguk sambil tersenyum. Ia tahu ada yang disembunyikan oleh ibunya tapi Angela tidak mau memaksa sama sekali.

Sementara di mansionnya yang megah, Alexander Winston mencoba menghubungi Nina Terrel, ibunda Angela. Ia cemas saat mendengar dari salah satu orangnya yang melapor jika Gabriel Leon datang mencari orang yang sudah membuat proposal keuangan yang memenangkan Winston.  

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 62. Kebebasan Yang Mahal

    Dua dokter dan Nina Terrel memberikan kesaksian serta dokumen soal pengobatan dan perawatan Gabriel Leon di rumah sakit. Polisi akhirnya menerima jaminan yang diberikan oleh pengacara sehingga Gabriel bisa dibebaskan. Betapa senangnya Gabriel saat melihat Nina adalah salah satu orang yang membebaskannya. Begitu ia melihat Nina, ia langsung memeluknya.“Oh, Nyonya Terrel. Aku sangat senang kamu datang. Kamu adalah malaikat pelindungku,” ujar Gabriel tersenyum lebar memeluk Nina.Nina pun tersenyum dan menepuk punggung Gabriel dengan usapan lembut. “Apa kamu baik-baik saja?” tanya Nina sambil menjarakkan sedikit pelukannya.Gabriel melepaskan napas panjang lalu mengerucutkan bibirnya seperti merajuk. “Sudah dua malam aku tidak bisa tidur. Aku ditempatkan dalam ruangan sempit dengan tahanan lain tanpa ada tempat untuk berbaring. Lenganku makin sakit pagi ini.”Gabriel mengadu pada Nina dengan sikap yang nyaman dan dekat. Nina pun langsung mengangguk dan mengerti.“Ayo, kamu harus diperik

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 61. Sekutu Baru

    “Sampaikan pada Angela, aku ingin bertemu dengannya,” ujar Gabriel memberikan perintah pada Knight. Knight membesarkan matanya.“Untuk apa?” Knight separuh berbisik pada Gabriel.Keduanya sedang berada di ruang pertemuan tahanan. Gabriel sudah lebih dari 24 jam berada di kantor Polisi dan belum ada satu pun kesaksian yang bisa membuatnya keluar dari sana.“Angela harus melihat perbuatan Winston padaku.”“Lalu kamu kira dia akan membelamu?” cibir Knight masih tertegun tak percaya. Gabriel langsung mencebik sedikit membuang wajahnya ke samping.“Dia sudah memaafkanku, Knight. Aku tahu jika dia gadis yang polos dan memiliki hati yang tidak akan kau mengerti.” Knight balas mencebik dengan dengus sinis.“Memangnya kamu tahu, Tuan?”“Aku tahu. Karena aku sudah bicara dengannya. Dengarkan aku. Jika Angela datang dan dia melihat aku tidak bersalah, maka dia akan memberikan kesaksian bahwa aku berada di rumah sakit selama ini. Dia bisa membebaskanku.”Knight masih menatap Gabriel begitu serius

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 60. Hitungan Waktu

    Knight Hugo membawa banyak pengacara terkenal untuk membebaskan Gabriel Leon dari kantor polisi. Tidak hanya pengacara yang mengajukan jaminan pada Hakim untuk kebebasan, Knight bahkan bicara langsung pada Walikota.“Tuan Leon adalah pengusaha terhormat yang sedang dipermalukan oleh lawan bisnisnya dengan kasus seperti ini. Dia adalah orang baik dan kalian tidak punya hak menahannya dengan kasus obat-obatan terlarang. Itu bukan miliknya,” pungkas salah satu pengacara yang terus mendebat detektif Enrique Hobaz.Enrique mendengkus kesal dan kembali menunjukkan kesaksian dari Patricia dan Kimberly yang merupakan teman Summer Winston.“Mereka dengan jelas mengatakan jika anak buah The Midas yang memberikan barang itu untuk disembunyikan di dalam mobil milik Summer Winston. Menurutmu bukti apa lagi yang kuperlukan?” Enrique kembali menyanggah.“Kalian tidak punya bukti apa pun!” pengacara itu masih tetap menunjuk kesal pada Enrique.“Dia adalah penjahat dan kalian malah membelanya!” kali i

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 59. Langkah Ceroboh

    Malcolm mengira jika adiknya Summer pulang semalam. Saat ia masuk ke kamar Summer dan ia tidak ada, Malcolm kini mulai panik.“Mana Summer?” tanya Malcolm pada salah satu pelayan.“Nona Summer belum pulang dari semalam, Tuan.”“Apa?”Malcolm mendengus kesal lalu menyuruh pelayan itu pergi. Ia turun sambil membawa ponselnya. Malcolm segera menelepon Summer tapi ponselnya mati.“Ke mana dia?” Malcolm menggerutu pelan. Ia turun ke bawah dan melihat Angela baru saja keluar kamar hendak berangkat bekerja. Malcolm segera menghampiri Angela saat ia masih sibuk melihat isi tasnya.“Kamu mau ke mana?”Angela terkesiap kaget dan menaikkan pandangan pada Malcolm. Ia tersenyum canggung. “Aku mau pergi ke kantor, Tuan.”“Kantor apa? Pengacara Dirk Hoffman?” Angela masih tertegun lalu ia mengangguk.“Kalau begitu kamu bisa mengundurkan diri dari

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 58. Pengakuan

    Enrique menemani Summer yang memilih check in di sebuah hotel dari pada pulang ke rumah. Ia belum bertanya apa pun termasuk hal yang membuat Summer menangis.“Kamu akan menginap kan?” Summer langsung bertanya tanpa basa-basi. Seolah ia dan Enrique adalah teman baik, Summer seperti bebas bicara apa saja pada detektif itu.Enrique terkesiap mendengar pertanyaan seperti itu. Ia terkekeh aneh dan menggeleng. “Aku harus kembali bekerja. Aku harus lembur.”Summer langsung memajukan bibirnya. Ia berubah kesal saat Enrique tidak mau menemaninya.“Lalu untuk apa kamu mengantarkan aku?” hardiknya kesal.“Bukankah kamu yang meminta?” Enrique dengan polosnya bertanya.“Bukan berarti kamu bisa pergi seenaknya!” Summer langsung mengambek pada Enrique yang tidak mengerti. Enrique berkacak pinggang dengan perasaan dongkol. Summer sering kali membuatnya kesal tapi belakangan ia malah akrab dengan ga

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 57. Menghentikanmu

    Summer dengan kesal berjalan sendiri mencari taksi. Mobilnya sudah dibawa pulang oleh pengawal Malcolm saat kakaknya itu datang menjemput. Dengan kesal dan air mata yang menggantung, Summer masuk ke dalam taksi.“Nona ....”“Jalan saja, nanti akan kuberitahu berhenti di mana!” ucap Summer langsung memotong. Sopir taksi itu pun menjalankan mobilnya. Sedangkan Summer hanya memandang ke arah luar seraya menyeka air matanya. ia sangat kecewa pada Malcolm yang hanya bisa membuatnya merasa tak berguna sama sekali. Bahkan seumur hidupnya, Summer hanya akan dianggap seperti anak kecil manja yang tidak memiliki kemampuan apa pun selain menghabiskan kekayaan orang tuanya.“Memangnya siapa yang peduli padaku?” gumamnya pelan dengan rasa sedih.Belum ada beberapa menit, Summer lantas mengambil ponselnya lalu menelepon Enrique. Entah mengapa, hanya polisi itu yang terlintas di kepalanya.Enrique hampir sampai ke kantor Polisi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status