Share

Bab 5. Ancaman

Penulis: Kalendra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-14 16:15:26

Angela kembali ke meja kerjanya dengan wajah sembab dan pipi agak basah. Ia menyeka air matanya berulang kali. Ia menunduk dan terisak pelan tapi kemudian menyimpan kembali flash disknya di dalam laci. Belum selesai Angela bersedih karena dimarahi oleh Malcolm, kini Eleanor datang dengan kedua lengan menyilang di dada.

“Angela, apa kamu memang berkonspirasi untuk menjatuhkanku?” Eleanor menghardik dengan nada tinggi. Angela diam lalu perlahan berdiri sambil menatap Eleanor yang melotot padanya. Kini Eleanor jadi balik berkacak pinggang siap mengomeli Angela.

“Tidak, Nyonya Morris. A-Aku tidak pernah berpikir seperti itu.” Angela menunduk lagi untuk menghindari serangan pandangan naga dari Eleanor.

“Lalu mengapa kamu sampai lupa mengirimkan file itu? gara-gara itu, CEO Winston sampai tahu jika kamulah yang membuat semua proposal serta analisis. Aku hampir saja dipecat gara-gara kamu.” Eleanor makin melebarkan matanya pada Angela.

“Maafkan aku, Nyonya Morris. Aku benar-benar lupa,” jawab Angela makin memicingkan matanya mengeratkan hati. Hari ini, ia benar-benar sial.

“Kamu tidak akan aku maafkan. Kamu harus dihukum! Tidak ada istirahat makan siang dan kamu akan mengerjakan perbaikan arsip seluruh dokumen!” Eleanor pun akhirnya memberikan hukuman pada Angela atas kesalahannya hari ini. Eleanor juga ketar ketir. Gara-gara Angela berlari keluar ruang rapat, orang-orang mengira jika Eleanor adalah orang yang membuat analisis keuangan tersebut.

Jasmine tiba di meja Angela saat Eleanor baru saja selesai memarahi sahabatnya itu. Setelah Eleanor pergi, Jasmine pun menghampiri Angela yang tengah bersedih karena ia baru saja dimarahi.

“Apa janda tua itu memarahimu lagi?” tanya Jasmine sembari menarik kursi untuk duduk di dekat Angela. Angela tersenyum miris lalu menundukkan wajahnya.

“Ah, kamu harus melawan sesekali. Jangan biarkan si nenek lampir itu terus menjajahmu!”.

“Itu tidak mungkin, Aku saja hampir dipecat oleh Tuan Winston tadi,” balas Angela dengan suara kecil. Spontan Jasmine membuka mulutnya tidak percaya.

“Apa? Bagaimana dia bisa memecat orang yang sudah membuat perusahaan ini menang tender besar? Dia pasti sudah gila!” seru Jasmine berdecap keheranan. Angela hanya menunduk saja dan tidak membalas.

“Lalu apa yang diinginkan oleh si nenek lampir itu?” Jasmine kembali bertanya. Angela sedikit menoleh dengan sedikit cengiran aneh.

“Biasa ... aku harus membereskan arsip.”

Jasmine mendengus kesal mendengarnya. Ia hanya  menggeleng kecil lalu mengelus-elus punggung Angela agar ia tidak merasa terlalu sedih lagi.

Dua hari kemudian saat semua keadaan rasanya lebih kondusif, Eleanor Morris pulang kerja seperti biasanya. Ia pulang agak sedikit malam setelah mengawasi Angela bekerja lembur. Kini, Malcolm benar-benar mengawasinya agar tidak sembarangan melimpahkan pekerjaan pada stafnya. Akibatnya, Eleanor jadi berpikir lebih keras.

Ketika ia membuka pintu apartemennya, semuanya tampak sepi seperti biasanya. Ia sudah pernah menikah lalu bercerai tanpa anak dan belum memiliki pasangan lagi. Salah satu tujuannya sekarang adalah mendekati anak pemilik Winston yaitu Malcolm. Itulah sebabnya mengapa Eleanor berusaha keras membuat kesan yang luar biasa di depan Malcolm termasuk mengakui jika hasil kerja Angela adalah buah pemikirannya.

“Oh, tubuhku pegal sekali!” keluhnya berjalan gontai dan hendak masuk ke dalam kamar. Setelah melepaskan sepatu, ia menghempaskan punggung ke ranjangnya dengan napas panjang.

“Enaknya, rasanya ingin langsung tidur saja!” gumamnya sambil memejamkan mata.

TING-TONG, bel pintu depannya berbunyi. Eleanor langsung menggerutu keras.

“Aaah ... siapa yang menggangguku!” Ia berseru dengan nada kesal. Bel itu kembali berbunyi. Terpaksa Eleanor bangun untuk mengecek ke depan. Seorang pria dengan seragam kurir berdiri di pintunya. Eleanor sampai sedikit melangkah keluar dari apartemennya melihat kurir tersebut.

“Aku tidak memesan apa pun!” Eleanor menghardik karena merasa tidak memesan apa-apa.

“Ini paket untukmu, Nyonya Morris. Tanda tangan di sini!” kurir itu memberikan alat tempat mengambil tanda tangan penerima kiriman. Sambil berdecap kesal ia pun menandatanganinya.

“Dari siapa?” tanya Eleanor ketus.

“Tidak ada nama pengirimnya, Nyonya. Terima kasih, selamat malam!”

Kurir itu pun pergi meninggalkan Eleanor yang sedikit kebingungan. Siapa yang telah mengirimkan paket malam-malam begini padanya? Eleanor pun masuk ke dalam tanpa menutup pintu karena ia penasaran dengan kiriman itu.

Pintu itu pun perlahan melayang akan menutup sampai terlihatlah sepatu pantofel seorang pria yang mengganjalnya.

“Apa isinya ya?” Eleanor bergumam seraya berjalan ke salah satu laci mencari pembuka paket atau cutter yang tajam. Sementara ia tidak menyadari jika di belakangnya beberapa pria masuk ke apartemennya lalu berdiri di belakangnya.

Total ada lima orang pria yang masuk. Lalu bos mereka masuk belakangan. Sedangkan Eleanor sibuk membuka kotak kiriman baginya tanpa menoleh ke belakang. Perlahan ia berbalik berencana ingin duduk santai di sofa sambil melihat isi paket tersebut. Namun, Eleanor terperanjat kaget saat melihat di belakangnya sudah banyak orang.

“Ahh, siapa kalian!” teriak Eleanor lalu menjatuhkan kotak paket yang dipegangnya. Ia mencoba mundur namun tangannya langsung dicekal oleh salah seorang dari pria itu.

“Selamat malam, Nyonya Eleanor Morris!” Knight Hugo tiba-tiba berdiri di depan Eleanor. Ujung bibirnya naik dan ia pun mendengus pelan.

“Siapa kamu!?” Eleanor menyahut dengan tangan gemetaran. The Midas yang sebelumnya berdiri di belakang Knight lantas maju untuk memperlihatkan diri. Eleanor sontak terbelalak melihat pemimpin mafia paling ditakuti di North Miami kini datang ke rumahnya. The Midas bahkan sudah pernah melihatnya saat rapat di Winston.

“Apa kabar? Masih ingat padaku?” tanya The Midas dengan ekspresi dingin pada Eleanor. Eleanor langsung pucat ketakutan begitu melihat The Midas kini berada di rumahnya. Nyawanya berada di ujung tanduk dan akan segera berakhir malam ini. Kedua lengannya tiba-tiba dipegang oleh dua anak buah The Midas sehingga ia tidak bisa bergerak.

“T-Tolong jangan bunuh aku ....”

“Haha ....” The Midas alias Gabriel langsung tertawa. Begitu pula dengan Knight yang kemudian maju untuk memungut paket kiriman yang tadi tengah dibuka oleh Eleanor.

“Aku bahkan belum bicara tapi kau sudah ketakutan, hahaha!” The Midas tergelak menyaksikan calon korbannya ketakutan dan mulai menangis.

“T-Tolong ... a-aku tidak bersalah!”

“Memangnya apa yang kulakukan? Aku hanya sedang mengunjungi seorang analisis hebat yang berhasil membuat Winston memenangkan tender terbesar tahun ini. Apa itu salah?” The Midas menyindir dengan raut tanpa bersalah. Eleanor malah makin menangis lalu menggelengkan kepalanya.

Knight yang membuka paketnya kemudian mengambil isi dalam kotak tersebut. Sebuah Glock dengan desain khusus dan finger print untuk mengidentifikasi pemiliknya. Saat The Midas menggenggam senjata itu, pengamannya otomatis terbuka. The Midas kemudian menodongkan moncong senjatanya ke kepala Eleanor yang sudah menangis keras.

“Aku sudah bilang jika aku akan menghabisi agen yang memenangkan Winston. Maka dari itu, sebutkan permintaan terakhirmu, Nyonya Morris.”

“Tolong jangan bunuh aku, bukan aku yang membuat analisis itu. Bukan aku!” Eleanor makin menangis.

“Lalu siapa?” The Midas bahkan tidak menurunkan senjatanya sama sekali.

“Angela ... Angela Terrel.” The Midas mengernyit saat mendengar nama itu. Rasanya ia pernah melihatnya, tapi di mana.

“Yang mana orangnya? Tunjukkan padaku!”

Eleanor dipaksa untuk menunjukkan sosok Angela Terrel yang dimaksudkan. Oleh karena, Eleanor adalah seorang manajer, ia punya file staf yang ia bawa pulang.

“Ini!” Eleanor memberikan sebuah dokumen yang berisi data-data lengkap Angela. Betapa terkejutnya The Midas saat melihat foto gadis itu. Dia kan?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 13. Bos Galak

    Mata Malcolm terbelalak dua kali lebih besar usai mendengar pengakuan Eleanor jika Angela sudah bertemu dengan Gabriel Leon alias The Midas. Rasanya belum pernah ia seketika marah gara-gara terkesan membela Angela.“Apa bajingan itu datang kemari dan memintamu untuk membawa Angela? Kapan dia datang, kenapa aku tidak diberitahu?” Malcolm menghardik Leanor setelah ia keceplosan tentang Angela. Leanor ikut terengah diam menatap bosnya yang kini wajahnya memerah.“B-Begini, Pak. Aku ... cuma ....”“Jangan berbelit-belit! Katakan padaku yang sebenarnya!” bentak Malcolm lagi. Eleanor menunduk dan tidak berani menjawab.“Aku tidak melakukannya. Aku tidak melakukan hal seperti itu.” Eleanor sudah nyaris menangis tapi Malcolm tidak peduli. Jasmine yang kemudian bicara karena ia merasa Eleanor memang sedang berbohong.“Dia bohong, Pak! Aku yakin dia yang melakukannya. Aku tidak heran jika dia yang menyera

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 12. Mencari Perlindungan

    Angela begitu ketakutan dan tidak melihat saat ia melewati Eleanor yang merasa sudah selamat dari murka Gabriel Leon. Buru-buru, ia masuk ke dalam ruangannya tapi lupa menguncinya. Dengan tangan bergetar karena baru lolos dari maut, Angela menungkupkan kedua tangan menutupi wajah.Eleanor yang kaget melihat Angela melintas, bergegas menemui anak buahnya tersebut. Ia sungguh tidak percaya jika Angela masih selamat sampai di Winston meski terlambat sudah melewati jam makan siang.“Angela? Bagaimana kamu bisa di sini?” Eleanor tidak sadar berseru kala melihat Angela seperti baru melihat hantu. Angela ikut terkesiap kaget lalu menoleh. Eleanor datang dengan mata sama-sama membesar ke arahnya. Beberapa detik berlalu, Angela baru sadar jika Eleanor adalah orang membawanya ke restoran tersebut.Angela tidak menjawab. Otaknya yang semula beku karena baru saja keluar dari ketegangan yang luar biasa kini mulai berpikir.“N-Nyonya Morris ....&rdquo

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 11. Tawaran Gila

    Akal licik Gabriel dan Knight jika di satukan maka setidaknya dapat mengguncangkan Miami. Knight terlihat serius kala ia menyuruh bosnya Gabriel alias The Midas untuk memacari gadis yang sedang mereka sandera.“Apa kamu pikir dia akan berubah pikiran jika pacaran denganku?” Gabriel mengelak dengan nada sinis.“Siapa yang berani menolakmu? Lagi pula pacaran dengan bos perusahaan itu keren. Semua wanita pasti mau. Apa lagi dia orang miskin.” Knight makin mempengaruhi The Midas dengan idenya. Gabriel menarik napas panjang dengan kemelut batinnya sendiri. Memang tidak ada yang salah dengan menjadikan gadis itu sebagai salah satu kekasihnya. Toh, itu hanya nama.“Oke!” Gabriel menjawab singkat, santai dan percaya diri. Ia berjalan kembali ke kursinya dan duduk di sebelah Angela yang tersentak kaget karena pria itu. Ia menoleh pada Gabriel yang mendeham lalu menoleh pada Knight yang mengangguk mengiyakan.“Sudah 1

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 10. Salah Tawar

    “Nona Terrel, jika kamu mau tidur, aku bisa menyediakan tempat untukmu!” The Midas menyentakkan Angela yang kemudian segera membuka matanya lalu melotot lagi pada pria itu.“Kenapa memelototiku? Kamu mau menantangku?” Kini suara The Midas membentak lebih tinggi.“T-Tidak, Tuan,” jawab Angela dengan suara nyaris tak terdengar.“Apa katamu? Ucapkan dengan suara lebih besar!” The Midas sampai mendekatkan telinganya seperti sedang mengolok.“A-Aku t-tidak menentangmu, T-Tuan.” Angela mengulang dengan suara agak sedikit lebih besar. The Midas sedikit menyunggingkan senyuman dan itu tertangkap oleh Knight. Bola mata Knight sempat membesar dan sedikit berputar ke arah lain.“Dia tersenyum karena seorang wanita? Menarik.” Knight bergumam di benaknya. Ia masih terus memperhatikan keduanya serta tujuan The Midas yang sesungguhnya.“Kalau begitu jawab pertanyaanku ya

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 9. Jebakan Jahat

    Eleanor berhasil membawa Angela ke sebuah restoran Kuba bernama Del Mont. Restoran itu sesungguhnya adalah milik Gustav Abraham Leon alias El Ardor. Namun tidak ada aktivitas mafia di sana. Hanya saja tempat itu sering menjadi tempat bagi Gabriel atau The Midas melakukan negosiasi bisnisnya.“Nyonya Morris, apa kita akan makan di sini?” tanya Angela agak ragu dan takut-takut pada Eleanor. Eleanor terkesiap dan agak kaget tapi kemudian mengangguk cepat. “I-Iya. Aku rasa kita bisa masuk. Hampir jam 12!” sahutnya makin gugup. Angela mengernyit heran dan tak mengerti. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Mengapa Eleanor terlihat aneh dan terus menerus melihat jam tangannya? Namun Angela tak lagi bertanya. Ia memilih untuk diam mengikuti atasannya itu.Sayup terdengar musik-musik latin yang dimainkan oleh kelompok mariachi. Restoran tampak lengang. Hanya ada beberapa pengunjung di dalam. Eleanor tampak bingung padahal dirinya yang mengaja

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 8. Kotak Makan Siang

    Summer yang mabuk kini harus berurusan dengan polisi yang akan menderek mobilnya. Ia kesal dan mulai membuat ulah.“Nona, mobilmu parkir di trotoar khusus difabel. Itu pelanggaran dan kendaraanmu harus diderek!” petugas polisi berseragam hitam menunjuk pada Summer yang mulai meracau tak jelas.“Ah, dasar polisi bodoh! Kau kira kau siapa bisa menahan mobilku, hah!” Summer balas berteriak hendak menyerang polisi itu tapi Kim dan Patricia menghalanginya.“Jangan, dia itu Polisi. Kamu bisa dipenjara!” Kim ikut berteriak.“Aku tidak peduli!”“Nona, aku bisa menahanmu jika kau menyerang petugas. BAWA MOBILNYA!”“Jangan! Turunkan mobilku! HEI, JANGAN PERGI!!” Summer malah berteriak pada petugas derek yang menarik mobil mewahnya. Summer tidak mungkin mengejar. Ia berbalik dengan marah menendang selangkangan polisi yang menilangnya.“Ahhk!” polisi itu tersungku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status