Malcolm mengira jika adiknya Summer pulang semalam. Saat ia masuk ke kamar Summer dan ia tidak ada, Malcolm kini mulai panik.
“Mana Summer?” tanya Malcolm pada salah satu pelayan.
“Nona Summer belum pulang dari semalam, Tuan.”
“Apa?”
Malcolm mendengus kesal lalu menyuruh pelayan itu pergi. Ia turun sambil membawa ponselnya. Malcolm segera menelepon Summer tapi ponselnya mati.
“Ke mana dia?” Malcolm menggerutu pelan. Ia turun ke bawah dan melihat Angela baru saja keluar kamar hendak berangkat bekerja. Malcolm segera menghampiri Angela saat ia masih sibuk melihat isi tasnya.
“Kamu mau ke mana?”
Angela terkesiap kaget dan menaikkan pandangan pada Malcolm. Ia tersenyum canggung. “Aku mau pergi ke kantor, Tuan.”
“Kantor apa? Pengacara Dirk Hoffman?” Angela masih tertegun lalu ia mengangguk.
“Kalau begitu kamu bisa mengundurkan diri dari
Malcolm mengira jika adiknya Summer pulang semalam. Saat ia masuk ke kamar Summer dan ia tidak ada, Malcolm kini mulai panik.“Mana Summer?” tanya Malcolm pada salah satu pelayan.“Nona Summer belum pulang dari semalam, Tuan.”“Apa?”Malcolm mendengus kesal lalu menyuruh pelayan itu pergi. Ia turun sambil membawa ponselnya. Malcolm segera menelepon Summer tapi ponselnya mati.“Ke mana dia?” Malcolm menggerutu pelan. Ia turun ke bawah dan melihat Angela baru saja keluar kamar hendak berangkat bekerja. Malcolm segera menghampiri Angela saat ia masih sibuk melihat isi tasnya.“Kamu mau ke mana?”Angela terkesiap kaget dan menaikkan pandangan pada Malcolm. Ia tersenyum canggung. “Aku mau pergi ke kantor, Tuan.”“Kantor apa? Pengacara Dirk Hoffman?” Angela masih tertegun lalu ia mengangguk.“Kalau begitu kamu bisa mengundurkan diri dari
Enrique menemani Summer yang memilih check in di sebuah hotel dari pada pulang ke rumah. Ia belum bertanya apa pun termasuk hal yang membuat Summer menangis.“Kamu akan menginap kan?” Summer langsung bertanya tanpa basa-basi. Seolah ia dan Enrique adalah teman baik, Summer seperti bebas bicara apa saja pada detektif itu.Enrique terkesiap mendengar pertanyaan seperti itu. Ia terkekeh aneh dan menggeleng. “Aku harus kembali bekerja. Aku harus lembur.”Summer langsung memajukan bibirnya. Ia berubah kesal saat Enrique tidak mau menemaninya.“Lalu untuk apa kamu mengantarkan aku?” hardiknya kesal.“Bukankah kamu yang meminta?” Enrique dengan polosnya bertanya.“Bukan berarti kamu bisa pergi seenaknya!” Summer langsung mengambek pada Enrique yang tidak mengerti. Enrique berkacak pinggang dengan perasaan dongkol. Summer sering kali membuatnya kesal tapi belakangan ia malah akrab dengan ga
Summer dengan kesal berjalan sendiri mencari taksi. Mobilnya sudah dibawa pulang oleh pengawal Malcolm saat kakaknya itu datang menjemput. Dengan kesal dan air mata yang menggantung, Summer masuk ke dalam taksi.“Nona ....”“Jalan saja, nanti akan kuberitahu berhenti di mana!” ucap Summer langsung memotong. Sopir taksi itu pun menjalankan mobilnya. Sedangkan Summer hanya memandang ke arah luar seraya menyeka air matanya. ia sangat kecewa pada Malcolm yang hanya bisa membuatnya merasa tak berguna sama sekali. Bahkan seumur hidupnya, Summer hanya akan dianggap seperti anak kecil manja yang tidak memiliki kemampuan apa pun selain menghabiskan kekayaan orang tuanya.“Memangnya siapa yang peduli padaku?” gumamnya pelan dengan rasa sedih.Belum ada beberapa menit, Summer lantas mengambil ponselnya lalu menelepon Enrique. Entah mengapa, hanya polisi itu yang terlintas di kepalanya.Enrique hampir sampai ke kantor Polisi
Enrique segera pulang setelah menahan The Midas di kantor polisi. Entah mengapa, ia jadi cemas pada Summer. Gadis itu berencana untuk kembali ke rumahnya setelah beberapa hari menginap di apartemen Enrique dan Isabella. Saat mengetuk pintu, Isabella yang membuka pintunya.“Hei, kamu sudah pulang?”“Iya. Mana Summer?” Enrique langsung bertanya pada Isabella begitu ia melangkah masuk.“Dia sudah pergi.”“Apa!” Enrique menyahut dengan kaget. Isabella hanya mengedikkan bahunya lalu mendekat pada kakaknya itu dan masuk ke ruang tengah yang juga merupakan ruang tamu mereka. Enriwue pun mengekori Isabella yang duduk di sofa.“Iya, Tuan Malcolm menjemputnya satu jam yang lalu.”Kening Enrique mengernyit mendengar hal tersebut. Hari sudah cukup malam dan Summer pergi tanpa mengatakan apa pun pada Enrique.“Ada apa, Erik?” Isabella bertanya dengan sedikit penasaran. Enrique
Setelah memeluk Nina, Angela langsung keluar dari mobil ibunya. Ia tidak menoleh lagi ke belakang. Sedangkan di dalam mobil, Nina menggenggam erat setir sambil berusaha menenangkan detak jantungnya. Pertemuan dengan Angela dengan Gabriel akan membuatnya memiliki alasan mengakhiri keterlibatan Angela pada permusuhan perusahaan Winston dengan Gabriel Leon.Saat Angela masuk ke dalam, seorang pelayan yang membukakan pintu baginya. “Terima kasih,” ucap Angela sambil tersenyum.Begitu langkah kakinya menginjak ruang tengah, seseorang datang. Sosok tinggi dan berwibawa berdiri di ambang pintu, tubuhnya tegak dalam setelan jas gelap yang terlalu formal untuk sekadar menyambut seseorang pulang."Angela," panggil Alexander itu. Suaranya dalam dan dingin, seolah tak menyiratkan kerinduan seorang ayah.Angela menghentikan langkahnya. Raut wajahnya tetap tenang, nyaris beku. Ia menundukkan kepala sekilas, cukup untuk memberi kesan hormat, tapi tak sedikit
Knight mengawal Gabriel dengan santai keluar dari rumah sakit setelah bertemu dengan Angela. Saat Langkah mereka bergema pelan di area parkir bawah tanah rumah sakit. Knight dan Gabriel baru saja tidak lagi membicarakan Angela setelah mereka keluar. Namun, suasana tenang itu segera terusik saat Knight tiba-tiba menghentikan langkahnya.“Tunggu sebentar,” ucap Knight dengan nada rendah.Gabriel menghentikan langkahnya, lalu berbalik dengan kening mengernyit. “Ada apa?”Knight menunjuk ke arah sebuah mobil sedan hitam yang terparkir di beberapa meter dari mereka. Matanya tajam mengamati pelat nomor dan bodi kendaraan itu.“Aku rasa aku tahu mobil itu,” katanya pelan. Gabriel ikut memperhatikan lalu menoleh pada sekitarnya. Parkiran cukup sepi meski beberapa paramedis berlalu lalang.Gabriel mengikuti arah pandangnya. “Menurutmu ini milik siapa? Rasanya tidak ada yang aneh.”“Mobil itu milik Malcolm Winston, kurasa,” ujar Knight tegas. “Aku yakin. Aku pernah melihatnya beberapa kali di W