"Jadi sekarang, kamu tidak bekerja?" tanya Rayyan begitu Celine selesai menceritakan semuanya. Matanya bisa melihat ekspresi murung yang menghiasi wajah istrinya. Celine pasti sangat kelelahan mencari pekerjaan seharian. Rayyan sama sekali tidak menduga kalau wanita itu menyembunyikan semuanya dari dia. Kesal? Sedikit. Beruntungnya dia tidak tahu dari orang lain karena Celine dengan cepat memberitahunya, walaupun itu terlambat.
"Tapi kamu tenang saja, aku akan mencari pekerjaan lain secepatnya. Aku janji, aku akan membiayai pengobatanmu."
Celine menggenggam tangan Rayyan dan mengecupnya. Dia harus mendapatkan uang agar suaminya bisa sembuh. Walaupun Celine ragu ketika mengingat seharian ini dia bahkan tidak diterima di mana pun. Mungkin besok dia harus mencari lagi sembari menunggu jika saja ada panggilan dari salah satu surat lamaran yang dia titipkan.
Sayangnya, Rayyan justru menggelengkan kepalanya beberapa kali. Dia tidak setuju dengan Celine. Tentu ini lebi
"Kamu sudah tua, Dominic. Cepatlah menikah, pilih wanita yang kausuka. Jangan wanita jalang itu," ucap Daisy pada sang anak. Dia masih sedikit tidak terima dengan apa yang telah dilakukan oleh Tiffany. Wanita yang awalnya dia anggap sebagai calon menantu, ternyata berani mengkhianati anak kesayangannya."Ma, berhenti mengaturku. Aku tidak mau memikirkan masalah pernikahan untuk saat ini."Siapa pun wanitanya, Dominic yakin, wanitanya akan menjadi incaran bagi Jared. Temannya memang seperti sengaja dan ingin merebut setiap orang yang dekat dengannya. Lagi pula, dia tidak bisa memilih wanita sembarangan. Pengalaman pahit saat dirinya dikhianati oleh Tiffany, masih membuatnya bertanya-tanya, apa yang kurang darinya? Walau dia tidak mencintai Tiffany, tapi perselingkuhan tersebut cukup melukai harga dirinya. Seolah memang dia bukanlah pria yang menarik."Jangan bilang, kamu masih memikirkan wanita itu?""Wanita siapa? Siapa yang kaupikirkan, Son?" tanya K
Rayyan berjalan pelan di pinggir trotoar dengan ekspresi senang yang membingkai wajahnya. Meski dia tidak bisa berjalan dengan lancar seperti dulu, tapi semua itu tidak melunturkan semangatnya untuk terus melangkah mencari nafkah. Rasa lelahnya akan terbayar lunas begitu dia pulang dan mendapatkan upah untuk anak istrinya.Masih dengan perasaan senang luar biasa, Rayyan berhenti melangkah dan menatap kana-kiri sebelum melintas di jalanan yang cukup ramai itu untuk menghentikan angkutan umum di seberang jalan. Sialnya, tidak terlihat seseorang yang mau membantunya menghentikan mobil-mobil yang kini melaju kencang. Seolah tak memberi izin baginya untuk melintas. Rayyan harus berkali-kali bersabar dan terus tersenyum sampai kendaraan sedikit mengurai.Dia mulai melangkah pelan sembari melambaikan tangannya untuk memberi tanda kalau dia akan melintas. Jalan yang merupakan pertigaan itu tampak masih ramai dan pengendara tidak mau mengalah atau hanya sekadar membiark
"Apa ini? Bisa kalian jelaskan padaku?"Satu persatu, Celine menatap ke arah dua orang yang membawanya. Sesuai ucapan Dominic, orang-orang suruhan itu datang untuk menjemputnya. Masih dengan rasa penasaran yang tak terjawab, dia dan anaknya harus ikut. Celine sengaja membawa Arion karena khawatir jika Dominic akan macam-macam dengannya. Ditambah sang anak juga tidak ada yang menjaga di rumah."Maaf, Nona, kami tidak bisa menjelaskannya. Kami hanya ditugaskan untuk menjemput Anda," jawab salah seorang yang duduk di samping pengemudi. Melalui kaca spion, matanya bisa melihat orang tersebut tampak canggung dan takut padanya."Kenapa? Apa yang kalian sembunyikan?"Mata Celine memicing curiga. Dia merasakan firasat buruk. Pikiran negatif jika Dominic akan menculiknya atau bahkan melakukan 'kejahatan' padanya, seketika kembali terlintas. Namun Celine menggeleng saat ingat jika lelaki itu memanggilnya ke rumah sakit, bukan rumah. Walaupun dia bingung s
Celine tidak beranjak sedikit pun dari tempat duduknya. Matanya terus menatap pintu ruang ICU di depannya. Air matanya tak berhenti meleleh. Kecelakaan tersebut membuat kaki suaminya menjadi semakin parah. Ada tulang kaki yang sedikit bergeser dari tempatnya dan itu harus dilakukan operasi. Celine sampai merinding saat mendengarnya, walau dia tidak punya pilihan lain selain mengiyakannya. Beruntung, dokter bilang kalau Rayyan sudah sedikit lebih baik dari saat dibawa ke sini. Meski demikian, mengingat operasi memiliki tingkat risiko buruk saat dilakukan di malam hari, dokter mengatakan akan melaksanakan operasi itu esok.Celine hanya bisa pasrah dan menunggu di sana. Sadar kalau Tuhan sedang mengujinya saat ini. Cobaan datang bertubi-tubi ke dalam hidupnya. Tidak mengapa jika dia harus dipecat dan kelaparan, tapi tidak jika harus melihat suaminya terluka. Celine tidak sanggup melihat bagaimana Rayyan menghadapi kenyataan ini. Rasanya, air mata saja tidak cukup untuknya me
Berjam-jam berlalu, operasi Rayyan telah dilakukan dan Celine yang masih belum diizinkan masuk, hanya diam bersama Arion serta Daisy yang menemaninya. Pandangannya masih sendu, asyik menatap pintu tanpa niat sedikit pun untuk berpaling. Di sampingnya, Arion yang masih tidak tahu apa-apa, sedang terlelap di pangkuan Celine. Berbeda dengan Daisy yang menatap prihatin. Anaknya telah membuat masalah dengan menyebabkan sebuah keluarga menderita. Meski semua itu ini juga berawal darinya.Daisy ingin mengatakan kalau Dominic yang telah menabrak suami wanita itu, namun dia juga akan terbawa salah karena dialah yang membuat anaknya tidak fokus menyetir. Gara-gara perkataannya yang terus mendesak Dominic, kecelakaan pun harus terjadi. Alhasil, Daisy harus setuju ketika Dominic memintanya untuk merahasiakan apa yang terjadi."Sabar, Sayang. Suamimu akan baik-baik saja."Tak ada yang bisa dilakukannya selain mengelus punggung Celine. Mengurangi kesediha wanita itu. Ha
"Maaf atas sikap kasar mertuaku," ucap Celine setelah Dominic membaringkan Arion di kamarnya. Lelaki itu duduk di kursi dan membiarkan Celine membuatkannya secangkir teh hangat. Pintu masuk sengaja dibiarkan terbuka, agar tidak menimbulkan prasangka negatif bagi orang lain."Dia benar-benar tidak cocok menjadi ibunya Rayyan," komentar Dominic sembari menyesap teh seduhan Celine. Rayyan sangat baik tutur katanya, tidak kasar atau menggunakan nada tinggi. Jauh beda dengan wanita tua yang tadi dilihatnya, kata-kata, sikap dan bahkan tingkah lakunya begitu tak terpuji.Kejadian barusan membuat Dominic harus teringat kembali dengan data diri Celine yang sempat dibacanya. Disebutkan bahwa mertuanya tidak pernah menyukai Celine, namun karena apa? Dia tidak tahu soal itu. Akan tetapi, bagaimana Celine bisa tahan dengan sikap luar biasa buruk mertuanya? Dominic sendiri sudah sangat geram. Beruntung, dia cepat bertindak dan membuat wanita tua itu pergi sebelum mulut kasarnya m
"Rayyan, aku senang kau sudah tidak apa-apa."Tatapan sendu bercampur bahagia, memenuhi sorot mata seorang wanita saat suami tercintanya dinyatakan telah sadar. Namun tentu, Rayyan masih ada di ruang ICU. Masih dibutuhkan perawatan khusus pasca operasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Di ruangan itu juga, mereka dibatasi. Hanya dia dan Dominic yang bisa masuk."Ce-line, apa yang terjadi?"Suara lirih yang terdengar begitu lemah, menambah kesedihan bagi Celine yang melihatnya. Wajah Rayyan pucat dan bibirnya tampak kering. Sorot matanya juga tidak berbinar seperti biasa. Hingga karena kondisi itu, tangannya mengusap kasar pipi yang sudah dipenuhi air mata. "Kau tidak ingat, Rayyan?" tanya Celine dengan suara tersendat, menahan tangis. Matanya beralih menatap Dominic yang berdiri di sisi lainnya."Kau mengalami kecelakaan, Rayyan. Ada mobil yang menabrakmu."Tubuh Rayyan yang masih lemah, menyulitkannya untuk bersuara atau menggerakkan anggota
"Aku mau bekerja sebagai asistenmu tanpa dibayar."Celine menatap serius lelaki yang saat ini ada di depannya. Menghentikan kegiatan makan lelaki itu, hingga kepalanya terangkat dan juga menatapnya. Mata mereka melakukan kontak cukup lama. Tangan Celine saling meremas gugup. Keputusan yang dia ambil sudah dipikirkannya matang-matang. Meski sulit, setelah apa yang terjadi padanya dan Dominic, tapi dia tidak punya pilihan lain.Hanya Dominic yang bisa menolong suaminya. Hanya lelaki itu.Setelah terjadi keheningan beberapa saat, lelaki itu akhirnya tersenyum tipis sambil mengangkat salah satu alisnya. Seakan menganggap perkataan Celine adalah lelucon. Sampai sebuah jawaban tak terduga, meluncur dari bibirnya. "Aku tidak bisa menerimamu."Tubuh Celine membeku dalam sekejap. Wajahnya berubah tegang. Matanya membulat sempurna. Kerutan di keningnya mulai terlihat. Celine harap, dia saat ini salah dengar. Dominic pasti sedang mempermainkannya. "T-tunggu, k