Home / Romansa / Jerat Cinta Tuan CEO / CHAPTER 4 – Everything About You

Share

CHAPTER 4 – Everything About You

Author: A. Rietha
last update Huling Na-update: 2024-01-19 20:58:31

Evanna sudah bangun tidur beberap menit yang lalu, tapi ia masih tetap bergelung di bawah selimut tebalnya. Ia segan bangun dan keluar kamar. Kalau hanya untuk bertatap muka dengan monster menyeramkan seperti semalam, ia lebih memilih sembunyi di bawah selimutnya.

Tanpa sadar Evanna bergidik kalau mengingat kejadian semalam. Khandra jelas tidak menyukainya. Atau lebih tepatnya Khandra membencinya. Evanna tak tahu apa sebabnya. Ia merasa tak pernah menyinggungnya dalam hal apa pun. Apa karena Khandra sebenarnya tidak menginginkan pernikahan ini, lalu ia melampiaskan kemarahannya pada Evanna.

Evanna menguap lebar dan membalikkan tubuhnya menatap langit-langit kamar. Setelah ini apa yang harus dilakukannya? Apa ia harus angkat kaki dari sini dan pergi menjauh? Kalau harus pergi di mana ia akan tinggal?

Evanna tak pernah mempunyai banyak uang. Kalau ia harus mencari tempat tinggal sendiri, tentu akan memerlukan uang yang tidak sedikit. Kembali ke rumah orang tuanya? Hell, mending ia tinggal di kolong jembatan daripada kembali ke rumah itu.

Pintu kamarnya terbuka dan Evanna melihat Khandra memasuki kamar dengan membawa tumpukan kertas-kertas di tangan kanannya. Evanna cepat-cepat bangun dan duduk dengan mencengkeram kuat-kuat selimutnya.

Melihat Evanna yang duduk tegak dengan segera membuat Khandra tersenyum miring, lalu melemparkan kertas-kertas yang dipegangnya ke arah Evanna. Kertas-kertas itu berhamburan di atas ranjang. Evanna melirik isinya, dan bola matanya membulat saat ia melihat isi kertas-kertas itu.

“Kau memata-mataiku?” tanya Evanna sambil memungut satu demi satu kertas yang terserak dan melihat isinya.

Lembaran itu berisi banyak hal tentang diri-dirinya. Foto-foto sejak masa kecilnya, fotonya saat ada di kafe dan supermarket, feed meedia sosialnya, hingga screenshhot chat pribadinya melalui w******p.

Evanna menatap tak percaya pada Khandra yang tengah berdiri menatapnya. Laki-laki itu tampak seperti tanpa rasa bersalah membobol hal pribadi Evanna dan bahkan masih tersenyum miring menatapnya.

“Aku tak mau membeli kucing dalam karung. Aku tidak bodoh untuk diam saja dan tidak mencari tahu dengan siapa aku akan tinggal,” jawabnya enteng.

Evanna merasa tersinggung. Mengobrak-abrik media sosialnya tanpa izin sudah merupakan hal ilegal yang bukan hanya tidak sopan, tapi juga kurang ajar.

“Kau bisa bertanya langsung padaku. Buat apa kau membobol media sosialku, bahkan juga chat w******p milikku?” seru Evanna marah.

“Hah, kau kira aku bisa mempercayaimu. Apa yang tidak terlihat justru lebih jujur daripada yang seringkali ditunjukkan manusia,” balas Khandra tak mau kalah.

Khandra duduk di tepi ranjang. Evanna beringsut menjauh saat Khandra mencondongkan tubuhnya mendekat padanya.

Khandra menatapnya dingin, "Aku tidak peduli dengan ucapanmu. Aku hanya ingin tahu kebenaran, bukan sekadar omong kosong yang bisa kau atau keluargamu tunjukkan ."

Evanna menghela nafas dalam-dalam. Ia mencoba menata hatinya supaya mulutnya tidak mengatakan hal yang tidak perlu. Meskipun tindakan Khandra merupakan pelanggaran privasi yang serius, tapi Evanna mencoba menenangkan hatinya.

"Baiklah, kita bicara. Tapi tolong, jangan bersikap seolah kau paling benar tanpa memberiku kesempatan untuk menjelaskan!" ujar Evanna dan menatap suaminya.

"Kau tahu betapa sulitnya untuk mempercayaimu ketika segala sesuatunya terasa begitu janggal. Kita tidak pernah saling mengenal, tapi kau dan keluargamu langsung setuju saat kita harus menikah tanpa pernah mengenal satu sama lain. Well, bukan tanpa alasan kan kau mau begitu saja menikah dengan orang yang sama sekali tak kau kenal? Apa aku harus percaya begitu saja padamu dan menerimamu apa adanya? Jangan menghalu begitu tinggi. Sudah saatnya kau bangun dari mimpi indahmu!" tukas Khandra, tanpa sedikit pun mengurangi nada curigannya.

“Aku juga terpaksa menikah denganmu. Apa kaupikir aku secara sukarela menikahi orang yang tidak aku cintai? Kalau bukan untuk keluargaku, aku tak akan mau melakukannya. Kau sendiri kenapa mau menikahiku kalau kau juga terpaksa?” serang balik Evanna yang mulai tersulut emosi.

Peduli setan Khandra akan menggerung marah seperti semalam. Laki-laki itu sudah sangat kurang ajar padanya.

Khandra terdiam mendengar ucapan Evanna. Mereka sama-sama terjebak dalam pernikahan yang tidak mereka inginkan. Meski terdengar konyol, tapi ia juga mulai bertanya pada dirinya sendiri mengapa seorang Khandra Anantara harus rela menerima pernikahan itu.

“Apa pun alasanmu bukan berarti kau bebas untuk mencuri informasi pribadiku. Kau tidak bisa melanggar privasi orang lain hanya karena merasa tidak percaya,” ujar Evanna dengan suara bergetar namun penuh penegasan.

Khandra mengangkat bahunya acuh tak acuh. “Privasi? Kau merasa masih punya privasi? Setiap orang pasti memiliki rahasia yang mereka sembunyikan. Aku pastikan kau tidak menyembunyikan apa pun dariku hanya karena merasa punya privasi. Aku akan mengorek setiap detail tentangmu. Aku bisa dengan mudah mengorek isi kepalamu itu. Jadi, jangan merasa masih punya privasi kalau kau tak ingin kulempar keluar!” seru Khandra kembali mengancam.

Khandra bangkit dari ranjang dan meninggalkan Evanna yang masih duduk mematung. Sepeninggal suaminya Evanna meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Evanna kembali tertampar kenyataan harus menghadapi suaminya yang tak bisa menerima kehadirannya sebagai istri.

٭٭٭

Evanna turun ke lantai bawah gedung apartemen yang ditinggalinya. Ia harus menyegarkan otaknya. Terlalu lama berdiam diri di dalam apartemen membuatnya suntuk. Terlebih lagi dengan perilaku Khandra yang di luar nalar.

Gedung apartemen mewah ini memiliki fasilitas yang lengkap. Lantai bawah digunakan sebagai pusat perbelanjaan, kuliner, dan hiburan. Mungkin jalan-jalan dan bersantai akan membuat pikiran kusutnya menjadi sedikit tenang.

Kalau sedang banyak pikiran, Evanna suka melampiaskannya dengan makanan manis atau iced cappuccino favoritnya. Evanna tak pernah kelaparan saat di apartemen. Kulkas besar Khandra selalu penuh makanan, segar maupun frozen. Tapi Evanna malas menghabiskan makanan yang ada di dalam kulkas yang isinya sebagian besar penuh dengan taburan keju.

Evanna duduk di salah satu sudut kafe yang tidak terlalu ramai. Sepiring swiss roll coklat dan lava cake juga iced cappuccino sudah membuat perasaan Evanna jauh lebih baik. Ia menikmati semuanya sambil melihat orang yang berlalu lalang dari balik kaca kafe.

“Hai, Kakak Ipar, sendirian saja? Khandra ke mana?”

Suara keras seorang laki-laki yang langsung duduk di depannya mengejutkan Evanna. Ia memicingkan matanya. Sesaat kemudian Evanna tersenyum cerah saat mengetahui siapa yang menyapanya. Itu Rakha, adik Khandra.

“Dia sedang kerja. Kau sendiri?” tanya Evanna.

Adik laki-laki Khandra yang ramah dan murah senyum itu mengangguk.

“Ini mau ke kantor. Aku biasa sarapan di sini. Kalau Khandra jangan ditanya. Dia memang biasa ke kantor pagi-pagi buta,” selorohnya yang membuat Evanna ikut tersenyum mendengarnya.

“Kau tinggal di gedung ini juga?” tanya Evanna ingin tahu.

“Tidak, aku tinggal di rumah orang tuaku. Bagaimana, kau baik-baik saja dengan Khandra? Kau betah tinggal dengannya?” tanyanya masih dengan senyum lebarnya.

Evanna tersenyum samar. Rakha pasti tahu bagaimana Khandra kalau ia sampai bertanya seperti itu pada Evanna.

“Kami baik-baik saja,” sahut Evanna singkat, lalu menunduk dan menyesap minumannya.

“Oh, ya? Wah, padahal aku mengira akan ada badai besar. Kau tahu, dia mengamuk di rumah saat Papi menyuruhnya menikah. Tapi, yah, mau bagaimana lagi? Skandal besarnya harus segera dikubur kan?” ujar Rakha enteng.

Evanna mengangkat kepalanya cepat dan menatap Rakha penuh ingin tahu.

“Skandal? Skandal apa?” tanya Evanna.

Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 98 – Setelah Semua yang Terjadi

    Suara sirine ambulans meraung-raung memecah keheningan pagi itu. Langit kelabu seolah ikut berkabung. Mobil sport mewah berwarna merah itu kini tak lebih dari rangkaian besi yang remuk, terpelanting beberapa meter dari tepi jurang. Asap masih mengepul dari mesinnya yang hancur, sementara beberapa petugas kepolisian sibuk mengamankan TKP."Bagaimana hasilnya?" tanya Inspektur Made kepada seorang petugas forensik yang baru saja selesai melakukan pemeriksaan awal."Korban tewas seketika, Pak. Benturan sangat keras, kemungkinan besar mobil melaju dengan kecepatan di atas 120 kilometer per jam. Korban atas nama Rakha Jumantara, buronan yang kita cari."Inspektur Made menghela napas panjang. Ironis memang. Rakha Jumantara, pria yang menjadi buronan utama kepolisian dalam kasus pembunuhan Diva, kini tewas dalam kecelakaan tunggal. Lolos dari hukuman manusia, tetapi tidak dari hukuman Ilahi."Beritahu tim, kita perlu pengamanan ekstra. Media pasti akan membuat ini jadi berita besar," perintah

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 97 – Pelarian Terakhir Rakha

    Matahari terbenam di ufuk barat Pulau Bali, memoles langit dengan warna jingga yang memesona. Namun bagi Rakha Jumantara, keindahan senja itu tak lagi berarti apa-apa. Pikiran dan jiwanya kini dipenuhi oleh ketakutan dan kecemasan yang mendalam.Dua hari yang lalu, ia tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai tanpa menyadari bahwa setiap langkahnya telah diawasi ketat oleh pihak kepolisian. Nama Rakha Jumantara kini menjadi buronan utama, tersangka dalam kasus pembunuhan.Ia berbaring di tempat tidur kamar hotelnya, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Bayangan masa lalu berputar-putar di benaknya. Bagaimana semua ini bisa terjadi? Apa kesalahannya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar tanpa jawaban.Rakha Jumantara menatap layar televisi di kamar hotelnya. Berita tentang dirinya sudah menyebar ke seluruh negeri. Wajahnya terpampang jelas di layar, dengan tulisan besar: "PUTRA KONGLOMERAT, OTAKI KASUS PEMBUNUHAN."Ia mengacak rambutnya kasar, lalu menyesap kopi hitamnya yan

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 96 – Pengejaran

    Polisi bergerak cepat. Laporan dari Diva dan bukti yang dibawa Maira menjadi landasan kuat untuk segera bertindak. Mereka tahu waktu adalah hal yang paling krusial dalam kasus ini.Deki bukanlah sosok yang asing dalam catatan kepolisian. Seorang residivis dengan berbagai kasus kejahatan yang belum pernah terungkap sepenuhnya. Ia ibarat bayangan yang selalu lolos dari jerat hukum, dengan kemampuan menyembunyikan bukti yang luar biasa.Kurang dari dua kali 24 jam, tim khusus berhasil melacak pergerakan Deki. Polisi mendapatkan informasi bahwa Deki terlihat di sekitar Pelabuhan Bakauheni. Rencananya untuk melarikan diri melalui Bakauheni harus segera digagalkan.Tim penyelidik khusus sudah mempersiapkan sejak malam. Koordinasi antara unit mobil dan tim di lapangan berjalan ketat. Setiap pergerakan Deki sudah dipetakan, setiap rute pelarian sudah diblokir.Deki bergerak gesit, memanfaatkan setiap celah dan koneksi yang ia miliki. Ia menggunakan jaringan bawah tanah yang selama ini membuat

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 95 – Malam Kelam bagi Rakha

    Malam semakin larut. Hampir jam satu dini hari, tetapi Nisya tak mampu memejamkan mata. Teleponnya yang kesepuluh kali ke nomor Rakha masih belum mendapat jawaban. Layar ponselnya menampilkan foto Rakha, pemuda berusia dua puluh lima tahun itu tersenyum lebar dengan mata berbinar. Foto setahun lalu, sebelum semua kekacauan ini dimulai."Ayo, angkat teleponnya, Nak," bisik Nisya, berjalan mondar-mandir di kamarnya.Ruangan itu terasa begitu sunyi, hanya ditemani detak jam dan deru pendingin udara. Beni, suaminya, tak ada di rumah. Begitu pula dengan Khandra dan Evanna.Mereka memilih pergi ke kantor polisi untuk membuat laporan. Bukan hanya meninggalkan rumah malam ini, tapi juga meninggalkan Rakha dalam masalahnya. Nisya masih tak percaya suaminya tega melakukan itu pada anak kandungnya sendiri." Rakha harus mempertanggungjawabkan perbuatannya," kata Beni sebelum pergi, wajahnya mengeras oleh amarah. "Rakha mencoba membunuh seseorang. Diva hilang, dan semua bukti mengarah padanya!"N

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 94 – Siapa Menabur Akan Menuai

    Nisya menggertakkan gigi saat mendengar gedoran pintu kamarnya yang berulang kali. Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam lewat lima belas menit. Dia baru saja bersiap tidur, dan Beni, suaminya, sedang membaca buku di sampingnya. Gedoran itu kembali terdengar, lebih keras dan mendesak."Siapa sih?" desis Nisya sambil menyibakkan selimut. Beni mengangkat wajahnya dari buku, alisnya terangkat."Biar aku saja," tawar Beni, tapi Nisya sudah terlanjur bangkit dengan wajah masam."Tidak perlu. Pasti Khandra lagi," ucapnya dingin.Khandra, anak tiri Nisya, memang selalu menjadi duri dalam dagingnya. Setidaknya, begitulah yang selalu dirasakan Nisya.Pintu terbuka dengan sentakan kasar. Di hadapannya berdiri Khandra dengan wajah tegang dan di belakangnya, Evanna, menantunya tampak berdiri dengan wajah tegang."Apa-apaan ini? Jam segini menggedor pintu kamar orang seperti orang kesetanan!" Nisya memandang tajam kedua orang di di depannya itu.Khandra menarik napas dalam. Matanya yang bias

  • Jerat Cinta Tuan CEO   CHAPTER 92 – Setelah Diva Pergi

    Sudah beberapa hari Diva menghilang dan tidak dapat dihubungi. Orang tuanya, terutama Reni, ibunya sudah mulai khawatir. Tidak biasanya ia seperti itu. Reni sudah bertanya pada kenalan, saudara, dan teman-teman Diva, tapi tak ada seorang pun yang tahu ke mana Diva.Begitu juga dengan Rasena, ayah Diva. Selama beberapa hari ia kalang kabut mencari putri sulungnya itu. Setelah tak membuahkan hasil, Rasena pun mencoba peruntungannya dengan menghubungi Evana meski tak yakin kalau Evanna tahu keberadaan Diva.Malam itu Rasena menelepon putri bungsunya itu. Nada bicara Rasena terdengar sangat khawatir. Rasena bertanya pada Evanna apakah tahu ke mana Diva berada meskipun ia tak yakin mengingat hubungan Diva dan Evanna tak pernah baik.Seperti dugaan Rasena, Evanna tak tahu ke mana Diva. Terakhir kali Evanna bertemu dengannya saat di apartemen Evanna."Kamu yakin tidak tahu apa-apa ke mana Diva, Evanna?" tanya Rasena dengan nada mendesak.Evanna sebenarnya tahu masalah yang dihadapi Diva tapi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status