Berganti Suami Di Pelaminan

Berganti Suami Di Pelaminan

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-11-18
Oleh:  MolenBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
8Bab
5Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Dua minggu sebelum pernikahan di langsung. Yeshi mendapatkan kenyataan pahit. Calon suaminya telah melakukan kesalahan di saat mabuk. Sehingga melakukan hubungan terlarang dengan wanita lain. Dan pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagia. Kini telah berubah menjadi kesepakatan bersama.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Tunggu sampai hari pernikahan

"Aku tidak bisa menunggu sampai hari pernikahan lagi." Arga memeluk kekasihnya itu dengan sangat kuat. "Kita lakukan malam pertama hari ini saja," bisiknya perlahan.

Yeshi bangkit dari tempat duduknya sembari melepaskan pelukan kekasihnya. "Tidak bisa. Sebelum pernikahan selesai di langsungkan. Aku tidak bisa melakukan hubungan suami istri. Arga, aku tidak bisa melakukannya." Melangkah menjauh.

Arga menekan rasa kesalnya. Dia mendekat, "Baiklah, aku mengikuti keinginanmu." Dia mengambil ponselnya. "Aku harus pergi. Ada pembaharuan jadwal dari perusahaan. Mereka memintaku untuk segara pergi keluar Kota." Mengambil jas berwarna hitam yang ia letakkan di atas sofa.

Yeshi mengangguk mengerti.

Pria itu mencium kening calon istrinya baru melangkah pergi keluar dari ruangan tamu.

Yeshi duduk dengan menarik napasnya dalam. Rasa bersalah tentu saja ada di saat Arga pergi. Tapi dia juga tidak ingin kesalahan yang kakak perempuannya lakukan. Akan menjadi kesalahannya juga.

Panggilan telepon masuk.

Wanita itu mengangkatnya. "Ya, Yah."

"Malam ini nenek ingin membuat acara keluarga. Apa kamu bisa mengajak Arga juga? Dua minggu lagi pernikahan kalian akan di langsungkan. Ada bagusnya jika dia juga bisa berkumpul bersama keluarga besar," ujar Tuan Danu dalam sambungan telepon.

"Biarkan aku berbicara juga dengan putriku," Nyonya Ayas merebut ponsel suaminya. "Shishi, kumpul keluarga kali ini akan ada saudara jauh dari keluarga pihak Nenekmu. Jika kalian tidak datang, keluarga kita akan merasa canggung. Nenekmu selalu saja menceritakan hubungan kalian berdua yang selalu harmonis. Dan telah langgeng menjalin kasih selama dua tahun terakhir."

"Ma, aku tahu. Aku akan mencoba membicarakannya kepada Arga," jawab Yeshi dalam sambungan telepon.

"Perjalanan dari Ibu Kota cukup jauh. Kamu bisa bersiap-siap terlebih dahulu. Mama dan Ayah juga sedang ikut membereskan halaman rumah," ujar Nyonya Ayas.

"Iya."

"Mama tutup dulu. Jaga dirimu baik-baik."

"Baik."

Sambungan telepon terputus.

Yeshi hanya bisa terdiam menatap televisi tidak menyala di depannya. Baru saja Arga pergi melakukan tugas di luar kota. Dia tentu tidak bisa mengajaknya pergi menghadiri jamuan keluarga. Dengan menekan semua perasaannya wanita itu memutuskan pergi seorang diri. Setidaknya dia harus ikut menghadiri pesta kecil di keluarganya.

"Ini saja." Kaos putih susu dengan celana Jeans ia pakai dalam perjalanan. Sedangkan gaun yang akan dia kenakan di saat acara. Telah ia siapkan dan di simpan di dalam tas kecil.

Ikat rambut hitam di gunakan mengikat rambut panjangnya seperti buntut kuda.

Dengan persiapan sederhana Yeshi pergi mengendarai mobilnya kearah kota kelahirannya. Membutuhkan waktu empat jam hingga dia bisa sampai di kota tempat Neneknya tinggal.

Sepanjang perjalanan dia terus mendapatkan telepon dari pihak kantor tempatnya bekerja. Pekerjaan tidak pernah bisa ia tinggal meskipun hanya sesaat.

"Sebentar lagi aku akan sampai," ujar Yeshi menjawab panggilan telepon dari mamanya.

Panggilan di akhiri.

Memasuki jalur kecil kearah rumah Neneknya. Yeshi harus menjalankan mobilnya lebih pelan. Dari jarak seratus meter saja dia sudah melihat jejeran mobil dari keluarga besarnya. Ada begitu banyak orang yang hadir. Seketika jantungnya berdekat lebih kencang dari biasanya.

Dia parkirkan mobil di lahan kosong. Lahan yang memang di biarkan Neneknya untuk taman. Dan tempat untuk memarkirkan mobil keluarga jika berkunjung ke tempatnya.

Pagar kayu tidak lebih tinggi dari pinggang orang dewasa. Mengelilingi kediaman dengan halaman yang cukup luas. Setiap pagar di rambati tanaman dengan bunga berwarna biru tua.

Yeshi menghentikan langkahnya. "Akan kurang sopan jika aku datang dengan pakaian seperti ini." Melihat kesekitarnya. "Pintu belakang. Hanya lewat jalur belakang tidak akan ada yang tahu jika aku datang dengan dandanan seperti ini."

Wanita itu memutar menuju pintu belakang. Karena takut seseorang melihatnya Yeshi berlari sedikit lebih kencang. "Aaaa..."

Kakinya tidak sengaja terjerat tanaman merambat. Tapi untung saja seseorang telah menangkapnya. Sehingga dia tidak terjungkal ketanah yang basah karena rintik hujan beberapa jam yang lalu. "Terima kasih." Yeshi melepaskan dirinya dari pelukan itu.

Di saat dia sedikit menjauhkan tubuhnya. Dia langsung saling berpandangan dengan kedua mata dingin di depannya. 'Dia cukup tampan,' gumamnya dalam hati. Saat sadar Yeshi berkata, "Terima kasih." Untuk kedua kalinya.

Pria itu hanya memberikan anggukan.

Dari pintu belakang Nyonya Ayas berjalan mendekat. "Di mana calon suamimu?"

"Sebenarnya siapa yang jadi anak Mama? Kenapa kalian terus saja mencarinya." Yeshi menatap cemberut.

"Tentu saja kamu putriku." Nyonya Ayas tertawa melihat tingkah putrinya.

Wanita itu merangkul lengan Mamanya. "Arga sedang di tugaskan keluar Kota. Pagi ini dia berangkat," ujar Yeshi.

Mendengar itu Nyonya Ayas sedikit kecewa tapi dia juga tahu pekerjaan calon menantunya sangat sulit di tinggalkan. "Oh iya, apa kamu masih ingat paman kecilmu?"

Yeshi menatap Mamanya lalu melihat pria di depannya.

"Ya, dia paman kecilmu Ethan. Saat kecil kamu selalu saja tidak ingin lepas darinya. Setiap paman kecilmu datang. Kamu pasti membuat keributan ingin menikah dengannya." Nyonya Ayas menceritakan kembali masa lalu putrinya dengan tawa.

Yeshi hanya bisa tersenyum malu sembari memberikan salamnya. "Paman kecil."

Pria itu juga memberikan tanggapan biasa. Anggukan kecil tanpa senyuman.

"Acara sudah akan di mulai. Ethan, kita masuk bersama." Nyonya Ayas memperhatikan pria di depannya.

Ethan hanya mengangguk sebagai jawaban.

Sembari melangkah masuk melalui pintu belakang. Nyonya Ayas terus menanyakan kabar calon menantunya.

"Apa hubunganmu dengan Arga baik-baik saja?"

"Kami baik-baik saja."

"Semua undangan sudah siap dan dekorasi juga telah di pilih sesuai keinginan keluarga mereka. Aku harap pernikahan kalian dapat berjalan sempurna. Mama sangat ingin melihatmu menikah. Berdiri di atas pelaminan bersama pria yang kamu cintai." Menepuk lembut tangan putrinya yang tengah bergelayut di lengannya. "Mama tidak memiliki keinginan lain. Yang terpenting putriku bahagia."

Mereka melangkah masuk. Dan berpisah di lorong kecil yang ada di dalam rumah.

"Ma, aku akan kembali setelah berganti dengan gaun." Yeshi berlari kecil menuju kamarnya saat kecil. Sejak usianya enam tahun dia selalu memilih hidup bersama Neneknya. Meksipun kedua orangtuanya selalu ingin di temani putri bungsunya itu.

Memasuki waktu malam semua orang telah berkumpul di halaman luas. Tempat yang selalu di gunakan berkumpulnya keluarga besar. Kali ini keluarga jauh dari pihak Nenek Anin telah datang. Perbincangan juga telah di mulai tanpa henti sejak tadi sore.

Hanya Yeshi yang masih sibuk mempersiapkan dirinya di dalam kamar. Gaun berwarna putih salju dengan gradasi merah muda di ujung gaun. Terlihat sangat indah berada di tubuhnya. Kepangan rambut panjang di bentuk seperti kupu-kupu. Menambah keanggunan wanita muda. High Heels alas kaca ia pakai karena selaras dengan gaun yang ia kenakan. Di saat dia keluar semua orang memperhatikan dirinya.

"Yeshi selalu saja terlihat cantik."

"Benar. Yeshi duduk di sini bersama Tante." Tante Runan mengulurkan tangannya.

Yeshi meraih tangan itu. Dia di arahkan duduk di dekat Neneknya.

"Benar-benar sangat cantik."

Pujian itu terus di lontarkan.

"Besok saat memakai gaun pengantin. Dia pasti akan jauh lebih cantik."

"Benar. Aku sudah tidak sabar melihat keponakanku memakai gaun pernikahannya."

Yeshi hanya tersipu malu.

"Yeshi, kenapa calon suamimu tidak ikut datang?" Tanya Tante Jian. Wanita itu duduk di samping keponakannya.

"Arga sedang di tugaskan di luar Kota dan baru saja berangkat tadi pagi. Jadi dia tidak bisa ikut serta dalam acara keluarga," jelas Yeshi.

"Direktur pemasaran memang selalu sibuk. Tante mengerti," ujar Tante Jian dengan menepuk lembut tangan keponakannya.

Yeshi tersenyum memberikan tanggapan.

Acara malam itu berlangsung cukup meriah. Semua orang bersendau gurau tanpa adanya kecanggungan. Hanya satu orang yang terlihat tidak memperdulikan keadaan di sekitarnya. Ethan memilih untuk duduk menyendiri sembari menyalurkan kegilaanya terhadap rokok. Selama dua jam dia telah menghabiskan beberapa batang rokok. Jika bukan karena ancaman Ayahnya. Dia tidak mungkin bersedia datang keacara keluarga yang membosankan menurut dirinya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
8 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status