"Kau yakin menyetujui pertukaran yang diminta anak Olympus itu, Tuan?"
King mengangguk. "Hanya itu satu-satunya cara agar kita bisa mendapatkan bibit tanaman herbal yang tersisa, Thomas. Kita tidak mungkin melewatkan kesempatan bagus seperti ini…," ucapnya penuh keyakinan.
"Tapi, Tuan. Aku masih bisa mencurinya dari kastil Olympus. Tongkat Tuan Heinze sangatlah berharga, aku yakin pria licik itu punya rencana yang tidak baik untuk kaum kita setelah mendapatkannya…!" sahut Thomas tidak terima.
Semua orang tahu bagaimana kuatnya sihir yang ada dalam tongkat milik Tuan Heinze. Thomas yakin Fourd sengaja menggunakan kesempatan ini untuk mencari keuntungan dari keadaan pemimpinnya.
"Kau tidak perlu melakukannya Thomas. Nyawamu dan kaum kita lebih berharga dibanding tongkat itu. Aku tidak mau ada yang mati sia-sia lagi hanya untuk obat-obatku!" King terdengar memohon namun setengah meme
Bunyi pintu yang dibuka dari luar membuat Rey mendongak dari balik meja kerjanya. Wanita bermata sipit dengan rambut panjang hitamnya, masuk mendekati Raja Vampire itu."Kamu tidak ke kantor Rey?" tanya Suci melirik jam dinding di samping kiri suaminya.Sudah jam delapan pagi dan pria itu masih berleha-leha di dalam ruang kerjanya."Tidak My Lady, aku sudah meminta Michael menggantikan aku mengurus perusahaan sementara waktu."Suci mengernyit. "Kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanyanya khawatir.Rey menggeleng. "Tidak ada My Lady, aku hanya ingin terus di kastil saja menemanimu," jawabnya.Rey memang tidak mau meninggalkan istrinya sendirian sekarang. Hampir kehilangan Suci tempo hari membuat Raja Vampire itu takut dan resah. Rey akan terus disamping Suci setidaknya sampai Joseph ditangkap oleh Klan Vampire-nya"Kamu berbicara se
"Pak Michael, ini daftar yang Bapak minta tadi." Olivia meletakkan sebuah berkas ke atas meja kerja asisten Raja Vampire."Kamu sudah menyelesaikan apa yang aku minta?" tanya Michael tanpa melihat ke arah Olivia."Sudah, Pak. Aku sudah meminta party planner untuk mengatur acara perusahaan Minggu depan. Semua desain yang kita bicarakan juga sudah aku kirimkan pada mereka.""Bagus, kali ini kamu bekerja dengan cekatan tanpa perlu diminta." Olivia terdiam, ini pertama kalinya pria yang dia kenal dingin dan terkadang jutek padanya itu memujinya.Entah Michael tulus atau tidak, tapi hati Olivia sedikit senang mendengar ucapan Michael barusan."Pergilah kembali ke tempat dudukmu. Jangan berdiri di depanku seperti patung!" sambung Michael masih sibuk dengan pekerjaannya di depan laptop.Olivia seketika berdecak tidak jadi bahagia. Michael memang paling tahu ba
Olivia turun ke lantai bawah, pergi menemui Joseph yang menunggunya di gang dekat kantor.Gang itu dulunya pernah dilalui Suci saat tidak sengaja bertemu dengan kaum hitam dan Rey.Joseph duduk di atas motor besarnya dengan kacamata hitam bertengger di hidung. Begitu melihat Olivia mendekat, Joseph turun menyambut wanitanya dengan pelukan hangat."Aku merindukanmu, Liv…," bisik Joseph dengan suara parau.Olivia yang ingin marah tidak bisa melakukannya begitu mendengar suara Joseph yang berbeda dari biasanya. Dia yakin ada sesuatu yang sedang terjadi pada kekasihnya."Maafkan aku tidak menghubungimu beberapa hari ini, Liv. Ada sesuatu yang harus aku urus sebelumnya." Joseph melepaskan pelukan mereka, mengusap pipi Olivia lembut."Apa yang terjadi, Jo? Kamu bersikap aneh." Olivia menatap dalam pria yang masih memakai kacamata hitamnya. 
Di penjara bawah tanah dalam kastil Rey, Joseph dibawa oleh para Klan Vampire kesana. Pria itu dikurung, diikat dengan rantai dengan posisi telentang di dinding.Joseph yang mulai kelaparan meronta berteriak di dalam penjara yang kotor dan lembab. Sudah tiga hari semenjak dia dibawa kesini, Joseph tidak pernah lagi memuaskan hasratnya sebagai kaum hitam.Dia butuh darah, darah dari siapa saja yang bisa membuat tubuhnya lebih baik dan tidak kelaparan. Nalurinya sebagai kaum hitam yang butuh cairan kental berwarna merah itu, kini sudah merasuk menutupi seluruh hati dan pikiran Joseph.Bunyi tapak kaki berbunyi nyaring di sepanjang lorong menuju penjara bawah tanah. Dengan jubah panjang berwarna merah tua dan kerah yang menutupi sampai ke batas rahangnya, Rey berjalan diikuti tabib kepercayaannya Michael.Rey sengaja membiarkan Joseph terkurung di dalam penjara bawah tanahnya berhari-hari. Dia ingin men
Seorang pria dengan tubuh penuh luka diseret masuk ke dalam halaman eksekusi. Suci dan Olivia masih tidak menyadari siapa sosok pria tersebut karena tampangnya yang tampak berbeda.Rey duduk di kursi samping istrinya dengan Michael berdiri di dekat kursi Olivia. Tabib hebat Klan Vampire itu masih khawatir dengan rencana yang diinginkan Rajanya.Michael merasa Rey terlalu berani dan nekat menunjukkan adegan tidak pantas ini pada dua wanita manusia yang tidak tahu apa-apa itu.Entah akan seperti apa tanggapan maupun reaksi Suci dan Olivia, setelah mereka mengetahui siapa pria yang tengah diikat di depan sana."Apa ini Rey?" Suci bersuara, masih tidak mengerti dengan pertunjukan yang dikatakan suaminya tadi padanya."Nikmati saja My Lady, ini adalah tontonan gratis yang menghibur…." Rey tersenyum, menggenggam tangan Suci erat.Wanita itu kembali men
"Kamu harus bertanggung jawab untuk ini Rey!" murka Suci menatap tajam suaminya setelah Michael menghilang dari hadapan mereka.Rey bangkit dari kursi, menatap remeh Joseph yang tertunduk di halaman eksekusi."Aku tidak bersalah dalam hal ini My Lady, temanmu harus tahu yang sebenarnya. Cepat atau lambat, identitas kekasihnya yang sebenarnya harus dia tahu! Aku hanya membantu mempercepat waktunya saja."Suci mendengus penuh amarah. Melihat Rey yang tampak santai makin membuat dia kesal. Suci berjalan mendekati Rey yang berdiri membelakanginya."Tapi caramu melakukannya salah Rey! Olivia bahkan belum siap dengan apa yang dia lewati tiga hari ini, dan sekarang kamu malah menunjukkan hal yang lebih tidak masuk akal lagi padanya? Apa maksudmu sebenarnya melakukan ini Rey?! Kamu ingin menghancurkan hubungan mereka?!" Suara Suci terdengar meninggi.Dia tidak terima Rey bers
"Olivia, aku mencintaimu." Suara khas seorang pria yang dia cinta membangunkan Olivia dari tidur cukup lamanya di atas ranjang.Kenangan-kenangan indah yang pernah mereka lalui beberapa tahun ini, berputar bak kaset rusak di kepalanya.Michael sengaja membuat Olivia tidur dengan mimpi-mimpinya itu agar Olivia bisa tidur dengan nyenyak. Terbukti begitu dia bangun, Olivia tidak lagi histeris seperti kemarin dan hanya menangis dengan perasaan rindu bercampur kecewa dalam hati."Kamu sudah bangun, Liv?" Suci mendekati teman sekerjanya dengan khawatir.Wanita berambut panjang itu tidak tidur karena mengkhawatirkan kondisi Olivia yang kadang mengigau dalam tidurnya."Kamu baik-baik saja? Apa yang kamu rasakan?" Suci memberondongi Olivia dengan beribu pertanyaan.Wanita itu hanya diam, tetap menangis dengan pandangan mata kosong menatapnya.
"Jangan mendekat Olivia…." Joseph bersuara setelah lama diam seribu bahasa di depan wanitanya. Pria yang masih dirantai dengan wajah yang tampak berantakan, tidak ingin Olivia melihatnya dengan keadaan yang tidak pantas. Joseph terlalu malu bertemu dengan Olivia setelah wanita itu melihat sisi lain darinya kemarin. Olivia pasti merasa jijik padanya sekarang. "Ada apa, Jo? Kenapa aku tidak bisa mendekatimu? Apa salah jika aku ingin bertemu dengan kekasihku?" sahut Olivia tidak terima. "Aku, aku bukan kekasihmu lagi…!" Olivia tersentak, seketika menghentikan langkah kakinya mendekati Joseph. "Apa maksudmu? Kamu ingin memutuskan hubungan kita, Jo?!" tanya Olivia dengan suara bergetar. "Iya. Tolong jangan menemuiku lagi!" jawab Joseph singkat, tidak mau menatap wanita yang dia cinta. Baginya ini adal