"Rey…," panggil Suci.
"Ada apa My Lady?"
"Aku ingin bertanya sesuatu."
Rey mengangguk, memeluk wanitanya dari samping. "Katakan apa yang ingin kamu tanyakan," ucapnya lembut.
"Orang tuaku, apa selama aku koma mereka pernah datang ke kastil?" tanya Suci penasaran.
Rey langsung diam, bingung harus berkata apa. Dia benar-benar lupa tentang kedua mertuanya. Terlalu sibuk memikirkan waktu tenggat yang diberikan King membuat Rey lupa mengatakan bagaimana kondisi pasangan suami istri itu pada Suci.
"Aku hanya ingin tahu saja apa mereka pernah menghubungimu atau tidak Rey. Aku sedikit khawatir dengan keadaan mereka," sambung Suci terdengar kelu.
Rey mengerti dengan perasaan Suci, kesalahannya juga kenapa tidak mengatakan kondisi orang tua Suci sebelumnya padanya.
"Mereka sebenarnya ada di kastilku My Lady."
Kembali ke kastil Rey setelah menghabiskan waktu dua hari di Negara yang berbeda, Rey mengikuti kemauan istrinya pulang sebelum waktu yang ditentukan.Rencana yang dia susun harus buyar setelah Suci membahas kedua orang tuanya. Rey kini harus memutar otak mencari momen yang pas untuk memberitahukan kesepakatan antara dia dan King, yang tinggal tiga hari lagi."Mereka ada di sini?" tunjuk Suci pada pintu kamar tamu di kastil Rey.Rey mengangguk sembari membuka pintu perlahan. "Iya, kamu bisa masuk memastikannya."Suci berjalan melewati Rey yang mempersilahkan istrinya masuk lebih dulu ke sana.Tiba di dalam kamar dengan lampu tidur yang sengaja dipasang di sudut kamar, Suci mendekati ranjang di mana orang tuanya tengah tertidur pulas.Senyum yang mengembang di wajah mereka menandakan keduanya sedang bermimpi indah saat ini. Suci sontak
"Bagaimana perasaanmu, Sayang? Apa ada yang sakit?" Entah sudah keberapa kalinya Susi menanyakan hal yang itu-itu saja pada anak perempuannya.Suci sudah duduk bersandar di ranjang perawatan, dengan Susi dan Charlie berdiri disamping kanan dan kiri ranjang.Wajah khawatir namun juga lega masih terpancar di wajah keduanya. Meski melihat Suci sudah membuka mata dan dalam keadaan yang baik-baik saja, tapi perasaan khawatir sebagai orang tua akan anak tercintanya masih terus mendera mereka. Charlie bahkan meminta Michael yang ikut berada di sana memeriksa keadaan Suci berulang kali."Aku tidak apa-apa, Mom, Dad. Kalian tidak perlu khawatir. Aku merasa sudah lebih baik dari sebelumnya," sahut Suci berusaha menenangkan orang tuanya."Tapi wajahmu masih pucat Suci. Apa kamu tidak merasa pusing atau berdengung di kepalamu?" tanya wanita paruh baya dengan guratan cemas di wajahnya.
"Bisa kita bicara berdua, Rey?""Tentu, Dad. Ayo ikut aku," ajak Raja Vampire pada ayah mertuanya.Charlie memberi isyarat pada tabib kepercayaan Rey sebelum beranjak meninggalkan pria itu. Michael menatap kepergian mereka dengan hati yang sedikit gelisah.Dia berharap Charlie tidak akan meminta Rajanya berpisah dengan Ratu mereka setelah kejadian ini, mengingat tekanan dari istrinya yang kemarin sempat memarahi Rey.Pria berambut putih dengan kulit tubuhnya yang selalu pucat, membawa Charlie ke ruang pribadinya yang cukup jauh dari tempat mereka bertemu tadi. Berjalan beriringan Rey dan juga Charlie hanya diam dengan pikiran yang sama-sama berkecamuk di dalam sana."Masuklah, Dad." Rey membuka pintu, mempersilahkan Charlie masuk lebih dulu.Charlie mengangguk dan melangkah masuk, duduk di kursi sofa dalam ruang pribadi yang cukup kuno menur
"Kenapa cepat sekali Mommy dan Daddy pulang? Aku baru saja sadar, Mom. Tidak bisakah kalian menunggu sampai satu Minggu kedepan?" pinta Suci menatap bergantian Susi dan juga Charlie.Sehari setelah kedua orang tuanya bangun dari tidur panjang mereka, Charlie meminta Susi pulang bersamanya. Pasangan suami istri itu kini sedang berpamitan pada Suci yang duduk di kursi roda."Mommy juga ingin, Sayang. Tapi Mommy harus menemani Daddy-mu kali ini. Kamu tahu dia harus selalu Mommy temani, kan? Kami akan segera menemuimu kembali begitu semua urusan pekerjaan Daddy selesai," janji Susi pada anak perempuannya.Wajah sedih sama-sama terlihat darinya dan juga Suci. Charlie sedikit tidak tega memisahkan ibu dan anak itu seperti ini. Namun mengingat ada sesuatu yang harus menantunya katakan pada Suci, Charlie memilih jalan begini demi memudahkan Rey menyampaikan hal tersebut."Benar yang dikatakan Mommy-mu, Suci.
"Kamu bilang apa, aku harus menikah dengan pemimpin Kaum Hitam itu?!" pekik Suci terkejut."Kamu tidak waras Rey. Bagaimana mungkin kamu memintaku menikah dengan musuhmu sendiri? Apa kamu sengaja menjualku padanya?!" marah Suci tidak terima.Suasana yang tadinya penuh cinta berubah panas menjadi penuh emosi. Suci terus melontarkan kata-kata penolakan tidak menyetujui kesepakatan antara suaminya dan King."Dengarkan aku dulu, My Lady. Aku tidak pernah menjualmu pada siapapun. Kesepakatan itu terjadi karena aku tidak tahu harus berbuat apalagi demi membuatmu tetap bersamaku. Tolong mengertilah, aku melakukannya untuk kita berdua."Suci berdecih, menepis tangan Rey yang masih menggenggam tangannya. "Kamu benar-benar sudah gila, Rey. Apa hubungannya kesepakatanmu antara pemimpin Kaum Hitam dengan hubungan kita?! Apa kamu pikir aku bodoh?! Koma lama tidak membuat akal pikiranku hilang Rey…!"
Terus diam tidak saling bercerita dilewati pasangan suami istri Rey dan Suci selama dua hari terakhir ini.Baik Suci maupun Rey sama-sama dibuat gundah dengan kesepakatan yang hari ini adalah batas masa tenggat yang diberikan King. Pemimpin Kaum Hitam itu dilaporkan Michael tiba di kastil Rey pagi-pagi sekali."Dia sudah di sini?" tanya Rey baru saja keluar dari ruang kerjanya.Dua hari ini Raja Vampire hanya tidur dan berdiam diri di sana. Tidak tahu harus membujuk Suci bagaimana lagi, Rey diminta istrinya agar jangan dulu datang menemuinya.Sama seperti Rey, Suci pun ikut berdiam diri selama dua hari ini di kamar dan hanya diantarkan makanan oleh kedua maid-nya setiap jam makan tiba."Iya, Tuan. Dia sudah menunggu di ruang tamu," sahut Michael.Rey melirik jam yang tergantung di dinding dekat mereka, melihat waktu yang masih menunjukkan pukul enam pag
"My Lady, kamu masih di sini?""Kenapa, kamu begitu menginginkan aku segera pergi dari kastilmu?!" sinis Suci masuk ke dalam kamarnya dan Rey."Bu-bukan begitu My Lady. Aku hanya….""Hanya apa?" Suci menjatuhkan dirinya di tepi ranjang masih dengan wajah yang tidak bersahabat.Rey mendekatinya perlahan. "Aku hanya kaget melihatmu masih di sini saja My Lady. Aku pikir pemimpin Kaum Hitam akan langsung membawamu hari ini," terangnya dengan nada yang melembut.Suci menggeleng sembari bersedekap dada. "Tidak. Aku memintanya kembali lusa.""Benarkah?""Iya.""Apa dia tidak protes?""Tidak. Dia sangat penurut padaku," sahut Suci setengah menyindir Rey.Raja Vampire itu mendengus, ikut duduk di samping istrinya. "Jadi maksudmu aku ini Vampire pembangkan
Hari yang ditunggu-tunggu King pun tiba. Wanita yang sangat dia dambakan akhirnya menjadi miliknya juga.Suci dibawa ke pelaminan, mengikrar janji dengannya menjadi istri pemimpin terakhir Kaum Hitam.Pengukuhan keduanya menjadi suami istri dihadiri semua Kaum Hitam milik King yang tersisa dan beberapa Klan Vampire termasuk Rey dan kedua orang tuanya.Clara duduk di dekat anak laki-lakinya yang diam, membisu tidak berbicara sama sekali sejak mereka tiba di sana. Sebagai seorang ibu dia tahu betul bagaimana perasaan Rey saat ini.Meski tidak menunjukkan ekspresi apa-apa tapi jauh di dalam lubuk hati anaknya, Clara tahu Rey pasti sangat sedih dan terpukul melihat wanita yang dia cinta berdiri di depan sana bersanding dengan pria lain.Clara ikut sedih mengetahui Suci akan menikah dengan King di saat Rey dan Suci baru saja berkumpul kembali.Momen pengukuhan Kin