"Bagaimana hubunganmu dengan tuan Rey, Suci?" tanya Olivia teman satu kantornya.
"Hubungan?" sahut Suci tidak mengerti.
"Iya, kalian pasti sudah sangat dekat sekarang…."
"Ya, kami dekat sebagai atasan dan bawahan saja, Liv…," sahut Suci apa adanya.
"Jangan bohong, aku tahu kamu dan tuan Rey pasti ada hubungan yang lebih dari sekedar itu," goda Olivia.
"Terserah kamu saja mau berpikir apa!"
Dua wanita muda itu sedang duduk menikmati makan siang bersama di kantin perusahaan. Sudah berbeda ruangan tidak menjadikan hubungan Suci dan Olivia merenggang.
Mereka sekarang lebih banyak menghabiskan waktu berbicara satu sama lain tentang banyak hal. Disaat sedang senggang seperti ini.
"Apa selama ini bos kita selalu memperlakukanmu dengan baik Suci?" tanya Olivia lagi masih penasaran.
"Su
"Jadilah milikku seutuhnya Suci…." bisik Rey di telinga istrinya.Dalam cumbuan panas mereka, Rey membawa Suci hanyut dalam sapuan bibir basah pria itu.Suci tahu ini sudah salah, Rey bisa saja hanya mempermainkannya. Pria itu pasti punya banyak wanita dalam hidupnya, dia tidak mau jatuh begitu saja di pelukan atasannya.Apalagi melihat perangai Rey yang selama ini selalu membentaknya, Suci jadi curiga kalau Rey hanya ingin coba-coba saja dengannya."Aku mencintaimu…," bisik Rey lagi di sela-sela ciumannya.Seakan tersadar dengan perkataan pria berambut putih itu yang begitu tiba-tiba, Suci mendorong Rey dengan kuat hingga dia mundur ke belakang."A-apa maksud ucapanmu, Pak?" tanya Suci terbata.Rey tertunduk, bingung harus bagaimana lagi. Semakin lama dia tidak bisa menyembunyikan perasaan di hatinya untuk Suci.
"Brengsek!" Rey menendang kuat kaum hitam yang tengah berada di atas tubuh istrinya dengan marah."Bawa Suci pergi dari sini Michael!" teriak Rey pada asistennya.Pria itu dengan sigap membawa Suci keluar dari ruangan atasannya dalam keadaan pingsan tidak sadarkan diri.Rey dengan cepat kembali ke kantornya saat mendengar panggilan Suci. Pria itu bisa merasakan apa yang sedang mate-nya rasakan di saat dia tengah terancam melalui suaranya."Berani sekali kau datang kesini dan mengganggu ketenanganku?!" marah Rey dengan manik mata memerah dan wajah yang bergaris hitam mirip tato."Kau harus membayar apa yang sudah kau lakukan pada istriku!" Rey maju menyerang kaum hitam itu lebih dulu.Keduanya terlibat baku hantam sambil melayang di udara. Bunyi dentuman keras terdengar memenuhi ruang kerja Rey dengan pecahan kaca dimana-mana.Rey tahu kal
"Bagaimana persiapan kita Michael?""Semua sudah siap, Pak. Peresmiannya tinggal menunggu kehadiran Bapak dan Tuan Heinze di sana."Rey mengangguk duduk di kursi belakang dengan hati yang tidak sabar, sebentar lagi dan dia bisa menyelesaikan semua rencana yang sudah mereka susun dengan matang selama ini.Rey yakin kemenangan akan bisa mereka raih, dan kaum hitam akan kehilangan salah satu pemimpin terkuat mereka."Pak Rey, ini masih ada dokumen yang belum Bapak tanda tangani…." Suci menyela pembicaraan atasannya dan menyodorkan dua buah map ke tangan Rey."Kita ada di mobil dan kamu masih saja bekerja?" sahut Rey mengambil pena dari saku jasnya."Iya, Pak. Aku tidak mau pekerjaanku menumpuk saat kita kembali nanti."Rey tersenyum senang dalam hati, istrinya memang sangat cekatan dalam bekerja. Dia tidak mau membuang-buang wak
"Dimana pria tua itu Michael?""Dia ada di hotel ini Tuan. Menurut orang kita, dia sedang menunggu kesempatan untuk membawa Nona Suci pergi dari sini."Rey mengangguk sambil mengusap dagu runcingnya. "Apa dia membawa kaumnya yang lain?""Setahuku dia selalu punya bantuan dadakan jika sedang bepergian jauh dari kerajaannya seperti kejadian di kantor tempo hari. Kita harus selalu bersiap dengan segala kemungkinan yang ada Tuan."Pria berambut putih itu terdiam dengan sejuta rencana di otaknya. Rey harus memastikan hari ini berjalan dengan baik, dan dia bisa berhasil menghabisi salah satu pemimpin kaum hitam tersebut.Rey akan menyerang pemimpin itu bersama dengan Olympus ayahnya. Mereka tinggal menunggu tengah malam untuk melancarkan aksi bersama ini."Apa Suci baik-baik saja?" tanya Rey lagi dengan wajah yang berubah sendu.
Hampir lima menit menghabisi kaum hitam yang ada dengan mudah, Olympus mengajak anaknya keluar dari sana."Ayo, kita harus ke kamarmu sekarang Rey. Dia pasti akan pergi menemui Suci."Rey bersama Olympus melayang secepat mungkin menuju presidential suite di mana Suci masih tertidur sampai saat ini.Mereka tiba dan mendapati Michael tengah menghadapi kaum hitam bersama Klan mereka yang juga berjaga di sana. Pintu kamar Suci berada pun sudah terbuka, Rey bergegas masuk dan melihat Tuan Heinze sedang berdiri di atas tubuh wanitanya.Pria tua itu tampaknya sedang menghisap aura positif dari tubuh Suci untuk menambah kekuatannya menghadapi Rey dan Olympus.Tuan Heinze tidak menyangka kalau ayah dan anak itu akan secepat ini datang ke kamar Suci di saat dia bahkan belum berhasil menyentuh wanita itu."Brengsek!" Rey berlari dengan marah, menerjang Tuan Heinze
Suci membuka perlahan kedua matanya dengan rasa sakit hampir di sekujur tubuhnya. Dia bahkan tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya, dengan luka perih di leher. Apa yang terjadi? Kenapa badanku sangat sakit?Sekilas ingatan Suci tentang kejadian mengerikan yang menimpanya kemarin terlintas di pikirannya. Bulu kuduk Suci meremang, dengan rasa takut luar biasa dihati."So-sosok itu? Apa itu benar?""Dia memang benar Suci…." Rey datang, mendekati wanitanya di atas ranjang."Pa-pak Rey?" sahut Suci lemah."Maaf membuatmu terluka lagi Suci."Wanita berambut panjang itu mengernyit. "Apa maksudmu, Pak?"Rey meletakkan tangan ke dahi Suci, membuka pikiran istrinya yang selama ini dia tutup, untuk memberikan sugesti kalau apa yang mereka alami dan lewati bukanlah sebuah mimpi.Manik mata coklat tua
"Jangan lukai dirimu lagi Suci. Kamu tahu kalau aku tidak mengizinkanmu terluka sedikitpun. Tunggu disini, aku akan mengambilkan obat untukmu."Suci menatap atasan sekaligus suaminya berjalan ke arah lemari di dekat mereka. Pria itu membungkus jari telunjuknya persis seperti yang pernah dia lakukan tempo hari di kantor."Jadi ini memang bukan mimpi?" tanyanya lagi masih belum percaya."Iya Suci, ini bukan mimpi. Kamu adalah ratu di kastilku dan juga ratu di Klan kami.""Tapi ... bagaimana mungkin? Kalian hanya cerita tidak masuk akal yang sengaja dibuat orang jaman dulu untuk menakut-nakuti anak-anak, bukan? Lalu kenapa kalian bisa benar ada?""Kami memang ada sejak dulu, kami hidup dan membaur dengan kaum kalian manusia. Selama berabad-abad kami bersembunyi tanpa diketahui keberadaannya. Kamu adalah manusia pertama yang tahu keberadaan kami." 
"Kamu yakin ingin mengantarkan aku pulang Rey?" tanya Suci saat keduanya tengah menikmati makan siang bersama di kastil Raja Vampire itu."Kenapa memangnya?""Aku ... aku tidak mau mommy menanyakan hal yang tidak-tidak lagi padaku seperti tempo hari."Rey mengernyit. "Memangnya apa yang mommy tanyakan?""Mommy?""Iya, mommy. Dia juga akan menjadi ibuku, bukan?"Suci tersipu mendengar ucapan pria itu, bahkan Rey saja sudah memanggil ibunya dengan sebutan tersebut sebelum mereka bertemu, pikirnya."Iya, kamu memang benar."Rey tersenyum, mengusap sudut bibirnya dengan serbet. "Katakan apa yang mommy tanyakan waktu lalu padamu.""Dia hanya menanyakan kalau aku sudah punya pacar atau belum Rey," sahut Suci malu-malu."Lalu … apa yang kamu jawab?" tan