Home / Rumah Tangga / Jerat Dendam CEO Kejam / Bab 3. Takdir Istri Teraniaya

Share

Bab 3. Takdir Istri Teraniaya

Author: Mbak Ai
last update Last Updated: 2024-08-05 15:40:00

“Kalau Noah memang ingin mempermainkanku, maka aku tak boleh terlihat lemah. Akan kutunjukkan kalau aku bukan perempuan yang mudah disakiti.”

Tangisan semalam seolah menjadi pertanda tangisan terakhirnya.

Ia sudah banyak menangis… menangis karena ayahnya, keluarganya, sekarang suaminya. Ia tak mau menghabiskan sisa hidupnya dengan menangis… tidak akan.

Setelah mandi dan menyiapkan diri sebaik mungkin, Ivy mendengar pintu kamarnya diketuk. Ia segera membukanya dan mendapati Noah yang sudah rapi dengan kemeja biru muda.

“Selamat pagi,” sapa Ivy dengan seramah mungkin.

Meski tenggorokannya terasa tercekat karena kepedihan dan kemarahan semalam, ia berusaha mengendalikan diri dengan sebaik mungkin.

Noah sendiri hanya membalas dengan dengusan kasar, terlihat tak suka dengan basa-basi Ivy.

“Dia… sudah pergi?” Mata Ivy menatap pintu di belakang Noah yang sudah tertutup rapat. Dalam diam, ia menanti kemunculan perempuan berambut pirang yang semalam datang secara tiba-tiba.

“Siapa?” Satu alis Noah terangkat.

“Perempuan yang—”

“Oh.” Noah mengangguk. “Dia sudah pergi semalam setelah aku puas bermain dengannya.” Kemudian, pria itu masuk ke dalam kamarnya dan tak lupa menutup pintu.

Ivy terdiam. Noah tetap terlihat tenang, seakan-akan kalimat yang baru saja ia ucap tak menusuk jantung Ivy dengan kejamnya.

Perempuan itu hanya termenung selama beberapa saat dengan mata kosongnya, hingga Noah berjalan mendekat padanya. “Apa yang kau lakukan? Jangan berdiri diam saja seperti orang bodoh. Kita harus segera keluar dari sini dan berjalan beriringan agar tetap terlihat mesra di depan orang lain.”

Kedua tangan Ivy mengepal menahan amarah, tapi ia tetap berusaha menjaga ketenangannya. “Kupikir kau berhutang penjelasan padaku,” ucapnya.

Noah mengangkat sebelah alisnya, lalu menunjukkan senyuman miring.

Senyuman yang sama seperti semalam saat ia mengusirnya dari kamar demi bersama pelacur itu.

Noah tersenyum lebar. Sesungguhnya, Ivy cukup takut dengan senyuman itu. Ditambah tatapan Noah yang setajam pedang. Ia tak pernah melihat mata itu sebelumnya.

Mata Noah benar-benar dipenuhi dendam padanya.

“Kurasa aku tak perlu menjelaskan apa pun padamu. Aku bebas memperlakukanmu semauku,” jawab Noah.

“Tapi….”

Ivy menggigit bibir bawahnya karena merasa terpojokkan. Padahal, ia hanya minta kejelasan tentang maksud dendam Noah, tapi tatapan Noah telah membungkamnya.

“Kenapa kau berani membalas tatapanku? Kau seharusnya tidak menatapku seperti itu. Kau sendiri yang memohon padaku untuk menikahimu. Kau juga mengatakan akan melakukan apa pun untukku. Apa kau lupa?”

Noah berjalan maju hingga Ivy mundur secara spontan. Namun, tangan pria itu sudah lebih dulu mencengkram dagunya.

“Ingat. Kau sendiri yang menjerumuskan diri ke dalam pernikahan ini. Kau tak akan mengalami hal ini jika saja aku tetap menikah dengan adikmu.”

Apa yang dikatakan Noah membuat Ivy bersyukur. Setidaknya, dengan menggantikan posisi Clara di pernikahan ini, ia telah menyelamatkan sang adik.

“Jika kau tetap menikah dengan Clara, apa kau tetap akan berlaku buruk seperti ini?” Ivy bertanya untuk memastikan.

“Tentu saja.”

Mata Ivy semakin memerah, tetapi sekuat tenaga ia tahan untuk tidak menangis di hadapan Noah. “Kenapa?”

Noah tak menjawab pertanyaannya. Dia malah tertawa dengan amat keras sampai-sampai Ivy ingin menyumpal kedua telinganya.

Suara tawa itu terdengar bengis. Mengingatkannya pada ayahnya yang suka tertawa saat menyiksanya.

“Bagaimana… kalau aku menjawab karena aku suka? Ayahmu adalah manusia menjijikkan, jadi aku ingin membalas dengan menyiksa putrinya. Dan kurasa itu keputusan yang hebat karena aku… sangat suka saat menyiksamu.”

Tawa Noah masih tak berhenti, apalagi saat Ivy sudah kehilangan rasa tenangnya. Ivy tak bisa mengontrol tubuhnya yang tersentak dan sedikit bergetar.

Melihat Noah yang seperti ini, seketika ia melihat kemiripan antara suaminya dengan sang ayah.

Dan itu bukanlah hal baik.

“Apa kau seorang psikopat? Bagaimana bisa kau bersikap jahat hanya karena suka?” Ivy bertanya dengan deru napas yang mulai memburu.

Semuanya terasa janggal. Noah Horison terkenal sebagai lelaki yang tak memiliki celah buruk sama sekali. Data-datanya sangat bersih. Ivy sudah mengecek informasi tentang Noah berkali-kali dan tak ada catatan kriminal sedikit pun.

“Argh!” Ivy merintih saat Noah semakin menekan rahangnya hingga tubuhnya ikut terdorong menabrak pintu.

“Dengar, aku sama sekali tak perlu menjelaskan apa pun padamu. Yang terpenting, kau sekarang istriku dan berada di bawah kuasaku. Jangan berani untuk melawan atau kau akan merasakan akibatnya.”

Tenaga Noah sangat besar hingga membuat rongga mulutnya mulai berdenyut nyeri.

Sebagai orang yang terbiasa mendapatkan kekerasan, menurut adalah langkah terbaik agar ia cepat terbebas dari penderitaan.

“Jawab aku! Apa kau ini memang bisu?!” Noah berteriak lebih keras.

Ivy terpaksa mengangguk dengan cepat. “Ya, aku mengerti.”

“Bagus.” Noah akhirnya melepas cengkramannya dan kembali menatap Ivy dengan tak mengurangi ketegasannya sedikit pun. “Sekarang kau harus bersiap sebelum kita meninggalkan hotel. Dan ingatlah untuk terus tersenyum seolah-olah kau perempuan paling beruntung di dunia ini karena menikah denganku.”

“Ya.”

Setelah menghabiskan waktu selama satu jam penuh untuk mempersiapkan diri dan berdandan sebaik mungkin, Noah dan Ivy keluar dari hotel dengan terus bergandengan tangan.

Sepanjang perjalanan di lorong hotel dan lobi, tangan mereka sama sekali tak terlepas. Noah juga memulai percakapan basa-basi dengan Ivy saat ia menyadari ada beberapa paparazi yang mengikuti.

“Jangan lupa untuk terus tersenyum bahagia,” bisik Noah dengan sedekat mungkin hingga mereka terlihat sangat intim.

“Aku sudah tersenyum sejak tadi. Malah sepertinya kau yang terlihat tegang dan kurang alami untuk tersenyum padaku,” balas Ivy dengan tersenyum sinis.

Noah cukup terkejut dengan senyuman yang terulas selama beberapa detik itu. Meski kini Ivy kembali menunjukkan senyuman yang sangat manis hingga menenggelamkan matanya.

“Kau… pintar berakting ternyata.” Noah meremas pinggang Ivy.

Sejujurnya, sentuhan itu membuat Ivy menegang, tetapi ia tetap berwajah santai seolah-olah apa yang dilakukan Noah tak memengaruhinya sama sekali.

“Aku anggap itu pujian.”

Selama berjalan di sisi Noah, Ivy sadar kalau lelaki itu sedang menyesuaikan diri dengannya. Kakinya yang cacat memang membuat langkahnya lebih pelan saat berjalan hingga Noah pun ikut memelankan pacu kecepatan jalannya.

Sesaat, tentu saja ada perasaan haru yang menyergap. Namun, Ivy buru-buru menyangkal, sebab tahu jika kebaikan Noah hanyalah sebuah kepura-puraan.

Saat masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan. Ivy terkejut bukan main saat melihat seseorang yang sudah duduk di sebelah sopir.

“Bukannya dia yang—” Ivy tak bisa melanjutkan ucapannya saat perempuan itu hanya menyengir padanya.

“Ya, dia perempuan yang semalam. Namanya, Bella dan dia akan ikut bulan madu bersama kita.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 153. Putusan Terakhir

    Sudah satu minggu berlalu sejak siaran langsung yang dilakukan Ivy menggambarkan seluruh negeri. Sampai saat ini, banyak orang yang ikut mengawal kasusnya, bahkan ada beberapa pihak yang ikut angkat suara mengenai kelicikan dan kejahatan Evan.Akan tetapi, Ivy masih gundah karena tidak ada tanda-tanda kemunculan Evan. Ia tak tahu sembunyi dimana ayahnya sampai tak ada orang yang berhasil menemukannya.“Ivy! Ivy!” Ivy yang baru melamun di taman belakang, terkejut saat mendengar teriakan Noah. Ketika ia menoleh, Noah menatapnya dengan mata penuh keharuan.“Ada apa?” tanya Ivy.“Evan sudah ditemukan di bandara. Dia akan melakukan perjalanan ke Amerika. Beruntung pihak bandara sudah mengetahui wajah Evan yang tersebar luas dan segera melaporkan ke pihak berwajib,” jelas Ezra dengan helaan napas lega. Mendengar hal itu, Ivy tak kuasa untuk menangis bahagia. Perasaan gundah yang semula memenuhi dirinya telah sirna seutuhnya.“Kita berhasil, Ivy! Kita berhasil menangkapnya!” seru Noah deng

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 152. Suara Penjahat Yang Tulus

    Clara mengerti dengan suasana tegang yang tiba-tiba memenuhi ruangan. Ia pun paham dengan tatapan tajam dari Noah dan Ezra yang belum percaya kepadanya, meskipun ia sudah sepenuhnya bertaubat.Ia sudah melakukan banyak kejahatan dan menghancurkan hidup Ivy, jadi ia paham dengan perasaan Noah dan Ezra. Oleh karena itu, ia tak tersinggung meski ditatap dengan tajam.“Clara….” Ivy menoleh ke arah Clara dengan mata merahnya.Clara ingin memeluk Ivy, tetapi ia tak bisa melakukannya karena kedua tangannya sudah diborgol. Maka, ia hanya memberikan seulas senyuman dan kembali fokus menatap kamera.“Mungkin kalian terkejut melihat borgol di tangan saya, jadi saya ingin mengungkap kalau saya memang akan ditangkap karena saya terlibat dalam penculikan kakak saya,” tukas Clara.Noah dan Ezra baru bisa bernapas lega setelah mendengar ucapan Clara. Kini, mereka bisa mempercayai Clara sepenuhnya karena perempuan itu benar-benar terlihat tulus dengan mengungkap kejahatannya sendiri.“Kalian mungkin t

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 151. Berita Menggemparkan

    Ivy duduk dengan tegak. Di depan wajahnya sudah terdapat kamera yang menyalah merah, sedangkan di belakang kamera terdapat Noah, Ezra, Bibi Puja, dan Clara.Mereka sudah memutuskan untuk melakukan siaran langsung di kediaman Ezra karena Ezra memiliki banyak alat perlengkapan di bidang teknologi. Tanpa waktu panjang, Ezra dan Ivy mencoba menyusun semuanya sampai siap diluncurkan.“Aku benar-benar takjub melihat kalian,” komentar Noah saat Ivy dan Ezra sibuk menyiapkan senjata.“Sekarang kau sadar kalau sudah menikah dengan perempuan hebat?” tanya Ezra.“Aku memang sudah sadar dari dulu karena buktinya hanya Ivy yang bisa menaklukkan hatiku,” jawab Noah.Ivy hanya tersenyum saat mendengar ucapan penuh rayuan dari Noah. Setidaknya hal itu mampu untuk menenangkan dirinya yang sedang dilanda kegugupan.“Kau siap, Ivy?” tanya Ezra.Ivy mengangguk. “Ya. Mulailah.”Sebelum Ezra menekan tombol merah di komputer yang nantinya akan meretas semua media di indonesia, tangannya sudah berkeringat di

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 150. Kekuatan Bersama

    Ivy menunggu kedatangan Ezra dengan gugup. Meskipun Clara dan Noah terus menanyakan perihal maksudnya, ia tetap tak bisa menjawab.“Tunggu Ezra datang,” balasnya secara berulang kali ketika Clara bertanya ada apa.Ezra juga memegang peran penting dalam rencananya. Ia dan Ezra harus bekerja sama agar semuanya rencana berjalan dengan baik.Setelah menunggu selama hampir tiga puluh menit, akhirnya Ezra datang bersama Bibi Puja. Mereka berdua masuk ke ruangan Clara dengan raut panik. “Bibi Puja?” tanya Clara.Bibi Puja yang sudah panik semakin gelagapan karena melihat Clara. Ia bahkan langsung bersembunyi di belakang tubuh Ezra karena takut berhadapan dengan Clara.“Jadi kau tiba-tiba hilang ternyata ikut dengan mereka?” tanya Clara, lagi.“Ya. Bibi Puja yang membantu Noah dan Ezra,” sahut Ivy.Bibi Puja masih berdiri di belakang Ezra dengan gemetar. Ia takut Clara akan memarahinya ataupun memukulnya. Akan tetapi, Clara tak bereaksi apa-apa selain mengangguk.“Oh.”Melihat reaksi Clara y

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 149. Langkah Besar

    “Keadaanmu sudah sangat membaik. Kau minum obat secara teratur, melakukan terapi dan konsultasi rutin, juga mengerjakan semua tugas yang saya berikan.”Dokter Serlyn tersenyum manis saat mengungkap kemajuan keadaan Ivy. Akan tetapi, ia tahu kalau Ivy sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Meskipun ia melihat senyum Ivy sekarang, gurat wajahnya yang kaku tak bisa mengelabui matanya. “Jadi, apa ada yang mengganggumu lagi akhir-akhir ini?” tanyanya kemudian. Ivy mengangguk kaku, tetapi mulutnya tak kunjung bersuara hingga Dokter Serlyn mengulangi pertanyaannya.“Apa yang mengganggumu, Ivy? Kau bisa mengatakannya kepadaku,” ujarnya. Ivy memainkan jari-jemarinya ketika otaknya berusaha menyusun kalimat yang pas. Dokter Serlyn dengan sabar menanti sampai Ivy bersuara. “Dokter….” Ivy memanggil Dokter Serlyn dengan gugup.Dokter Serlyn mengangguk. “Ya?”“Menurut Dokter apa saya boleh balas dendam?” tanya Ivy dengan sangat lirih. “Kau ingin balas dendam?” tanya sang dokter, cukup terkejut

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 148. Bunga Liar dan Sekuntum Mawar

    Clara sudah dirawat selama satu minggu lebih dan selama itu pula Ivy tak kunjung mendatanginya. Ia sempat terenyuh saat mendengar ucapan Ezra beberapa waktu yang lalu, tetapi semua itu sirna karena Ivy tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.“Ezra pasti hanya bermulut besar. Aku yakin Ivy senang melihatku tak berdaya seperti ini,” gumam Clara sambil menatap langit-langit rumah sakit. Ketika Clara hanyut dalam lamunannya, sayup-sayup ia mendengar suara Ivy. Ia melirik pintu ruang kamarnya dan yakin kalau Ivy yang baru saja berteriak di depan kamarnya. Ivy seperti sedang marah kepada Noah karena ia baru mengetahui keadaannya. Mereka terus berdebat alot sampai akhirnya masuk ke dalam ruangannya. Ia pun langsung menutup matanya dan berpura-pura tidur. Clara tak tahu kenapa ia harus berpura-pura di depan Ivy. Harusnya ia langsung berteriak marah kepadanya seperti biasa. Akan tetapi, ia lebih memilih diam dan terus berakting tak sadarkan diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status