Share

Bab 5. Pria Nekat

Author: Mbak Ai
last update Huling Na-update: 2024-08-05 15:41:03

Ivy berusaha menjaga jarak dari Samuel. Kejadian di bandara cukup membuatnya trauma hingga lebih baik ia di dekat Noah, meski sering mendapat lirikan tajam daripada disentuh oleh Samuel.

“Kenapa pegang tangan terus?” protes Noah sambil berusaha melepaskan genggaman Ivy.

“Kita masih di tempat umum. Siapa tahu ada orang Indonesia di sini dan mengenalmu,” balas Ivy.

Setelah meletakkan barang-barang di hotel, mereka memang segera menuju restoran milik keluarga Samuel. Kata Noah, Samuel sedang liburan seminggu sekaligus menengok bisnis keluarganya.

“Tapi kita mau makan. Aku tidak bisa makan kalau kau terus menggenggamnya.”

“Saling menyuapi saja.”

Ivy segera mengambil potongan tteokbokki dan menjulurkan ke mulut Noah. Jelas Noah ingin mengelak, tapi melihat ramainya tempat makan ini membuatnya tetap menerima.

Samuel kembali ke meja dengan membawa sepiring gimbap yang dia buat secara spesial.

“Wah. Ternyata kalian romantis juga,” godanya.

Ivy membalas dengan buangan muka dan semakin mendekatkan dirinya pada Noah. Ia merasa kalau disiksa Noah lebih baik daripada dilecehkan oleh Samuel.

“Aku mau ke kamar mandi dulu.”

Noah beranjak dari duduknya, tapi Ivy tak kunjung melepaskan tangannya hingga membuat Noah terheran-heran.

“Aku mau ke kamar mandi,” ulangnya dengan lebih tegas.

Ivy ingin sekali menjawab ikut, tetapi itu terlalu konyol. Hingga yang bisa ia lakukan hanya duduk sejauh mungkin dari Samuel.

“Kau takut, ya?” Samuel diam-diam menahan senyuman liciknya.

Samuel menyanggah kepalanya dengan tangan di atas meja. Ivy tak menjawab. Ia memilih meraih minumannya karena suasana terasa lebih panas daripada sebelumnya. Namun, minuman itu tumpah karena ketakutannya yang melonjak.

“Wow! Kau tak perlu sepanik itu,” ucap Samuel dengan mendekat untuk mengambil alih gelas yang sisa setengah di tangan Ivy.

Samuel ingin mengelap paha Ivy yang basah, tapi Ivy buru-buru menepisnya.

“Tenang. Aku tak akan melakukan apa pun di sini. Mungkin kau tak tahu, tapi aku juga cukup terkenal seperti Noah. Jadi, aku tak akan bertindak sembarangan di tempat umum, apalagi restoranku sendiri.”

Samuel menjelaskan dengan cukup panjang, tapi Ivy tetap menolak sapu tangan Samuel. Ia lebih memilih beranjak dan lari ke kamar mandi untuk membersihkan bekas minuman di pakaiannya.

“Kau—apa yang terjadi?”

Ivy bertemu Noah yang baru keluar dari kamar mandi. Matanya terbelalak melihat pakaian Ivy yang basah.

“Aku tak sengaja menumpahkan minumanku….”

Noah menggeleng tak percaya. “Kita kembali ke hotel saja.”

“Oke. Aku akan mengantar kalian.”

Ivy tersentak saat mendengar suara Samuel. Ia tak tahu sejak kapan lelaki itu sudah berdiri di belakangnya.

“Kenapa dia di sini? Apa dia diam-diam mengikutiku ke kamar mandi?”

Semua pergerakan Samuel terasa janggal dan membuat Ivy tak nyaman. Saat di mobil, Ivy berbisik pada Noah.

“Kenapa dia ikut?”

“Pak Rudy masih istirahat.”

“Lalu, di mana Bella?”

“Tentu saja dia jalan-jalan.”

Lagi-lagi Samuel menyahuti percakapannya dengan Noah. Ivy yakin kalau suaranya sudah cukup kecil, tapi Samuel masih bisa menangkapnya dengan mudah meski sedang fokus pada kemudi.

“Tugas Bella hanya memuaskan suamimu nanti malam.”

Ivy sepenuhnya diam saat Samuel melanjutkan ucapannya. Noah yang duduk di sampingnya juga tak berkomentar banyak. Dia hanya fokus pada ponselnya seakan-akan Ivy tak ada di sisinya.

Sesampainya di hotel, Noah langsung masuk ke ruang kamarnya. Ivy menyusul dengan masuk ke kamar hotel yang berada tepat di depan ruangan Noah. Mereka memang berpisah ranjang.

“Bulan madu tapi tak sekamar. Sangat lucu. Kalau orang-orang tahu, pasti akan jadi berita besar,” pikir Ivy.

Ivy segera membuka laptopnya. Ad hal yang ingin ia pastikan tentang siapa Samuel. Dalam sekali pencarian, seluruh akun media sosial Samuel muncul. Samuel rupanya seorang model dan selebgram yang sedang naik daun. Bahkan ada rumor kalau dia juga mulai bermain akting di film pertamanya.

“Orang kurang ajar,” desis Ivy.

Kedua tangan Ivy mengepal. Ia sudah sering melihat kalau orang-orang terkenal itu banyak yang berhati iblis.

Ketika Ivy sedang menahan emosinya, pintu ruang kamarnya diketuk. Tanpa pikir panjang, Ivy langsung membukanya karena mengira itu Noah.

“Kau—”

Ivy ingin berteriak, tapi tangan kekar Samuel sudah lebih dulu membekap mulutnya. Tubuhnya bahkan terdorong ke belakang hingga hampir jatuh saat Samuel memaksa masuk dan mengunci kembali kamarnya.

“Apa yang kau lakukan?!” pekik Ivy sambil berusaha lepas dari cengkraman Samuel.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 153. Putusan Terakhir

    Sudah satu minggu berlalu sejak siaran langsung yang dilakukan Ivy menggambarkan seluruh negeri. Sampai saat ini, banyak orang yang ikut mengawal kasusnya, bahkan ada beberapa pihak yang ikut angkat suara mengenai kelicikan dan kejahatan Evan.Akan tetapi, Ivy masih gundah karena tidak ada tanda-tanda kemunculan Evan. Ia tak tahu sembunyi dimana ayahnya sampai tak ada orang yang berhasil menemukannya.“Ivy! Ivy!” Ivy yang baru melamun di taman belakang, terkejut saat mendengar teriakan Noah. Ketika ia menoleh, Noah menatapnya dengan mata penuh keharuan.“Ada apa?” tanya Ivy.“Evan sudah ditemukan di bandara. Dia akan melakukan perjalanan ke Amerika. Beruntung pihak bandara sudah mengetahui wajah Evan yang tersebar luas dan segera melaporkan ke pihak berwajib,” jelas Ezra dengan helaan napas lega. Mendengar hal itu, Ivy tak kuasa untuk menangis bahagia. Perasaan gundah yang semula memenuhi dirinya telah sirna seutuhnya.“Kita berhasil, Ivy! Kita berhasil menangkapnya!” seru Noah deng

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 152. Suara Penjahat Yang Tulus

    Clara mengerti dengan suasana tegang yang tiba-tiba memenuhi ruangan. Ia pun paham dengan tatapan tajam dari Noah dan Ezra yang belum percaya kepadanya, meskipun ia sudah sepenuhnya bertaubat.Ia sudah melakukan banyak kejahatan dan menghancurkan hidup Ivy, jadi ia paham dengan perasaan Noah dan Ezra. Oleh karena itu, ia tak tersinggung meski ditatap dengan tajam.“Clara….” Ivy menoleh ke arah Clara dengan mata merahnya.Clara ingin memeluk Ivy, tetapi ia tak bisa melakukannya karena kedua tangannya sudah diborgol. Maka, ia hanya memberikan seulas senyuman dan kembali fokus menatap kamera.“Mungkin kalian terkejut melihat borgol di tangan saya, jadi saya ingin mengungkap kalau saya memang akan ditangkap karena saya terlibat dalam penculikan kakak saya,” tukas Clara.Noah dan Ezra baru bisa bernapas lega setelah mendengar ucapan Clara. Kini, mereka bisa mempercayai Clara sepenuhnya karena perempuan itu benar-benar terlihat tulus dengan mengungkap kejahatannya sendiri.“Kalian mungkin t

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 151. Berita Menggemparkan

    Ivy duduk dengan tegak. Di depan wajahnya sudah terdapat kamera yang menyalah merah, sedangkan di belakang kamera terdapat Noah, Ezra, Bibi Puja, dan Clara.Mereka sudah memutuskan untuk melakukan siaran langsung di kediaman Ezra karena Ezra memiliki banyak alat perlengkapan di bidang teknologi. Tanpa waktu panjang, Ezra dan Ivy mencoba menyusun semuanya sampai siap diluncurkan.“Aku benar-benar takjub melihat kalian,” komentar Noah saat Ivy dan Ezra sibuk menyiapkan senjata.“Sekarang kau sadar kalau sudah menikah dengan perempuan hebat?” tanya Ezra.“Aku memang sudah sadar dari dulu karena buktinya hanya Ivy yang bisa menaklukkan hatiku,” jawab Noah.Ivy hanya tersenyum saat mendengar ucapan penuh rayuan dari Noah. Setidaknya hal itu mampu untuk menenangkan dirinya yang sedang dilanda kegugupan.“Kau siap, Ivy?” tanya Ezra.Ivy mengangguk. “Ya. Mulailah.”Sebelum Ezra menekan tombol merah di komputer yang nantinya akan meretas semua media di indonesia, tangannya sudah berkeringat di

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 150. Kekuatan Bersama

    Ivy menunggu kedatangan Ezra dengan gugup. Meskipun Clara dan Noah terus menanyakan perihal maksudnya, ia tetap tak bisa menjawab.“Tunggu Ezra datang,” balasnya secara berulang kali ketika Clara bertanya ada apa.Ezra juga memegang peran penting dalam rencananya. Ia dan Ezra harus bekerja sama agar semuanya rencana berjalan dengan baik.Setelah menunggu selama hampir tiga puluh menit, akhirnya Ezra datang bersama Bibi Puja. Mereka berdua masuk ke ruangan Clara dengan raut panik. “Bibi Puja?” tanya Clara.Bibi Puja yang sudah panik semakin gelagapan karena melihat Clara. Ia bahkan langsung bersembunyi di belakang tubuh Ezra karena takut berhadapan dengan Clara.“Jadi kau tiba-tiba hilang ternyata ikut dengan mereka?” tanya Clara, lagi.“Ya. Bibi Puja yang membantu Noah dan Ezra,” sahut Ivy.Bibi Puja masih berdiri di belakang Ezra dengan gemetar. Ia takut Clara akan memarahinya ataupun memukulnya. Akan tetapi, Clara tak bereaksi apa-apa selain mengangguk.“Oh.”Melihat reaksi Clara y

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 149. Langkah Besar

    “Keadaanmu sudah sangat membaik. Kau minum obat secara teratur, melakukan terapi dan konsultasi rutin, juga mengerjakan semua tugas yang saya berikan.”Dokter Serlyn tersenyum manis saat mengungkap kemajuan keadaan Ivy. Akan tetapi, ia tahu kalau Ivy sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Meskipun ia melihat senyum Ivy sekarang, gurat wajahnya yang kaku tak bisa mengelabui matanya. “Jadi, apa ada yang mengganggumu lagi akhir-akhir ini?” tanyanya kemudian. Ivy mengangguk kaku, tetapi mulutnya tak kunjung bersuara hingga Dokter Serlyn mengulangi pertanyaannya.“Apa yang mengganggumu, Ivy? Kau bisa mengatakannya kepadaku,” ujarnya. Ivy memainkan jari-jemarinya ketika otaknya berusaha menyusun kalimat yang pas. Dokter Serlyn dengan sabar menanti sampai Ivy bersuara. “Dokter….” Ivy memanggil Dokter Serlyn dengan gugup.Dokter Serlyn mengangguk. “Ya?”“Menurut Dokter apa saya boleh balas dendam?” tanya Ivy dengan sangat lirih. “Kau ingin balas dendam?” tanya sang dokter, cukup terkejut

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 148. Bunga Liar dan Sekuntum Mawar

    Clara sudah dirawat selama satu minggu lebih dan selama itu pula Ivy tak kunjung mendatanginya. Ia sempat terenyuh saat mendengar ucapan Ezra beberapa waktu yang lalu, tetapi semua itu sirna karena Ivy tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.“Ezra pasti hanya bermulut besar. Aku yakin Ivy senang melihatku tak berdaya seperti ini,” gumam Clara sambil menatap langit-langit rumah sakit. Ketika Clara hanyut dalam lamunannya, sayup-sayup ia mendengar suara Ivy. Ia melirik pintu ruang kamarnya dan yakin kalau Ivy yang baru saja berteriak di depan kamarnya. Ivy seperti sedang marah kepada Noah karena ia baru mengetahui keadaannya. Mereka terus berdebat alot sampai akhirnya masuk ke dalam ruangannya. Ia pun langsung menutup matanya dan berpura-pura tidur. Clara tak tahu kenapa ia harus berpura-pura di depan Ivy. Harusnya ia langsung berteriak marah kepadanya seperti biasa. Akan tetapi, ia lebih memilih diam dan terus berakting tak sadarkan diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status