Share

Solusi dari mami~

Author: Na_Vya
last update Last Updated: 2025-07-18 15:58:12

Sudah tiga hari sejak Misya menerjma kesepakatan dari ayahnya. Itu artinya, sudah berkurang pula batas waktu yang dia miliki untuk mencari seorang laki-laki yang bisa dijadikan suami. Misya hampir gila memikirkan cara agar dia bisa segera mendapatkan calon suami.

Namun, bagaimana caranya?

Misya yang jarang sekali berinteraksi dengan laki-laki asing merasa pusing sendiri. Dia kurang pandai menilai seseorang. Terbukti, dia kena tipu si Erik yang mata duitan.

Kini, Misya tak ingin lagi kena tipu. Maka dia harus lebih berhati-hati lagi dalam mencari calon suami.

Malam ini untuk kedua kalinya dia mendatangi sebuah kelab malam. Sekali-kali Misya ingin melepas penat yang menyiksa diri beberapa hari ini. Kendati dia tidak memiliki pengalaman soal dunia malam, Misya tetap menikmati hiburan di tempat yang lumayan berisik ini.

Musik yang mengalun kencang, lampu kelap-kelip warna warni, bau minuman bercampur bau rokok, pemandangan orang-orang yang tengah asyik berjoget. Semua ini masih sangat asing bagi perempuan dua puluh delapan tahun itu.

Beruntung, Misya memilih tempat yang jauh dari jangkauan pengunjung kelab malam itu. Cukup ditemani segelas cocktail dan camilan, Misya duduk dengan tenang sambil menikmati gemerlap dunia malam.

"Kalo sampe papi tau aku ada di sini, bisa-bisa aku digundul." Misya menyesap gelas minumannya, sensasi asam dan dingin menggelitik tenggorokannya. Dalam situasi seperti ini perempuan itu masih memikirkan papinya.

Tanpa Misya tahu, jika sejak kemarin dia diperhatikan oleh perempuan. Perempuan itu tak lain adalah mami Kumala, pemilik kelab tersebut.

Mami Kumala merasa penasaran dengan perempuan yang dua hari ini datang berkunjung ke kelab miliknya, tetapi tidak terlihat happy. Dia akhirnya memutuskan untuk mencari tahu—penyebab pengunjung kelabnya tidak merasa happy meskipun berada di tempat hiburan.

Perempuan usia lima puluh tahun yang masih terlihat sangat cantik itu lantas berjalan mendekat ke arah Misya.

Mami Kumala berdiri tepat di sisi meja, memerhatikan sejenak, lalu menyapa, "Selamat malam …." Dia langsung duduk di hadapan tamunya sambil mengulas senyum ramah.

Misya agak kaget karena tiba-tiba ada seorang perempuan muncul dan duduk di hadapan. "Malam." Seramah mungkin dia membalas sapaan serta senyuman wanita asing itu.

Senang rasanya melihat sapaannya direspon dengan sangat baik oleh pengunjungnya. Mami Kumala lantas mengulurkan tangan, dan berkata, "Perkenalkan, saya Kumala. Saya pemilik kelab ini."

Meski kembali terkejut lantaran dia berhadapan langsung dengan pemilik kelab, Misya buru-buru membalas uluran tangan Mami Kumala. "Misya."

Uluran tangan terurai. "Misya. Namanya cantik secantik orangnya," ucap Mami Kumala.

Dipuji demikian membuat Misya sedikit tersipu. "Anda juga cantik," balasnya, karena memang seperti itu kenyataannya. Perempuan di hadapannya ini terlihat sangat cantik dan modis. Elegan dan berkelas. Misya jadi penasaran dengan usia perempuan bernama Kumala ini.

Mami Kumala tertawa. "Panggil aja saya 'Mami'. Mami Kumala. Orang-orang di sini semuanya manggil begitu."

"Mami …" Misya tersenyum canggung sebab belum terbiasa. "Mami Kumala."

"Mami perhatikan dari kemarin, kayaknya kamu lagi ada masalah," ucap Mami Kumala.

"Emangnya keliatan banget, ya, Mi?"

Mami Kumala mengangguk. "Kamu kayak lagi mikirin sesuatu. Padahal kamu lagi ada di tempat hiburan, tapi pikiran kamu kayak lagi ada di tempat lain. Kosong." Mami Kumala menyadarkan punggung, lalu menyilangkan tangan di dada. "Sayang banget, loh. Kamu ke sini tujuannya 'kan buat seneng-seneng. Tapi, kamunya gak happy."

Misya tertunduk, dan menghela berat. Semenyedihkan itukah dirinya? Sampai-sampai orang lain mengasihaninya?

"Ada masalah apa?" Mami Kumala menegakkan punggung, lalu meraih tangan Misya. "Ceritain sini ke mami."

Mendapat perhatian dari orang asing tentu Misya merasa senang. Apalagi, perempuan ini terlihat sangat baik dan peduli pada pengunjungnya.

Pandangan Misya terangkat, sorot matanya terlihat murung dan gelisah. Bingung, mau mulai dari mana.

Melihat respon Misya yang terlihat agak ragu, mami Kumala tak ingin memaksa. "Kalo gak mau cerita gak papa, kok. Mungkin kamu belum siap buat cerita ke mami. Its, oke." Mami Kumala menepuk-nepuk punggung tangan Misya yang masih di genggamannya. "Mami tuh cuma pengen ngeliat pengunjung kelab ini pulang dengan keadaan happy."

Misya memandang tangannya yang digenggam mami Kumala. Perasaannya tersentuh dengan kata-kata barusan. "Bukannya Misya gak mau cerita. Misya cuma bingung aja, mau mulai dari mana. Karena masalah Misya agak ribet dan bikin sakit kepala. Asam lambung sampe naik."

Mami Kumala tertawa mendengar Misya mengeluh. "Ya ampun … sampe segitunya. Memangnya, seribet apa, sih? Seribet-ribetnya masalah pasti ada solusinya. Mami yakin kamu bakal nemuin solusi. So … Kamu ceritain aja masalahmu. Siapa tau mami bisa kasih solusi."

Begitu baiknya orang ini, pikir Misya.

Tanpa berpikir lagi, Misya lantas memutuskan untuk bercerita mengenai masalahnya pada mami Kumala. "Jadi gini ceritanya, Mi …"

Mami Kumala mendengarkan dengan seksama masalah Misya. Kemudian, dia pun mengambil kesimpulan. "Oh … Jadi gitu ceritanya. Jadi kamu lagi pusing karena papimu mau jodohin. Kamu dikasih waktu seminggu buat cari calon suami, tapi kalo gak nemu terpaksa kamu nerima perjodohan itu."

"Iya, Mi. Papi Misya gak mau tau pokoknya. Misya juga gak mau dicap pelakor. Jelas-jelas Misya korban, malah dituduh sebagai pelaku. Kan gak adil." Sampai detik ini, Misya masih merasa jengkel dengan moment memalukan yang dialaminya tempo hari. 

Melihat Misya begitu frustrasi, membuat mami Kumala berinisiatif menawarkan solusi. "Mami kasih solusi, mau?" 

Kening Misya mengernyit. "Solusi?" 

"Hmm." Mami Kumala mengangguk. 

"Kalo solusinya bisa nyelesain masalah Misya, tentu Misya maulah, Mi." 

"Yakin mau?" 

Misya mengangguk mirp anak kecil yang meminta mainan. 

"Solusinya …." 

~~~

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Hasrat Berondong Kesayangan    Tante Karin~

    "Tante?" Glenn seketika berdiri dari kursi, menelan ludah, lalu memerhatikan sekeliling dengan raut cemas. Bola matanya berpendar gelisah—memastikan tidak ada yang menyadari jika wanita dewasa di hadapannya mengenali. Misya pun ikut berdiri. Tersirat kekhwatiran di mata bulatnya. "Dia siapa, Glenn? Kamu kenal?" tanyanya, nyaris berbisik sangat lirih. Glenn menoleh ke arah Misya, lalu berbisik, "Dia mantan pelangganku. Namanya Tante Karin." Bola mata Misya melotot mendengarnya. Kaget sudah pasti, tetapi ketakutan lebih mendominasi perasaannya detik ini. Bagaimana bisa mendadak ada mantan pelanggannya Glenn? 'Duh... Gimana, nih?' Misya membatin bingung. "Glenn, kamu kenapa ada di sini?" Wanita bernama Karin itu bertanya, membuat perhatian Glenn teralihkan dengan cepat. Otak Glenn berpikir keras—mencari cara agar identitas aslinya tidak terbongkar. Bisa bahaya! Demi menjaga rahasia serta identitas, pemuda itu pun terpaksa menghampiri Karin. "Ikut aku, Tan," ajak G

  • Jerat Hasrat Berondong Kesayangan    Tak sengaja bertemu~

    Siang ini di toko Misya bakery benar-benar diserbu oleh pengunjung karena kedatangan seorang pemuda tinggi, putih, murah senyum, dan ramah. Pengunjung yang didominasi oleh para betina itu berbondong-bondong masuk ke toko untuk membeli roti sekaligus ingin melihat sosok yang kemarin sempat datang, dan menarik perhatian. Tak disangka, ternyata pemuda tampan yang sempat membuat heboh, rupanya kembali datang dan kali ini turut melayani pembeli. Semua mata para betina-betina yang ada di toko tertuju pada Glenn, yang sedang membantu di bagian kasir. Mereka tak berhenti membicarakan Glenn yang katanya memiliki kegantengan paripurna. Glenn sendiri sebenarnya sadar jika kedatangannya di toko ini menjadi pusat perhatian para pengunjung. Namun, sebisa mungkin dia profesional, membantu Misya yang lumayan keteteran dengan pembeli. Pengalamannya yang sempat menjadi kasir di sebuah minimarket rupanya sangat berguna. Pemuda yang siang itu mengenakan kemeja warna hitam begitu cekatan menggunakan

  • Jerat Hasrat Berondong Kesayangan    Tawaran yang bikin Misya syok~

    "Aku, sih sebenernya juga khawatir. Terutama sama reaksi ibuku kalo semisal dia tau kerjaanku," ujar Glenn, bicara jujur apa adanya. Misya makin prihatin dan salut dengan usaha Glenn agar bisa membiayai pengobatan ibunya serta sekolah adiknya. "Siapa sih, yang mau kerja kayak gini? Enggak ada 'kan? Kalo gak karena terpaksa dan tuntutan biaya hidup, aku juga gak akan pernah mau terjun ke dunia kelam ini," lanjut Glenn dengan mata berkaca-kaca dan raut sedih. "Aku sampe bela-belain bohong ke ibu kalo aku dapet kerja di luar kota. Itu semua demi masa depan kami yang cuma dari kalangan kelas bawah." "Enggak semua hal buruk dipandang buruk. Gak semua hal baik dianggap baik. Semuanya sama rata. Termasuk hidup yang sekarang ini kamu jalanin, Glenn. Apa yang kamu lakuin memang salah, tapi itu semua ada alasan yang bisa diterima dengan logika. Kamu memilih jalan ini bukan karena maumu tapi karena Tuhan percaya kalo kamu bisa melewati jalan itu," ujar Misya sambil menyentuh pundak Glenn k

  • Jerat Hasrat Berondong Kesayangan    Obrolan~

    Bola mata Salim hampir loncat dari rongganya, saat mendengar Gunawan menceritakan tentang pacar baru Misya. Gunawan juga menyebutkan secara detail fisik Glenn beserta tanda lahir yang tak sengaja dilihatnya. "Kamu serius, Gun?" Salim masih kurang percaya dengan pemaparan Gunawan soal Glenn. Sebab, menurutnya itu terdengar sangat tidak masuk akal. Mana ada kebetulan semacam itu, pikirnya. "Aku serius, Lim. Makanya aku sampe ga bisa tidur gara-gara mikirin itu," sahut Gunawan, lalu meraup kasar wajahnya yang kembali lesu. "Seandainya aja Leon masih hidup, mungkin sekarang dia serumuran Glenn." Salim menarik panjang napasnya, mendengar Gunawan yang berandai-andai hal yang mustahil. "Kamu gak usah terlalu berharap dan berandai-andai kayak gitu, Gun. Farhan udah tenang di sana, Leon juga," sahutnya yang tak ingin ikut larut dalam kenangan yang begitu menyesakkan dada. Perkataan Salim ada benarnya. Tak mungkin orang yang sudah meninggal bisa bangkit lagi dari kuburnya. Akan tetap

  • Jerat Hasrat Berondong Kesayangan    Kegalauan Gunawan~

    Video berdurasi kurang lebih dari lima menit itu cukup menjawab rasa penasaran Glenn yang sejak tadi mengusik. Ternyata video ini yang dimaksud oleh Gunawan. Dalam video tersebut mempertontonkan Misya yang sedang dimaki-maki bahkan disiram air oleh wanita hamil. Melihat perlakuan tersebut membuat hati Glenn merasa miris. "Gak mungkin Misya kayak gitu." Glenn tidak memercayai semua yang dituduhkan kepada Misya. Merebut suami orang? Lucu sekali kedengarannya. Bahkan dengan kecantikan paripurna seperti itu, Misya bisa memacari pria manapun yang dia inginkan. Bukan malah menggoda suami orang yang istrinya sedang hamil. Glenn berdecak berkali-kali saat melihat perempuan yang mengaku istri pacarnya Misya itu, terus saja nyerocos mirip petasan. "Gak ngotak nih perempuan satu!" Ada rasa marah, sedih, dan iba ketika melihat Misya dituduh demikian. Seandainya saat itu dia benar-benar ada di tempat kejadian. Mungkin dia akan membela Misya. "Kenapa gue baru tau videonya, sih?"

  • Jerat Hasrat Berondong Kesayangan    Video viral!

    "Nak Glenn..." Gunawan menunggu Glenn menjawab pertanyaan mengenai video putrinya yang sempat viral beberapa hari yang lalu. Namun, pemuda itu malah terbengong-bengong mirip orang yang kebingungan. Misya berusaha memikirkan cara supaya papinya tidak lagi mendesak Glenn, yang tak tahu menahu soal videonya. 'Duh... gimana, nih?' Sudut mata perempuan itu melirik Glenn yang bungkam. Tidak ada cara lain untuk mengalihkan perhatian papinya. Terpaksa dia pun yang angkat bicara, "Papi, bisa gak, enggak bahas video itu lagi? Misya malu tau, Pi." Bibir bawahnya mencebik—kesal apabila mengingat kejadian paling memalukan di hidupnya. Perhatian Gunawan spontan teralihkan pada putrinya yang terlihat sensitif. Benar juga. Harusnya dia tidak perlu menanyakan hal memalukan itu lagi. Terlebih pada pria yang sebentar lagi akan menjadi suami putrinya. "Maaf. Papi gak ada maksud apa-apa," ucap Gunawan, yang terlihat menyesal. Sementara Glenn terlihat bernapas lega, karena Misya sudah memba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status