Beranda / Romansa / Jerat Obsesi Ayah Tiri Lumpuh / Nona Perawat, Tolong di Cek

Share

Nona Perawat, Tolong di Cek

Penulis: Kuldesak
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-28 16:14:16

"Aku tanya sekali lagi," tekan Jordan. "Sebenarnya, apa niatmu? Kamu dikirim untuk membunuhku, huh?"

Mendapatkan ancaman moncong pistol di dahi dan kesalahpahaman ini, membuat otak Chloe berputar lebih cepat daripada gasing.

Menangis? Tidak berguna. Memohon? Klise. Jordan Arsenio akan memakan rasa takut sebagai camilan. Chloe harus menggunakan satu-satunya senjata yang dia punya: Logika.

"Huff! Chloe membuang napas. "Tuan ... Tolong turunkan benda yang Tuan pegang—"

"Katakan!"

"Oke. Oke. Jadi ... Secara teknis..." cicit Chloe, suaranya bergetar tapi dagunya terangkat sedikit demi memberi jarak pada pistol itu. "Kalau aku datang untuk niat membunuh, aku akan membekapmu dengan bantal Bukan mencolek... itu-mu dengan jari telunjuk."

Hening.

Mata Jordan menyipit. Cengkeramannya di pergelangan tangan Chloe tidak mengendur, justru semakin kuat hingga perban di tangan Chloe terasa sesak.

"Mencolek?" ulang Jordan, nada suaranya penuh ketidakpercayaan. Cengkeramannya mengeras. "Kamu meraba selangkanganku saat aku tidur dan menyebutnya mencolek?"

"Itu palpasi medis!"

"Diam!" bentak Jordan, ia memajukan wajahnya, seringai jijik terukir di bibirnya yang tegas.

"Istriku baru saja melangkah keluar dari pintu depan. Jejak parfumnya bahkan belum hilang dari ruangan ini," desis Jordan tajam, menusuk harga diri Chloe. "Dan kamu pikir karena ranjang di sebelahku kosong, kamu bisa diam-diam menyelinap masuk?"

Chloe ternganga. "Tunggu, Tuan salah paham—"

"Apa kau pikir aku seputus asa itu?" potong Jordan kejam. "Mengira karena kakiku lumpuh, ritsleting celanaku akan terbuka untuk perawat gadungan sepertimu yang ingin naik status sosial lewat jalur pintas? Kamu pikir kamu bisa menghangatkan ranjangku menggantikan Nyonya Arsenio?"

Wajah Chloe memerah padam. Rasa takutnya sesaat diganti oleh rasa tersinggung.

"Itu pelecehan verbal, Tuan! Aku tidak berniat menggantikan istrimu atau menghangatkan kasurmu! Demi Tuhan, selera humormu sama buruknya dengan tuduhanmu!"

"Lalu apa? Kamu mau bilang kamu tersesat di selangkanganku?"

Chloe menelan ludah, berusaha mengembalikan logikanya yang berantakan di bawah todongan moncong pistol itu.

"Gini ya, Tuan. Nyonya Claudia bilang tubuh bagian bawahmu mati total. Sebagai calon tenaga medis, aku... aku hanya skeptis!" seru Chloe defensif. "Aku ingin mengecek refleks Bulbocavernosus—otot yang berada di area panggul! Aku ingin tahu apakah saraf Parasimpatis Tuan masih merespons stimulus taktil! Aku penasaran pada anatomimu, bukan pada hartamu apalagi pada itumu!"

Alis tebal Jordan terangkat satu. Pistol itu mundur satu sentimeter, masih mengarah lurus ke titik di antara kedua mata Chloe.

"Refleks Bulbocavernosus?" Jordan mendengus, sudut bibirnya terangkat sinis. "Kamu mengetes refleks sarafku dengan meremas pipa-ku? Universitas mana yang mengajarkan metode itu? Bilang saja kalau kamu itu cabul!"

"Aku tidak meremasnya! Aku hanya mengecek densitas jaringan!"

"Densitas jaringan," ulang Jordan lagi, seolah menimbang-nimbang kebodohan argumen itu. "Dan apa kesimpulan medismu, Nona Perawat?"

Wajah Chloe memanas, tapi mulutnya yang sering kali lebih cepat dari otaknya sudah menyusun jawaban ilmiah untuk menutupi rasa malunya.

"Kesimpulannya..." Chloe menelan ludah, memberanikan diri menatap mata kelam Jordan. "Kesimpulannya adalah Tuan bohong. Atau setidaknya, diagnosis dokter Tuan yang salah besar."

Alis Jordan menukik tajam. "Apa maksudmu?"

"Tumesensi," jawab Chloe cepat, melempar istilah medis seperti perisai. "Ada pembengkakan jaringan. Sangat minim, tapi ada. Kalau Tuan benar-benar lumpuh total dengan kerusakan saraf permanen, seharusnya di sana layu total. Seperti... balon kempes. Tapi punya Tuan..."

Chloe menghentikan kalimatnya, matanya melirik sekilas ke bawah selimut lalu kembali ke wajah Jordan.

"...Punya Tuan merespons sentuhan. Tadi saat aku menekannya. Hmm ... maksudku, mempalpasinya—ada reaksi resistensi. Itu artinya aliran darah di corpora cavernosa Tuan lancar jaya!" seru Chloe. "Jadi, selamat Tuan! Aset masa depan Tuan masih bisa diselamatkan!"

Hening yang mencekam menyelimuti ruangan. Hanya terdengar deru napas mereka yang berpacu.

Jordan menatap gadis di depannya dengan tatapan tak terbaca. Di balik kemarahannya, ada gelombang syok yang menghantam dadanya.

Gadis ini benar.

Jordan merasakannya. Jauh di kedalaman tubuhnya yang mati rasa, ada denyutan samar. Bukan rasa sakit, tapi rasa hangat yang asing. Rasa yang sudah enam bulan hilang, kini terpercik kembali hanya karena argumen konyol dan sentuhan tangan kasar gadis bar-bar ini.

Perlahan, Jordan menurunkan pistolnya. Moncong besi dingin itu menjauh dari dahi Chloe.

Chloe menghela napas lega yang panjang, bahunya merosot lemas. "Syukurlah... Tuan percaya, kan? Jadi bolehkah aku pergi sekarang? Jantungku rasanya mau copot."

Namun, harapan Chloe hancur seketika.

Bukannya melepaskan cengkeramannya di tangan kiri Chloe, Jordan justru menarik tangan gadis itu dengan sentakan kasar.

"Ah!" pekik Chloe saat tubuhnya terhuyung ke depan, menubruk dada bidang Jordan sekali lagi.

Jordan tidak membiarkannya mundur. Tangan besarnya yang bebas kini mencengkeram dagu Chloe, memaksa gadis itu mendongak.

Tatapan Jordan berbahaya. "Kamu bilang dia cuma tidur, kan? Kamu bilang dia masih bisa diselamatkan?" bisik Jordan serak, napasnya menerpa bibir Chloe.

"I-itu teori medis..." gagap Chloe, matanya membelalak panik melihat perubahan aura Jordan.

Jordan membawa tangan Chloe—yang masih dicengkeramnya—turun kembali ke atas selimut.

"Kalau begitu, buktikan," tantang Jordan dingin.

Chloe membeku. Di bawah telapak tangannya, ia bisa merasakan denyutan itu semakin nyata.

"B-buktikan apa, Tuan?"

Jordan menyeringai miring, sebuah senyum iblis yang menjanjikan bahaya.

"Berikan sentuhanmu, Perawat Eva," perintah Jordan mutlak. "Kalau kamu gagal membuktikannya dalam lima menit, aku akan menganggap analisis medismu tadi hanyalah bualan, dan peluru ini akan kembali ke dahimu."

Jordan melepaskan dagu Chloe, tapi menahan tangan gadis itu tetap di posisinya.

"Waktumu dimulai dari sekarang."

BERSAMBUNG ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jerat Obsesi Ayah Tiri Lumpuh   Sarapan Beracun

    Sinar mentari pagi menembus jendela besar ruang makan Mansion Arsenio, meja panjang yang penuh dengan hidangan mewah. Namun, Chloe yang berdiri di samping kursi kosong Tuan Rumah justru menatap hamparan makanan itu dengan horor.Tubuh Chloe yang ringkih masih terasa linu di sana-sini. Semalam adalah hal paling sial yang pernah ia lalui. Pertempuran melawan ratusan nyamuk ganas di ruangan sauna tanpa ventilasi telah meninggalkan jejak nyata: bentol-bentol merah yang menghiasi leher, lengan, dan bahkan betisnya yang kini tertutup stoking tebal. Wajah Chloe juga tidak kalah mengenaskan; lingkaran hitam di bawah mata begitu pekat, tanda dia hampir tidak tidur sedetik pun karena sibuk menampar diri sendiri.Tapi insting ahli gizinya tetap bergejolak begitu melihat menu di meja."Sosis bakar, bacon goreng, telur orak-arik dengan heavy cream, dan roti putih?" batin Chloe ngeri. "Siapa yang menyusun menu ini untuk pasien cedera tulang belakang?! Ini bom kolesterol!"Aroma lemak jenuh menguar

  • Jerat Obsesi Ayah Tiri Lumpuh   Pemandangan Terlarang

    Chloe baru saja tiba dalam kamar, tubuh wanita itu merosot perlahan, punggungnya bersandar pada daun pintu. Topeng "Eva si Perawat" yang ia pakai seharian luruh seketika. Chloe mengangkat tangan kanannya yang terbalut perban. Denyut nyerinya makin menjadi-jadi."Papa..." bisik Chloe lirih, matanya menerawang ke langit-langit kamar mewah yang asing ini."Lihatlah anak perempuanmu ini, Pa. Sakit, tapi masih bisa berlagak semua baik-baik saja di depan orang agar Papa nggak merasa gagal jadi ayah. Kayaknya cuma di kamar ini, aku bisa jadi diriku sendiri. Jadi Chloe yang cengeng."Ingatannya melayang pada wajah ayahnya yang terus menerus dikejar penagih hutang. Sejak rentenir dan ibunya mengobrak-abrik apartemen, ponsel ayahnya tidak bisa dihubungi. Chloe meremas ujung seragamnya."Besok aku ke kampus, terus mampir ke kedai kopi. Papa harus ada di sana, ya? Kita makan enak. Papa mau Pizza? Atau jalan-jalan? Kita habisin waktu berdua sepuasnya sebelum aku benar-benar nggak bisa kembali."C

  • Jerat Obsesi Ayah Tiri Lumpuh   Terbayang Sensasi

    TOK! TOK! TOK!Suara ketukan itu tidak terlalu keras, namun di telinga Chloe yang sedang tegang, bunyinya seperti ledakan bom."Aaaa!" Chloe memekik tertahan, melompat mundur dari ranjang seolah kasur Jordan baru saja berubah menjadi bara api. Matanya melotot horor ke arah pintu. "I-ibu... maksudku Nyonya?! Mati aku! Aku harus sembunyi di mana? Kolong kasur? Lemari?"Jordan yang masih berbaring menatap kepanikan gadis itu dengan kening berkerut. Tangan kanannya perlahan turun dari balik bantal, menjauh dari pistolnya. Ketukan itu... dia kenal ritmenya."Tenanglah, Gadis Bodoh," desis Jordan. "Siapa di sana?" teriak Jordan ke arah pintu."Kiko, Tuan. Saya membawa berkas yang Tuan minta!" terdengar suara sahutan dari balik pintu. Bahu Jordan rileks seketika, sementara Chloe menghembuskan napas lega. "Aku pikir setan bersanggul." Chloe mengelus dada. Jordan menatap Chloe tajam. "Kamu dengar itu? Itu asistenku. Sekarang, rapikan bajumu yang kusut itu dan keluar dari sini. Aku muak meli

  • Jerat Obsesi Ayah Tiri Lumpuh   Salah Sambung Saraf

    "Sekarang?" cicit Chloe, matanya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, lalu kembali menatap wajah Jordan yang tak terbantahkan. "Ya, sekarang! Kamu mau menunggu sampai tahun baru monyet, hah?!" sentak Jordan tidak sabar. "Lima menitmu berjalan, Perawat Eva." Chloe meringis, mengangkat tangan kanannya yang terbalut perban tebal. "Tuan, ini melanggar HAM. Tangan kanan saya ini baru saja Tuan jadikan adonan geprek tadi malam tepat jam 7. Tulangnya masih nyeri, bengkak pula. Mana bisa saya melakukan... manuver stimulan?" "Itu bukan urusanku," jawab Jordan dingin. Matanya melirik ke arah nakas tempat pistol tadi ia letakkan. "Apa aku harus menggunakan pistol, supaya kamu mau menurut?" Chloe menelan ludah kasar. "Oke! Oke!Saya kerjakan!" Dengan jantung berdegup kencang dan pipi memanas, Chloe menarik napas panjang. Otaknya mulai memutar kembali semua memori anatomi tentang stimulasi vital. 'Tuan, maafkan kelancanganku,' batin Chloe merutuk. 'Ini demi

  • Jerat Obsesi Ayah Tiri Lumpuh   Nona Perawat, Tolong di Cek

    "Aku tanya sekali lagi," tekan Jordan. "Sebenarnya, apa niatmu? Kamu dikirim untuk membunuhku, huh?" Mendapatkan ancaman moncong pistol di dahi dan kesalahpahaman ini, membuat otak Chloe berputar lebih cepat daripada gasing. Menangis? Tidak berguna. Memohon? Klise. Jordan Arsenio akan memakan rasa takut sebagai camilan. Chloe harus menggunakan satu-satunya senjata yang dia punya: Logika. "Huff! Chloe membuang napas. "Tuan ... Tolong turunkan benda yang Tuan pegang—" "Katakan!" "Oke. Oke. Jadi ... Secara teknis..." cicit Chloe, suaranya bergetar tapi dagunya terangkat sedikit demi memberi jarak pada pistol itu. "Kalau aku datang untuk niat membunuh, aku akan membekapmu dengan bantal Bukan mencolek... itu-mu dengan jari telunjuk." Hening. Mata Jordan menyipit. Cengkeramannya di pergelangan tangan Chloe tidak mengendur, justru semakin kuat hingga perban di tangan Chloe terasa sesak. "Mencolek?" ulang Jordan, nada suaranya penuh ketidakpercayaan. Cengkeramannya mengeras. "Kamu mer

  • Jerat Obsesi Ayah Tiri Lumpuh   Penasaran

    "Kamu ceroboh," desis Claudia dingin begitu pintu ruang kerjanya yang mewah tertutup rapat. "Baru satu jam kerja, kamu sudah membuat suamiku hampir mematahkan tanganmu. Apa kamu berniat mati?" Chloe meringis, meniup-niup punggung tangannya yang kini merah padam, bengkak, dan berdenyut nyeri. Rasanya seperti baru saja digeprek palu. "Mana aku tahu Ibu mempunyai suami gila?" keluh Chloe sambil mendudukkan dirinya di kursi tamu tanpa dipersilakan. "Ingat, panggil aku Nyonya!" ralat Claudia. "Iya, Nyonya! Heran, Binatang kok dijadikan suami. Ini tangan! Bukan daging potong!" kekuh Chloe. "Aku sudah memperingatimu," balas Claudia tanpa simpati. Ia berjalan ke meja kerjanya, mengambil kotak P3K dari laci, dan melemparnya ke pangkuan Chloe. "Obati sendiri. Jangan manja." Chloe menatap ibunya dengan tatapan tak percaya. Namun, ia segera membuka kotak itu dengan satu tangan yang gemetar. Ia mengambil salep, lalu melilitkan perban elastis ke tangannya yang memar sambil menahan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status