Share

Terbayang Sensasi

Penulis: Kuldesak
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-30 13:44:52

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan itu tidak terlalu keras, namun di telinga Chloe yang sedang tegang, bunyinya seperti ledakan bom.

"Aaaa!" Chloe memekik tertahan, melompat mundur dari ranjang seolah kasur Jordan baru saja berubah menjadi bara api. Matanya melotot horor ke arah pintu. "I-ibu... maksudku Nyonya?! Mati aku! Aku harus sembunyi di mana? Kolong kasur? Lemari?"

Jordan yang masih berbaring menatap kepanikan gadis itu dengan kening berkerut. Tangan kanannya perlahan turun dari balik bantal, menjauh dari pistolnya. Ketukan itu... dia kenal ritmenya.

"Tenanglah, Gadis Bodoh," desis Jordan. "Siapa di sana?" teriak Jordan ke arah pintu.

"Kiko, Tuan. Saya membawa berkas yang Tuan minta!" terdengar suara sahutan dari balik pintu.

Bahu Jordan rileks seketika, sementara Chloe menghembuskan napas lega.

"Aku pikir setan bersanggul." Chloe mengelus dada.

Jordan menatap Chloe tajam. "Kamu dengar itu? Itu asistenku. Sekarang, rapikan bajumu yang kusut itu dan keluar dari sini. Aku muak melihat wajahmu."

Chloe buru-buru merapikan seragamnya yang sedikit berantakan karena aktivitas pijat-memijat tadi. Dia mengambil nampan di nakas, tapi kemudian ingat sesuatu. Dia berbalik menatap Jordan dengan wajah sok profesional.

"Tuan, sebelum saya keluar, tolong obatnya diminum. Jangan cuma dipajang. Ingat, kalau Tuan tidak minum, besok pagi Tuan bisa uring-uringan dan melempar bubur lagi. Sayang buburnya, Tuan. Mending buat saya."

"Keluar!"

"I-iya, Tuan," jawab Chloe, tak ingin menjadi bahan geprek lagi—ia buru-buru keluar.

Saat Chloe membuka pintu, ia berpapasan dengan Kiko. Pria muda berwajah oriental itu menatap Chloe dari ujung kaki ke ujung kepala. Ekor matanya mengikuti gerakan Chloe yang berjalan cepat menyusuri lorong, memastikan gadis itu benar-benar pergi.

Setelah Chloe menghilang di belokan, Kiko masuk dan menutup pintu rapat-rapat.

"Selamat malam, Tuan. Maaf mengganggu," ucap Kiko, berjalan mendekat.

"Laporan," perintah Jordan singkat, matanya menatap langit-langit kamar.

"Sesuai dugaan Tuan. Nyonya Claudia memang benar-benar pergi ke Singapura malam ini. Pesawat Nyonya Claudia akan Take Off besok pagi jam sembilan," lapor Kiko sambil membuka tabletnya. "Sesuai Agenda, Beliau ada pertemuan dengan Mr. Liem terkait ekspansi properti. Tidak ada yang mencurigakan dari jadwalnya kali ini."

Jordan hanya mengangguk-angguk pelan. Matanya terbuka, tapi pikirannya tidak di penjelasan Kiko.

Pikiran Jordan melayang ke kejadian sepuluh menit yang lalu.

Sensasi itu.

Saat tangan kecil Chloe tadi mendekat ke area vitalnya—Kenapa ada respons secepat itu?

Jordan menggeretakkan gigi.

"Aneh," gumam Jordan pelan.

Asetnya itu bukan tipe yang bangun tanpa alasan. Kadang berdiri sombong, kadang hibernasi tiga musim. Harus ada rangsangan yang tepat, tekanan yang pas, atau sentuhan yang terlalu berani untuk membuatnya bereaksi.

Tapi tadi… hanya satu sentimeter sebelum menyentuh...

Dan dor!

Ada getaran kecil di saraf pusatnya.

Itu bukan hal yang ingin Jordan akui.

Terutama pada dirinya sendiri.

'Dokter bilang saraf sakralku rusak parah. Claudia sudah mencoba. Itupun musti lama. Tapi tadi... saat dia menekan, ada rasa yang aneh. Apa dia menekan titik akupunktur rahasia? Atau karena dia menekan dengan emosi?'

Jordan mengangkat tangannya sendiri, menatap telapak tangannya. Dia mencoba mengingat tekstur sentuhan Chloe. Hangat, dan... hidup.

"Tuan?"

Suara Kiko membuyarkan lamunan Jordan. Jordan tersentak, menoleh ke samping. Kiko sedang melambaikan tangan di depan wajahnya dengan ekspresi bingung.

"Tuan melamun? Apa Tuan mendengar laporan saya soal Mr. Liem?"

Jordan berdehem keras, menutupi rasa malunya karena ketahuan melamunkan pijatan perawat barunya.

"Ya, ya. Liem. Orang tua bangka yang licik. Biarkan saja Claudia main-main dengannya," jawab Jordan asal, lalu segera mengubah topik. "Kiko."

"Siap, Tuan?"

"Cari nyamuk."

Kiko mengerjap. Dia menyodorkan telinganya, mengira salah dengar. "Maaf? Nyamuk? Maksud Tuan... alat penyadap suara mikro?"

"Bukan, Bodoh! Nyamuk! Serangga! Binatang yang bunyinya ngiiing dan menghisap darah!" sembur Jordan tidak sabar. "Cari sebanyak mungkin. Hidup-hidup."

Kiko melongo, mulut terbuka lebar. "T-tapi, Tuan... ini sudah jam sebelas malam. Di mana saya harus mencari nyamuk hidup? Di kebun belakang? Apakah saya harus menangkapnya satu per satu pakai jaring ikan?"

"Itu urusanmu! Kamu itu asisten serba bisa. Mau kamu ternak mendadak atau kamu ambil dari selokan, aku tidak peduli!" perintah Jordan mutlak. "Setelah dapat, lepaskan semuanya ke dalam kamar perawat baru itu."

"Nona Eva?"

"Ya! Siapa lagi?!"

"Dan satu lagi," tambah Jordan dengan senyum miring yang jahat. "Matikan akses AC di kamarnya dari sentral. Kunci jendelanya. Buat kamarnya sesejuk oven roti."

Kiko menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tuan... apa Tuan sedang mengerjai gadis itu? Bukannya Tuan butuh perawat?"

"Aku butuh perawat profesional, bukan komedian berisik yang sok tahu soal anatomi!" elak Jordan. "Aku ingin dia tidak betah. Aku ingin besok pagi dia menangis minta pulang. Cepat kerjakan!"

Kiko menghela napas pasrah. "Baik, Tuan. Nyamuk dan sauna. Pesanan diterima."

Jordan menunjuk ke arah nakas. "Dan sebelum kamu pergi berburu serangga, ambil obat yang diberikan perawatan itu. Buang ke toilet. Dan bantu aku pindah ke kursi roda. Antar aku ke Ruang Kontrol."

"Tuan mau memantau saham malam-malam begini?"

"Tidak. Aku ingin memantau mata-mata."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jerat Obsesi Ayah Tiri Lumpuh   Sarapan Beracun

    Sinar mentari pagi menembus jendela besar ruang makan Mansion Arsenio, meja panjang yang penuh dengan hidangan mewah. Namun, Chloe yang berdiri di samping kursi kosong Tuan Rumah justru menatap hamparan makanan itu dengan horor.Tubuh Chloe yang ringkih masih terasa linu di sana-sini. Semalam adalah hal paling sial yang pernah ia lalui. Pertempuran melawan ratusan nyamuk ganas di ruangan sauna tanpa ventilasi telah meninggalkan jejak nyata: bentol-bentol merah yang menghiasi leher, lengan, dan bahkan betisnya yang kini tertutup stoking tebal. Wajah Chloe juga tidak kalah mengenaskan; lingkaran hitam di bawah mata begitu pekat, tanda dia hampir tidak tidur sedetik pun karena sibuk menampar diri sendiri.Tapi insting ahli gizinya tetap bergejolak begitu melihat menu di meja."Sosis bakar, bacon goreng, telur orak-arik dengan heavy cream, dan roti putih?" batin Chloe ngeri. "Siapa yang menyusun menu ini untuk pasien cedera tulang belakang?! Ini bom kolesterol!"Aroma lemak jenuh menguar

  • Jerat Obsesi Ayah Tiri Lumpuh   Pemandangan Terlarang

    Chloe baru saja tiba dalam kamar, tubuh wanita itu merosot perlahan, punggungnya bersandar pada daun pintu. Topeng "Eva si Perawat" yang ia pakai seharian luruh seketika. Chloe mengangkat tangan kanannya yang terbalut perban. Denyut nyerinya makin menjadi-jadi."Papa..." bisik Chloe lirih, matanya menerawang ke langit-langit kamar mewah yang asing ini."Lihatlah anak perempuanmu ini, Pa. Sakit, tapi masih bisa berlagak semua baik-baik saja di depan orang agar Papa nggak merasa gagal jadi ayah. Kayaknya cuma di kamar ini, aku bisa jadi diriku sendiri. Jadi Chloe yang cengeng."Ingatannya melayang pada wajah ayahnya yang terus menerus dikejar penagih hutang. Sejak rentenir dan ibunya mengobrak-abrik apartemen, ponsel ayahnya tidak bisa dihubungi. Chloe meremas ujung seragamnya."Besok aku ke kampus, terus mampir ke kedai kopi. Papa harus ada di sana, ya? Kita makan enak. Papa mau Pizza? Atau jalan-jalan? Kita habisin waktu berdua sepuasnya sebelum aku benar-benar nggak bisa kembali."C

  • Jerat Obsesi Ayah Tiri Lumpuh   Terbayang Sensasi

    TOK! TOK! TOK!Suara ketukan itu tidak terlalu keras, namun di telinga Chloe yang sedang tegang, bunyinya seperti ledakan bom."Aaaa!" Chloe memekik tertahan, melompat mundur dari ranjang seolah kasur Jordan baru saja berubah menjadi bara api. Matanya melotot horor ke arah pintu. "I-ibu... maksudku Nyonya?! Mati aku! Aku harus sembunyi di mana? Kolong kasur? Lemari?"Jordan yang masih berbaring menatap kepanikan gadis itu dengan kening berkerut. Tangan kanannya perlahan turun dari balik bantal, menjauh dari pistolnya. Ketukan itu... dia kenal ritmenya."Tenanglah, Gadis Bodoh," desis Jordan. "Siapa di sana?" teriak Jordan ke arah pintu."Kiko, Tuan. Saya membawa berkas yang Tuan minta!" terdengar suara sahutan dari balik pintu. Bahu Jordan rileks seketika, sementara Chloe menghembuskan napas lega. "Aku pikir setan bersanggul." Chloe mengelus dada. Jordan menatap Chloe tajam. "Kamu dengar itu? Itu asistenku. Sekarang, rapikan bajumu yang kusut itu dan keluar dari sini. Aku muak meli

  • Jerat Obsesi Ayah Tiri Lumpuh   Salah Sambung Saraf

    "Sekarang?" cicit Chloe, matanya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, lalu kembali menatap wajah Jordan yang tak terbantahkan. "Ya, sekarang! Kamu mau menunggu sampai tahun baru monyet, hah?!" sentak Jordan tidak sabar. "Lima menitmu berjalan, Perawat Eva." Chloe meringis, mengangkat tangan kanannya yang terbalut perban tebal. "Tuan, ini melanggar HAM. Tangan kanan saya ini baru saja Tuan jadikan adonan geprek tadi malam tepat jam 7. Tulangnya masih nyeri, bengkak pula. Mana bisa saya melakukan... manuver stimulan?" "Itu bukan urusanku," jawab Jordan dingin. Matanya melirik ke arah nakas tempat pistol tadi ia letakkan. "Apa aku harus menggunakan pistol, supaya kamu mau menurut?" Chloe menelan ludah kasar. "Oke! Oke!Saya kerjakan!" Dengan jantung berdegup kencang dan pipi memanas, Chloe menarik napas panjang. Otaknya mulai memutar kembali semua memori anatomi tentang stimulasi vital. 'Tuan, maafkan kelancanganku,' batin Chloe merutuk. 'Ini demi

  • Jerat Obsesi Ayah Tiri Lumpuh   Nona Perawat, Tolong di Cek

    "Aku tanya sekali lagi," tekan Jordan. "Sebenarnya, apa niatmu? Kamu dikirim untuk membunuhku, huh?" Mendapatkan ancaman moncong pistol di dahi dan kesalahpahaman ini, membuat otak Chloe berputar lebih cepat daripada gasing. Menangis? Tidak berguna. Memohon? Klise. Jordan Arsenio akan memakan rasa takut sebagai camilan. Chloe harus menggunakan satu-satunya senjata yang dia punya: Logika. "Huff! Chloe membuang napas. "Tuan ... Tolong turunkan benda yang Tuan pegang—" "Katakan!" "Oke. Oke. Jadi ... Secara teknis..." cicit Chloe, suaranya bergetar tapi dagunya terangkat sedikit demi memberi jarak pada pistol itu. "Kalau aku datang untuk niat membunuh, aku akan membekapmu dengan bantal Bukan mencolek... itu-mu dengan jari telunjuk." Hening. Mata Jordan menyipit. Cengkeramannya di pergelangan tangan Chloe tidak mengendur, justru semakin kuat hingga perban di tangan Chloe terasa sesak. "Mencolek?" ulang Jordan, nada suaranya penuh ketidakpercayaan. Cengkeramannya mengeras. "Kamu mer

  • Jerat Obsesi Ayah Tiri Lumpuh   Penasaran

    "Kamu ceroboh," desis Claudia dingin begitu pintu ruang kerjanya yang mewah tertutup rapat. "Baru satu jam kerja, kamu sudah membuat suamiku hampir mematahkan tanganmu. Apa kamu berniat mati?" Chloe meringis, meniup-niup punggung tangannya yang kini merah padam, bengkak, dan berdenyut nyeri. Rasanya seperti baru saja digeprek palu. "Mana aku tahu Ibu mempunyai suami gila?" keluh Chloe sambil mendudukkan dirinya di kursi tamu tanpa dipersilakan. "Ingat, panggil aku Nyonya!" ralat Claudia. "Iya, Nyonya! Heran, Binatang kok dijadikan suami. Ini tangan! Bukan daging potong!" kekuh Chloe. "Aku sudah memperingatimu," balas Claudia tanpa simpati. Ia berjalan ke meja kerjanya, mengambil kotak P3K dari laci, dan melemparnya ke pangkuan Chloe. "Obati sendiri. Jangan manja." Chloe menatap ibunya dengan tatapan tak percaya. Namun, ia segera membuka kotak itu dengan satu tangan yang gemetar. Ia mengambil salep, lalu melilitkan perban elastis ke tangannya yang memar sambil menahan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status