Share

Kesepakatan.

Penulis: Azzurra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-07 23:01:13

Bab 3

Brak.

Tiga orang di dalam rumah terkejut mendengar pintu dibuka keras.

“Berhenti.”

Suara Bas seorang pria menghentikan langkah tiga orang yang hendak keluar rumah.

“Siapa kamu, jangan ikut campur, minggir.” Carla mengibas tangan.

“Saya calon suaminya, saya akan melunasi semua hutangnya.”

“Sekarang dia milik saya. Ada harga yang harus Anda keluarkan untuk membebaskannya.”

“Berapa?” Angga melangkah maju mendekati Carla.

 Carla menatap Angga penuh selidik, mengeluarkan kertas dari dalam tas, lalu menyerahkan pada Angga.

Netra Angga terbelalak. “Hutangnya hanya 50juta sekarang jadi 500 juta?”

“Nggak usah banyak omong, kalo nggak mau bayar minggir!! gadis ini cantik, aku bisa dapat uang lebih dari 500 juta.”

“Oke, aku bayar. Datang ke kantorku besok, sekarang aku tak bawa uang cash.”

“Apa jaminannya kamu nggak akan kabur?”

“Kamu nggak kenal saya?” Angga mengambil kartu nama di balik Jaz, lalu menyerahkan pada Carla.

“Oh jadi Anda Pak Angga yang sering jadi bahan perbincangan para pebisnis? Saya kira Pak Angga ini sudah Tua. Sekali-kali datanglah ke tempat saya, kami menyediakan segala kesenangan untuk para lelaki.” Tangan Carla menyentuh dada bidang Angga, belum juga bergerak tangan Angga menangkap jemari Carla.

“Saya tak suka di sentuh wanita.” Angga membuang kasar tangan Carla.

Bibir Carla tersungging, dengusan keluar dari bibirnya. “Oke, Pak Angga, Tunggu saya besok jam 10 di kantor Anda.” Mata Carla mengerling nakal pada Angga.

“Taruh dia, ayo kita pulang.”

Setelah semua pergi, Angga berdiri menatap wajah Kinanti yang tertidur lelap di sofa.

*

Matahari pagi bersinar cerah. Mata Kinan mengerjap, sontak dia kaget. “Ya Allah telat solat subuh.”

Tapi dia sedikit linglung merasa ini bukan kamarnya. Dia berusaha mengingat, sontak dia menutup mulut dengan kedua tangan. Netranya membola tajam.

“Ya Allah pasti aku udah di bawa Mamih Carla. Gimana ini!!”

Kinan merapatkan tubuh ke pintu berusaha mencuri dengar keadaan di luar kamar lalu beralih menuju pintu balkon, menatap sekitar dan sepi.

Gadis ini berusaha menaiki pembatas balkon, menapak pada pinggiran pagar dan berupaya turun ke bawah. Netranya fokus menatap tapakan kecil di pinggiran balkon.

Hingga sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya dan dengan tangkas mengangkatnya kembali ke atas balkon.

“Ahh ... Lepas!!” teriak Kinan. “Ampun Mih, ampun. Aku nggak mau di jual!!”

Kinan membabi buta memukuli orang yang menariknya naik kembali ke tempat semula.

“Berhenti!!” Suara berat Angga menghentikan kebrutalan tangan dan kaki Kinanti.

Gadis ini menelan ludah. “Pak, tolongin saya. Saya nggak mau di jual di lokalisasi ini.”

“Hmm ...” Angga bangun mengibas-ngibas pakaiannya. Kepalanya menengok, menatap lelaki di belakangnya.

Si asisten mendekat memberikan kertas pada Kinanti.

“Silahkan tanda tangan, Nona. Maka semua urusan Anda akan beres.”

“S-saya sekarang ada di mana, Pak?” tanya Kinan hati-hati.

“Sekarang ada di rumah saya, tapi kalau kamu tak mau menandatangani kertas itu, terpaksa saya antar ke tempat Carla.” Suara Angga terdengar jelas dan serius.

Kinan menunduk, membaca isi kertas yang ternyata kontrak kerjasama yang di tawarkan Angga kemarin.

Gadis ini menatap takut pada Angga. “Pak poin yang ini saya minta di tiadakan.”

Netra Angga melirik kertas. “Buat apa saya bayar mahal kalau tak bisa di nikmati.”

Glek.

Kinan menelan ludah. “Ya iya Pak, tapi tunda dulu.”

Angga enggan menatap wajah gadis di hadapannnya. “Cepat tanda tangan kalau setuju, saya banyak kerjaan, lagi pula kamu harus kerja, ingat!! saya tidak suka karyawan telat.”

“Kinan mencari-cari jam. Ini udah jam 7,y waktu kamu 1 jam lagi harus sudah sampai kantor,” ujar Angga duduk di kursi dekat jendela, menatap Kinan intimidasi.

Kinan menatap Angga dan asistennya bergantian. “Ya Allah, nggak ada jalan lain kah?” batin gadis ini meminta tolong pada Tuhan yang sering kali perintahnya dia lalaikan.

“Satu menit lagi.” Angga bangun dari duduk menatap jam pergelangan tangan lalu menatap gadis yang masih terduduk di lantai, karna belum ada reaksi dari Kinan Angga berjalan menuju pintu.

Pikiran Kinan buntu, sudah tak bisa lagi berfikir. Sepertinya sudah tak ada lagi jalan keluar selain ini. Dengan gemertar tangannya segera menanda tangani kertas di genggamannya.

“Pak, tunggu, ini sudah saya tanda tangani.”

Bibir Angga tersungging lelaki ini kembali melanjutkan langkah tanpa menengok kembali. Si asisten mengambil kertas di tangan Kinan.

“Urus semuanya, malam nanti aku sudah mau bersamanya.”

Bibir Kinan menganga. “Dasar Bos mesum, gila, mengambil kesempatan dalam kesempitan,” rutuk Kinan dalam hati. “Udah punya bini juga masih aja gatel lirik-lirik perempuan lain, dasar redflag, manipulatif, sakit jiwa.” Kinan tak bisa berhenti memaki Angga, tapi hanya dalam hati, gadis ini meninju dan menendang angin setelah pintu tertutup.

Setelah Angga keluar beberapa pelayan wanita masuk.

“Non, kami di suruh melakukan perawatan tubuh untuk Anda.”

“Tapi saya harus ke kantor, bisa-bisa kehilangan pekerjaan kalau nggak ngantor.”

“Tadi Pak Angga pesan, Anda di beri cuti nikah selama 1 minggu.” Asisten Angga muncul di pintu kamar.

“Eh, buset. Bos koplak, niat bener dia mau ngerjain gue malam ini.” lagi-lagi Kinan merutuki Angga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Ellailaist
ngomel mulu ih
goodnovel comment avatar
Rafli123
Keren Angga, tapi gregetan juga sama Kinan
goodnovel comment avatar
YOSSYTA S
untungnya ada si Angga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Curiga.

    Mobil baru saja berhenti di pelataran rumah ketika ponsel Kinanti bergetar. Nama Angga muncul di layar. Dada Kinanti langsung mengencang—ia tahu cepat atau lambat Gerry pasti melapor. Kinanti menarik napas panjang sebelum mengangkat. “Halo, Mas …” Kinanti menyapa. “Kamu lagi apa, Ki?” Suara Angga terdengar biasa saja, bahkan terdengar santai. Pertanyaannya ringan, tapi justru membuat Kinanti makin gugup.“A-aku baru sampai rumah,” jawab Kinanti sambil menggenggam ujung bajunya. “Tadi… habis dari rumah kakek.” “Hm.” Di sebrang sana terdengar suara keyboard mengetik, mungkin Angga masih bekerja di Jogja. “Ketemu Kayla? Ngobrol apa sama kakek?""Ketemu Kayla, dia di tinggal kak Celina ke Eropa, Mas." Kinanti duduk di depan televisi menyandarkan bahu. Dan obrolan mengalir membicarakan Celina dan Kayla, Kinanti merasa kasihan melihat Kayla di tinggal Celina."Ya sudah, kamu istirahat. Jangan

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Keraguan Lisa.

    Pintu rumah milik Kinanti di buka perlahan oleh Gerry. Ia mendorong kursi roda Lisa masuk ke ruang tamu. Rumah yang dulunya sempat berantakan akibat ditinggalkan lama kini tampak bersih—lantai mengilap, bau segar, dan tertata rapi. Lisa meremas ujung selimut yang menutupi kakinya. Tubuhnya masih lemah, sedikit gerakan pun membuatnya meringis. “Rumahnya sudah siap ditinggali,” kata Gerry lebih sopan. “Obat dan kebutuhan Anda sudah disiapkan.” Lisa mengangguk kecil. “Terima kasih, Pak Gerry.” Gerry memeriksa tas, kemudian masuk sebentar ke dapur. Begitu ia menjauh, ponsel Lisa bergetar. Satu pesan masuk dari nomor tak dikenal. Ternyata nomor Bram. [Kamu sudah sampai.] — Bram mengirim pesan. Lisa mengetik cepat: [Sudah.] - balas Lisa singkat. Masih khawatir karna Gerry masih berada di rumah ini. Gerry kembali membawa segelas air. Lalu duduk menatap Lisa. Mendapati tatapan Gerry Lisa kikuk. dia memutar kursi roda mengambil remote televisi lalu menyalakan benda segi empat itu. S

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Bodoh atau baik?

    Kinanti berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Sesekali dia menggigit jari kukunya. Hari ini Lisa di jadwalkan pulang dari rumah sakit, rasa hati Kinanti ingin menjemput Lisa tapi peringatan Angga membuat nyali Kinanti ciut, ia tak ingin melanggar apa yang tak di perbolehkan Angga, tapi hati lain merasa kasihan pada Lisa.“Mbak Ning, Lisa wa lagi nggak?” tanya Kinanti pada asisten kepercayaannya, semenjak Angga membatasi pertemuannya dengan Lisa, Kinanti meminjam ponsel Ningsih untuk berhubungan dengan Lisa.“Nggak, Non. Wa yang terakhir itu tadi, Non maaf kalau saya lancang, sebaiknya Non patuhi Pak Angga, saya lihat Non Lisa itu—““Lisa itu sodara saya, dia nggak punya siapa-siapa lagi selain saya.”“T-tapi –““Udah, saya yang nanggung kalo Angga marah. Ayo aku mau jemput Lisa.” Kinanti tak mau mendengarkan saran Ningsih.Ningsih membuang nafas, dia merasa Kinanti sudah terlalu jauh melanggar apa yang tidak di perbolehkan Angga. Tapi Ningsih tak bisa berbuat banyak, dia pun tak

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Celina.

    Pagi ini Angga terlihat lebih tampan dari biasanya. Kinanti memasangkan dasi di leher jenjang Angga. Dengan terampil tangan Kinanti memasang tali simpul. Setelah selesai telapak tangannya menepuk dada Angga, bibirnya mengulas senyum bahagia.“Sudah sayang, makin tampan aja.” Tanpa aba-aba Kinanti mengecup bibir lelakinya.Belum juga membalikkan badan Angga sudah menarik pinggang yang sudah semakin berisi ini. “Tambah lagi, kok kilat.” “Ish, udah segitu aja. Malam nanti aku tambahin.”“Aku nanti langsung ke Jogja kamu lupa?” Angga semakin mengikis jarak. “Tapi kamu udah rapih, nanti minta lebih.” Suara Kinanti rendah. Sungguh gairahnya tak bisa ia kuasai. Setelah mengandung dia tak bisa dekat-dekat dengan Angga.Angga menghentak tubuh kinanti mengangkat bokong istrinya. Kaki kinanti melingkar di pinggang Angga. mata mereka saling menatap, lalu senyum terbit di bibir mereka. “Pegangan yang kuat aku gendong kamu ke bawah.” Lelaki ini keluar kamar lalu turun perlahan dengan dengan

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Kapan Tobatnya.

    “Ada apa? Kenapa kamu selalu curiga!!" Suara Angga terdengar tak suka selalu di tuduh. “Ini ada noda lipstik, Mas?” Hati Kinanti terbakar cemburu. Dulu dia memang tipe wanita pencemburu. Tetapi belakangan rasa cemburunya semakin berlebihan. Angga melepas kemejanya, melihat kerah yang di tunjuk kinanti, ingatannya kembali pada saat Celina memeluknya. “Oh ini?" Suara Angga melunak "Tak usah salah paham, Ki. Aku tak melakukan apapun. Aku hanya ngobrol biasa dengan Celina, aku tak mau dia salah jalan lagi pergi dengan lelaki tak tepat " Kinanti bergeming masih menatap dengan penuh tanda tanya. Angga mengulas senyum teduh, tau persis Kinanti masih menaruh curiga. “Kamu cemburu?” Wajah Kinanti memberengut. Kepalanya mengangguk. Melihat reaksi Kinanti Angga meletakkan telapak tangan di perut Kinanti. Mengelus-elus halus perut yang masih rata. Lalu mengecup pipi wanita ini. Kinanti mendorong tubuh Angga. Tetapi Angga mendekap tubuh Kinanti, walau berontak wanita ini tak dapat melonggar

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Nasehat.

    Ruangan terasa hening. Angga menatap Celina intens, dia mengamati setiap gerakan yang dilakukan wanita cantik ini. “Aku tau ada yang kamu sembunyikan. Katakan apakah Niko sudah beristri?”Celina mencebik. “Aku bisa mengurus diriku sendiri? Tak usah selalu ikut campur.” “Apa ikut campur? Kamu pikir apa yang aku lakukan ikut campur? Aku melindungi kamu, Lin. Aku tak mau kamu terluka.”“Omong kosong, kamu tak sadar sudah melukaiku?” Celina memalingkan wajah.Kedua telapak tangan Angga mengepal, rahangnya mengetat. Perlahan Angga menarik nafas dalam lalu menghembuskan perlahan, berusaha mengontrol emosinya. Dia sadar kemarin sempat melukai Celina. Angga bangun dari duduk berjongkok di hadapan Celina lalu menyentuh telapak tangan wanita cantik ini. Bola mata mereka saling menatap. “Kalau terjadi apa-apa langsung hubungi aku.”Ada rasa nyeri di hati Celina saat iris mereka bertemu, ada sedikit penyesalan kenapa dia tak memperjuangkan Angga, dia selalu mengikuti egonya, genggaman tangan le

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status