Compartir

Masa Lalu

Autor: Azzurra
last update Última actualización: 2025-10-11 12:42:43

“Kinan! Kamu di sini?” Bram menatap Kinan tak percaya.

“B-Bram.” Bibir Kinan kelu, merasa terkejut mendapati Bram di sini.

“Apa kabar, Ki? Kamu makin cantik.” Bram melangkah mendekati Kinanti, terlihat jelas Bram bahagia melihat Kinanti.

Bram melangkah satu langkah, kaki Kinan mundur satu langkah. Nahas, punggung Kinan terbentur tembok. Kinanti terjebak.

Bibir Bram tersungging menyeringai, kakinya melangkah maju, semakin mengikis jarak. “Dengar-dengar kamu masih sendiri. Kamu belum bisa melupakan aku, Ki!”

“Jangan dekat-dekat,” sentak Kinan. “Bram, minggir, aku mau lewat.” Wanita ini berusaha mendorong dada Bram yang semakin tak berjarak dari tubuhnya.

Bram semakin mendekat, menyentuh ujung rambut Kinanti yang menjuntai di depan dada lalu mencium perlahan, “Harum kamu masih sama, Ki. Aku mencari kamu. Ternyata kamu ada di sini.”

Mata Kinanti terbelalak. “Untuk apa kamu masih mencari aku?” Gadis ini terus berusaha mendorong dada Bram tapi tak membuahkan hasil. Bram semakin mendekatkan
Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Main Cantik.

    Isi kepala Kinanti semakin bingung, di rumah ini tak ada yang berani berbicara masalah pribadi Angga. Ningsih pelayan pribadinya pun tak mau mengucurkan informasi. Kinanti mengacak rambutnya, bingung kemana mencari tau informasi valid tentang Celina. Malam semakin larut, Kinanti sudah berada di dalam bedcover, Ningsih meminta Kinanti menggunakan pakaian kurang bahan sesuai keinginan Angga. “Sialan banget kamu, Ngga. Kalo bukan karna hutang, gue nggak bakalan mau pake baju kaya saringan begini.” Kinanti membuka bedcover, netranya menatap tubuh yang begitu menggoda. Keringat dingin bermunculan di dahi, sebab dada yang berdebar tak beraturan menanti Angga yang tak kunjung muncul, walau ac sudah disetel paling dingin tetap terasa panas di dalam kamar ini. Bunyi detak jam bersahutan dengan detak jantung Kinanti. Yang membuat Kinanti merutuki kebodohannya, dia tak bisa mendapatkan obat tidur untuk menjalankan rencananya. “Ya udah lah, pasrah aja, Ki

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Masih Belum Jelas.

    Bibir Angga berkedut melihat Kinanti kelimpungan saat di dekati, rasanya puas sekali melihat ekspresi tak berdaya dari Kinanti. Angga tau jika saat ini Kinanti sangat tertekan, memikirkan dirinya sendiri, yang kini berperan sebagai perebut suami orang. Angga duduk sambil mengotak atik gawai menunggu Kinanti kembali dari bawah. Beberapa pesan masuk dari Celina juga dari Anwar. Lelaki ini hanya membaca pesan Celin, tak berniat untuk membalasnya. Lama menunggu gadis ini tak kunjung datang. Angga pun akhirnya membersihkan tubuh. “Masih banyak waktu mengerjai dia, Ngga.” Lelaki ini bergumam, bangun dari duduk menuju kamar mandi. Setelah mandi dia lekas mengambil pakaian yang sudah tersusun rapih di samping pakaian Kinanti. Bibirnya terus mengulas senyum menawan, sesungguhnya jantungnya juga berdetak tak teratur saat berdekatan dengan Kinanti, tetapi Angga berusaha mengontrol dengan baik, agar tak terlihat oleh gadis yang entah mengapa dia begitu mendambanya.

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Ketus Mulu itu Mulut.

    “Nyatanya iya, ‘kan? Kamu mau nikah sama saya karna uang.” Perasaan Kinan semakin tak karuan mendengar perkataan Angga. Lelaki ini tersenyum sinis sambil melangkah keluar dari lift. Mata Kinan lagi-lagi berembun, dadanya berdenyut nyeri mendengar jawaban Angga, jari-jari tangannya meremat tali tas yang dia pegang. "Jahat banget mulutnya Anggara Wijaya Kusuma," gumam Kinanti. Gadis ini terus mengikuti langkah lelaki angkuh yang kini sudah menjadi suaminya. Lalu masuk ke dalam mobil yang sama, yang sudah menunggu di depan lobi. Kinan sangat menyadari banyak pasang mata yang menatap penuh tanya. Kinan hanya bisa menunduk, duduk di sebelah Angga, berusaha tak peduli pada tatapan bertanya dari orang lain. sepanjang perjalanan pulang gadis ini enggan membuka obrolan, karna di setiap obrolan pasti akan ada kata-kata yang bisa membuatnya sakit. Pandangannya kosong menatap jalan raya yang selalu padat merayap. Angga pun tak ingin mengatakan apapun. Pikirannya dipenuhi kekesalan. Hari ini i

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Karna Uang.

    “Ki. Lo kenapa?” Nindia menarik kursi di sebrang meja Kinan, lalu duduk di sebelah gadis yang sedang tergugu menenggelamkan kepala di atas meja. “Udah makan belum?” tanya Nindia lagi karna Kinan tak menjawab pertanyaannya. Kinan masih tak menjawab, Nindia hanya bisa mendesah mengelus punggung Kinan. “Sabar aja Ki. Pasti Allah bakal nolong, elo.” “Dosa gue banyak banget kali ya, Nin. Gue ngerasa Allah nggak adil banget, gue ditinggal orang tua masih kecil, berjuang hidup sendiri sampe lulus sarjana. Sekarang gue harus nanggung hutang orang lain dengan mengadaikan harga diri, parahnya lagi gue jadi istri simpanan, Nin. Ancur banget harga diri gue. Ancur hidup gue, kalo Pak Angga udah puas dan buang gue, selesai hidup gue, Nin.” Kinanti berbicara sambil terbata-taba mengeluarkan Isak tangis. “Ki, inget masih ada Allah, sebaik-baik penolong adalah Allah, lo jangan putus asa, berdoa terus semoga Pak Angga di beri hati yang luas, bisa memperlakukan lo dengan baik.” Nindia memberikan ti

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Ancaman.

    Kinanti bangun dari tidur. Dilihatnya Angga sudah tak ada di sampingnya, di raih pakaian yang tergantung di dekat jendela lalu memakainya. Gadis ini kembali duduk di pinggir ranjang, menatap arah nakas. Ada makanan di sana dan selembar kertas berisikan tulisan, agar Kinanti memakan makan siang yang sudah terlewatkan.Bibir gadis ini tersenyum, hatinya kembali berdesir. Biarpun Angga terkesan jahat, tetapi nyatanya dia tak melukai Kinanti secara fisik, semarah apapun dia pada Kinanti. Namum kata-kata yang keluar dari bibir Angga masih sering membuat Kinanti sakit hati.“Aku yakin kamu masih mencintaiku, Ngga. Sampai kapan kamu marah padaku?” Kinanti meraup wajahnya dengan kedua telapak tangan, setelah detak jantungnya tenang dia mengambil nampan, memakan makanan perlahan sambil masih terus memikirkan nasib ke depan.“Ya Allah. Apa yang harus aku lakukan?” Selama makan, gadis cantik ini terus berpikir.Setelah menghabiskan makan, Kinanti merapikan penampilan, menatap lama dirinya di cer

  • Jerat Obsesi Masa Laluku.   Dendam.

    Bibir Celin tersenyum penuh arti. “Tenang saja, Mah, dia bukan sainganku.”Martha menyeruput jus di dalam gelas pelan, menatap putrinya yang tampak percaya diri dengan semua keputusannya.“Kakek.” Suara cempreng Kayla menghentikan perbincangan anak dan ibu ini.“Papah, dari mana?” tanya Martha, bangun dari duduk, menuntun tangan Anwar.“Jalan-jalan saja,” ujar Anwar, duduk di sofa sebelah Celin.“Kek, aku mau ke Eropa. Mau sekalian belajar desain di sana.” Wanita seksi ini bergelayut manja di bahu Anwar.“Kamu mau meninggalkan cicit Kakek yang cantik ini lagi?” Anwar mencium pipi Kayla yang berada di pangkuannya.“Aku butuh refreshing, Kek. Lagipula aku merasa enggak enak lihat Angga dan istrinya.” Wajah Celina berubah suram.Anwar menatap wajah Celina. “Kamu cemburu?”“Bagaimana enggak cemburu lihat suami menikah lagi, Kek.”Anwar menghela napas berat, menggenggam jemari cucunya. “Kamu tak mau mengambil hati Angga selama ini.”“Aku perempuan, memiliki harga diri. Dia tak mau menyentu

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status