Beranda / Romansa / Jerat Obsesi Presdir Tampan / Berakhir Di Kamar Hotel

Share

Jerat Obsesi Presdir Tampan
Jerat Obsesi Presdir Tampan
Penulis: Planet Zamzan

Berakhir Di Kamar Hotel

Penulis: Planet Zamzan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-28 07:11:49

"Sudah cukup, Nona!" 

Malam semakin larut, tapi Nila masih betah menghabiskan waktu dengan minum-minum di bar. 

Bukan tanpa alasan dia mabuk malam itu. Semua gara-gara dia diputus lelaki yang menjadi kekasihnya selama tiga tahun. Dunianya runtuh, sehingga malam ini Nila nekat pergi ke bar untuk menghilangkan kesedihannya barang sejenak. 

"Berikan padaku!" Nila memprotes sambil menarik kasar botol minuman dari bartender yang berusaha menahannya. Pria itu menghela napas pasrah dan membiarkan Nila kembali tenggelam dalam dunianya sendiri.

Bersloki-sloki gelas sudah dihabiskan hingga Nila kini tidak sanggup lagi mengangkat kepala. Beberapa kali bartender bertanya apa dia baik-baik saja dan dia menjawabnya sambil terkikik. 

Nila malam itu begitu cerewet. Bahkan dirinya sudah mirip orang gila yang sebentar-sebentar tertawa, sebentar-sebentar menangis dan sebentar-sebentar memaki-maki. Hingga sepasang matanya menangkap sosok seorang pria yang duduk sendiri di sofa yang ada di sudut ruangan, tengah menikmati minuman yang tersaji di atas meja. 

Entah dia salah melihat atau memang benar pria itu adalah Dito, kekasihnya yang menyebabkan Nila minum-minum di bar ini. Kakinya turun dari kursi dan menginjak lantai, melangkah menghampiri pria itu. 

Namun, baru saja dia hendak mencapai tempat duduk pria itu, tubuhnya oleng dan terjatuh. Dia tidak tahu apa yang terjadi, yang jelas kini Nila sudah ada di bahu pria itu yang memapahnya duduk. 

"Nona, kamu tidak apa-apa?" Nila yang mendapat sentuhan tangan di bahu menoleh. 

"Dito? Kenapa kamu ada di sini? Kamu menyusul aku, ya?" Sepasang mata Nila membulat. Namun sejurus kemudian kepalan tangan mungilnya menghantam dada pria itu. "Kamu jahat! Kenapa kamu ninggalin aku? Kenapa, Dito?" teriaknya sambil menangis, membuat pengunjung bar di sekitar mereka menoleh ke arah Nila dan pria itu. 

"Maaf, Nona ... sepertinya kamu salah paham." 

"Brengsek kamu, Dito!" Nila memaki. Dada pria itu masih dipukulinya dengan keras. 

Si pria mencoba menenangkan, namun gadis itu malah histeris. Nila benar-benar ingin melampiaskan rasa sakit hatinya pada sang mantan kekasih. 

"Aku permisi," ucap pria itu seraya beranjak dari duduknya saat Nila semakin menjadi-jadi. Tentu saja Nila tidak akan membiarkan pria itu pergi begitu saja. 

"Eh, jangan pergi. Enak saja kamu!" Nila meraih lengan pria itu dan menariknya hingga tubuh pria itu sedikit oleng. "Kamu tidak boleh pergi," rengek Nila sambil memeluk lengannya erat. 

"Maaf, Nona ... kamu salah orang," tegas pria itu seraya berusaha melepaskan diri. Namun pelukan Nila malah semakin erat. 

"Ihh! Pokoknya kamu nggak boleh pergi. Kamu nggak boleh pergi!" Nila terus merengek. Dia tidak peduli pada pengunjung bar yang sebagian memperhatikannya. Bahkan ada beberapa pria yang mendekati mereka. 

Hingga Nila merasakan lengannya ditarik seseorang dan dirinya dibawa keluar dari bar. Dia menurut saja sambil terus memukuli bahu pria yang menggandeng lengannya itu. Kemudian Nila didorong masuk ke dalam mobil. Entah ke mana pria itu akan membawanya, yang jelas tiba-tiba saja dia sudah berada di sebuah kamar mewah nan luas. 

Nila mendongak dan dengan pandangannya yang buram dia melihat seraut wajah tampan ada di sampingnya. Sepasang mata keduanya bertemu dan terpaku untuk beberapa saat. 

"Kamu sangat tampan dan... memesona." Nila tanpa sadar menyuarakan isi hatinya. 

Dia tidak tahu siapa orang yang sedang berada di dekatnya itu dan sejujurnya tidak peduli. Perasaan campur aduk yang berkecamuk di dalam hatinya ditambah pengaruh alkohol yang masih begitu kuat, membuatnya benar-benar tidak bisa berpikir jernih. 

Nila merayap menyejajarkan wajahnya dengan wajah pria itu. Pelan, dia dekatkan bibirnya pada bibir pria itu lalu mengecupnya lembut. 

Mendapatkan perlakuan berani Nila padanya, untuk beberapa saat pria itu terperangah. Namun, tentu dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Sedangkan dirinya sudah sejak tadi menahan hasrat yang kian membesar. 

Dilahapnya bibir Nila dengan rakus. Pria itu semakin memperdalam ciumannya saat dia merasa Nila membalas dengan tak kalah rakusnya. Keduanya saling sesap bibir begitu dalam. Menggigit, mengulum dan lidah pun saling beradu. Pria itu bahkan kini berani menyentuh bagian-bagian sensitif tubuh Nila. Leher jenjang gadis itu tidak luput dari serangannya. 

"Emmh..." 

Nila tidak bisa lagi menahan desahan. Sentuhan seringan kapas itu membuat tubuhnya bergetar dan menginginkan lebih.

Pria itu kini memosisikan dirinya berada di atas Nila. Namun gadis itu tidak terima. Kini justru Nila lah yang mendominasi di atasnya. Tangan Nila bergerak meloloskan semua pakaian yang menempel di badannya dan juga badan pria itu. 

Tubuh keduanya kini polos tanpa sehelai benang pun. Terlihat pria itu menyempatkan diri untuk mengagumi tubuh Nila dengan lekuknya yang begitu indah di depan mata. Dua bongkahan bulat di dada Nila membuat pria itu mendamba untuk merasakannya. 

"Cantik..." Samar-samar Nila mendengar ia berujar di sela-sela desahan yang bersahutan di kamar itu.

Malam itu menjadi saksi dua insan yang menyimpan hasrat dan emosi dalam diri masing-masing, saling melampiaskan sesuatu yang mendesak dalam diri mereka. 

Keduanya tak lagi peduli bahwa mereka adalah dua orang yang baru saja bertemu dan tidak tahu sama sekali latar belakang masing-masing. Yang mereka rasakan hanyalah kenikmatan yang membutakan. 

***

Nila membuka matanya pelan. Kepalanya terasa begitu berat. Sepertinya semalam dia banyak sekali mengkonsumsi minuman beralkohol. Ingatan terakhirnya, dia minum-minum di bar dan berbicara tidak jelas dengan seorang bartender. 

Lalu, di mana dia sekarang? Nila tidak mengenal tempat ini. Dirinya terbaring di atas sebuah tempat tidur di kamar yang begitu luas. Namun, betapa terkejutnya dia saat menyadari di sampingnya ada seorang pria bertelanjang dada yang sedang tertidur. 

"Astaga..." Gadis itu seketika membekap mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara histeris akibat rasa terkejutnya yang teramat sangat. 

Sepasang mata indahnya membulat sempurna. "Apa yang sudah kulakukan?!" ucapnya setengah berbisik dengan mulut yang masih dia bekap sendiri. 

Dada Nila berdebar kencang saat dia menyadari bahwa dirinya pun tidak mengenakan sehelai benang pun. Dia hampir saja terpekik kembali. Pakaian yang semalam dikenakannya berhamburan di lantai. 

"Ya, Tuhan," ucap Nila sambil memegangi kepalanya yang masih terasa berat. Dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi semalam dengan pria itu. Pria yang dia sendiri tidak ingat kapan mereka bertemu. Bodoh, sungguh dirinya bodoh, Nila memaki dalam hati. 

Nila melangkah turun dari atas ranjang. Dia berjalan tanpa suara, memunguti pakaiannya di lantai dan dengan cepat mengenakannya. Dia begitu takut pria di atas ranjang itu akan terbangun. Setelah menyambar tas miliknya yang tergeletak di atas sofa, Nila bergegas pergi meninggalkan kamar itu. 

Sepanjang perjalanan pulang dengan taksi, Nila berusaha keras mengingat kejadian semalam. Namun, ingatannya terus saja berhenti saat dia berbicara dengan seorang bartender. 

Siapa pria yang tidur satu ranjang dengannya itu? Apa yang sudah terjadi? 

Nila menghela napas panjang karena tidak bisa mengingat apa pun. Dia baru saja diputus oleh Dito dan menyisakan rasa sakit yang luar biasa, kini dihadapkan dengan rasa sesal atas tindakan bodohnya minum-minum di bar sendirian dan berakhir bersama dengan pria asing. 

"Matilah aku!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Pena_Cinta81
putus cinta sampai khilafnya kelewatan ya kamu, nila
goodnovel comment avatar
Navizaa
pengaruh alkohol ya nila jadi lupa kejadian semalam .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Berbeda

    “Tolong! Tolong! Ziva takut! Papa! Kakak!” Haiden sontak terbangun karena racauan Adiknya, tidak hanya Haiden, Jason dan Nila juga langsung masuk ke kamar.“Adikmu kenapa? Terus kamu kenapa tidur di sini?” tanya Nila.“Ziva demam Ma, tadinya aku mau turun ambil kompres tapi tanganku dipeluk, niatku tunggu dia tenang, ternyata malah ketiduran. Terus ini tadi terbangun gara-gara Ziva mengigau,” jelas Haiden.“Astaga, ya sudah, Mama ambilkan kompres dulu di bawah.” Nila langsung turun dan mengambil alat kompres untuk putrinya.Sementara Jason naik ke sisi lain kasur dan mengecek kondisi putrinya. Jika sakit begini Ziva akan sangat manja pada Papa dan Kakaknya. Nila benar-benar menciptakan saingannya sendiri, terbukti dari seberapa manja Ziva kepada para laki-laki di keluarga ini.Jason memberi ruang untuk Nila mengompres Ziva, sehingga posisinya Nila dan Ziva di tengah-tengah Jason dan Haiden. Setelah selesai mengompres Ziva dan memastikan suhu tubuhnya berangsur-angsur turun, ketiganya

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Demam

    Setelah kepergian Papa dan Kakaknya barulah Ziva bisa bernafas lega. Gadis itu lalu segera masuk ke dalam mobil, dan di susul oleh Kafka.“Untung aku buka pesanmu saat di lampu merah. Memangnya kenapa tidak mau terus terang?” “Kak Kafka nggak sadar juga? Masa setelah lihat reaksi mereka, Kakak masih nggak paham? Kakak sama Papaku itu posesif banget! Dari kecil baru Kakak cowok pertama yang jemput aku keluar, teman mainku semuanya perempuan. Kakakku punya kontak mereka semua, berbohong pun rasanya sia-sia. Pamit kerja kelompok aja respons mereka sudah begitu, bagaimana kalau tadi Kak Kafka terus terang? Sudah jelas aku tidak akan bisa keluar sama sekali Kak. Papa dan Kakakku bahkan bisa menjaga aku di kamar seharian penuh, persetan dengan janji temu mereka,” jelas Ziva.“Sebegitunya?” tanya Kafka tidak habis pikir.“Iya! Udah ayo berangkat Kak, kalau macet bagaimana?” tukas Ziva.“Ya sudah.” Kafka kemudian melajukan mobilnya menuju tujuan mereka. Sepanjang perjalanan Ziva sangat akti

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Pantai

    Minggu pagi ini, Nila cukup heran dengan anak-anaknya yang sudah bangun di waktu se pagi ini. Mungkin untuk Haiden itu hal yang wajar, tapi Ziva? Gadis itu bahkan bisa terlelap hingga sore hari jika hari libur seperti ini, alih-alih pergi keluar bersama teman-temannya.Itulah mengapa Haiden kerap memanggilnya putri tidur. Karena kesehariannya memang tidur, tidur, dan tidur. Betapa terkejutnya Nila dan Jason saat sang putri tidur sudah bangun dan mandi di pagi hari.“Dalam rangka apa ini? Kok tuan putrinya Papa pagi-pagi sudah rapi?” Jason merangkul Ziva yang sudah rapi, rambutnya digerai dan dihiasi bandana merah muda.“Ziva ada kerja kelompok Pa,” balas gadis itu.“Alah! Biasanya juga mau ada bencana alam tetap aja tidur. Jujur aja Dek, dalam rangka apa kamu begini?” tanya Haiden yang baru turun dari lantai dua.“Serius!” sergah Ziva dengan wajah kesal.“Mau naik apa? Mobilmu Kakak pakai jalan sama Kak Anna. Mobil Kakak di bengkel, kalau pakai motor nggak enak, pulang malam soalnya,”

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Sastra Inggris

    Pagi-pagi sekali para orang tua berangka ke bandara dengan menggunakan taksi. Mereka akan pergi ke Surabaya selama tiga hari dua malam. Jadi, selama itu Haiden bertanggung jawab penuh atas adik-adiknya. Saat ini waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi, Haiden lalu membangunkan Haira lebih dulu. Pria itu menggedor-gedor kamar Haira, setelah lama tidak ada jawaban akhirnya pria itu masuk.Percuma saja membangunkan Haira dengan cara normal, satu-satunya cara adalah melakukan hal di luar nalar seperti ....“Anjing, ini apaan sih? Ganggu banget senter? Senter apaan warna hijau? Biasanya juga kalau nggak kuning ya putih. Ini kalau pecah begini, bisa di lem nggak ya? Ini juga, tongkat buat bantu menyeberangi jalan? Buang aja mendingan, nanti kalau Ziva tanya pura-pura nggak tau aja.”“KAKAK!” Haira menatap nyalang ke arah kakaknya yang duduk di meja rias dengan santai. Koleksi lightstick nya juga masih pada tempatnya.“Akhirnya ketemu juga, cara ampuh membangunkan putri tidur kita yang

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Tumbuh

    Setelah memutuskan pindah ke pulau Dewata Bali dua belas tahun yang lalu. Kini keempat anak itu sudah beranjak dewasa.Haiden Wirabraja sembilan belas tahun, Mahasiswa semester dua. Haira Ziva Wirabraja empat belas tahun, kelas tiga SMP. Zain Bagaskara tiga belas tahun, kelas dua SMP. Zaira Azura Bagaskara dua belas tahun, kelas satu SMP.Haira, Zain, dan Zaira bersekolah di tempat yang sama. Biasanya Zain dan Zaira akan berangkat bersama Roland dan Jason pergi ke kantor. Sementara Haira akan diantar oleh Haiden. Pria itu memang sangat over protektif pada Haira. Itu semua karena tingkah Haira yang benar-benar sangat centil. Kerap kali Haiden menghadiri panggilan orang tua Haira karena gadis itu menggunakan alat-alat kecantikan di sekolah. Bahkan saat jam olahraga, gadis itu tidak segan membawa pengering rambut karena Haira selalu keramas saat merasa tubuhnya gatal dan berkeringat.Kadang kala karena Haira menggunakan cat kukku, memoles wajahnya dengan make up, menggunakan sepatu puti

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Tamara Melahirkan

    “Akh!” Tamara yang merasakan perutnya sangat keram, engap, dan mules sontak menjambak rambut Roland yang terlelap di sebelahnya.“Mas! Perutku! Perutku sakit Mas!” “Aduh, sakit Ra,” keluh Roland saat rambutnya ditarik kuat oleh Tamara.Pria itu kemudian bangun dan langsung menggendong Tamara lalu membawanya ke mobil. Saat melihat Bayu yang sedang berjaga di depan rumah Jason, pria itu segera berteriak.“Bay! Kemari tolong saya!” Bayu segera mendekat lalu menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, “Ada apa? Tolong apa?” “Istri saya mau melahirkan, tolong sopiri kami ke rumah sakit,” ujar Roland.Bayu segera naik dan langsung menyopiri Roland ke rumah sakit. Saking paniknya, pria itu sampai lupa meminta izin para Nila.“AAAAAAAA! AYO CEPETAN! PERUTKU SAKIT! INGIN BUANG AIR BESAR RASANYA!”“SAKIT MAS! SAKIT!”“I-iya Ra, ini kepala saya juga sakit kalau kamu jambak begini,” keluh Roland.“Dijambak aja sudah mengeluh! Sini bertukar! Hamil aja kamu, biar tahu rasanya!”Tamara lalu menarik r

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status