Share

Jerat Obsesi Presdir Tampan
Jerat Obsesi Presdir Tampan
Penulis: Planet Zamzan

Berakhir Di Kamar Hotel

"Sudah cukup, Nona!" 

Malam semakin larut, tapi Nila masih betah menghabiskan waktu dengan minum-minum di bar. 

Bukan tanpa alasan dia mabuk malam itu. Semua gara-gara dia diputus lelaki yang menjadi kekasihnya selama tiga tahun. Dunianya runtuh, sehingga malam ini Nila nekat pergi ke bar untuk menghilangkan kesedihannya barang sejenak. 

"Berikan padaku!" Nila memprotes sambil menarik kasar botol minuman dari bartender yang berusaha menahannya. Pria itu menghela napas pasrah dan membiarkan Nila kembali tenggelam dalam dunianya sendiri.

Bersloki-sloki gelas sudah dihabiskan hingga Nila kini tidak sanggup lagi mengangkat kepala. Beberapa kali bartender bertanya apa dia baik-baik saja dan dia menjawabnya sambil terkikik. 

Nila malam itu begitu cerewet. Bahkan dirinya sudah mirip orang gila yang sebentar-sebentar tertawa, sebentar-sebentar menangis dan sebentar-sebentar memaki-maki. Hingga sepasang matanya menangkap sosok seorang pria yang duduk sendiri di sofa yang ada di sudut ruangan, tengah menikmati minuman yang tersaji di atas meja. 

Entah dia salah melihat atau memang benar pria itu adalah Dito, kekasihnya yang menyebabkan Nila minum-minum di bar ini. Kakinya turun dari kursi dan menginjak lantai, melangkah menghampiri pria itu. 

Namun, baru saja dia hendak mencapai tempat duduk pria itu, tubuhnya oleng dan terjatuh. Dia tidak tahu apa yang terjadi, yang jelas kini Nila sudah ada di bahu pria itu yang memapahnya duduk. 

"Nona, kamu tidak apa-apa?" Nila yang mendapat sentuhan tangan di bahu menoleh. 

"Dito? Kenapa kamu ada di sini? Kamu menyusul aku, ya?" Sepasang mata Nila membulat. Namun sejurus kemudian kepalan tangan mungilnya menghantam dada pria itu. "Kamu jahat! Kenapa kamu ninggalin aku? Kenapa, Dito?" teriaknya sambil menangis, membuat pengunjung bar di sekitar mereka menoleh ke arah Nila dan pria itu. 

"Maaf, Nona ... sepertinya kamu salah paham." 

"Brengsek kamu, Dito!" Nila memaki. Dada pria itu masih dipukulinya dengan keras. 

Si pria mencoba menenangkan, namun gadis itu malah histeris. Nila benar-benar ingin melampiaskan rasa sakit hatinya pada sang mantan kekasih. 

"Aku permisi," ucap pria itu seraya beranjak dari duduknya saat Nila semakin menjadi-jadi. Tentu saja Nila tidak akan membiarkan pria itu pergi begitu saja. 

"Eh, jangan pergi. Enak saja kamu!" Nila meraih lengan pria itu dan menariknya hingga tubuh pria itu sedikit oleng. "Kamu tidak boleh pergi," rengek Nila sambil memeluk lengannya erat. 

"Maaf, Nona ... kamu salah orang," tegas pria itu seraya berusaha melepaskan diri. Namun pelukan Nila malah semakin erat. 

"Ihh! Pokoknya kamu nggak boleh pergi. Kamu nggak boleh pergi!" Nila terus merengek. Dia tidak peduli pada pengunjung bar yang sebagian memperhatikannya. Bahkan ada beberapa pria yang mendekati mereka. 

Hingga Nila merasakan lengannya ditarik seseorang dan dirinya dibawa keluar dari bar. Dia menurut saja sambil terus memukuli bahu pria yang menggandeng lengannya itu. Kemudian Nila didorong masuk ke dalam mobil. Entah ke mana pria itu akan membawanya, yang jelas tiba-tiba saja dia sudah berada di sebuah kamar mewah nan luas. 

Nila mendongak dan dengan pandangannya yang buram dia melihat seraut wajah tampan ada di sampingnya. Sepasang mata keduanya bertemu dan terpaku untuk beberapa saat. 

"Kamu sangat tampan dan... memesona." Nila tanpa sadar menyuarakan isi hatinya. 

Dia tidak tahu siapa orang yang sedang berada di dekatnya itu dan sejujurnya tidak peduli. Perasaan campur aduk yang berkecamuk di dalam hatinya ditambah pengaruh alkohol yang masih begitu kuat, membuatnya benar-benar tidak bisa berpikir jernih. 

Nila merayap menyejajarkan wajahnya dengan wajah pria itu. Pelan, dia dekatkan bibirnya pada bibir pria itu lalu mengecupnya lembut. 

Mendapatkan perlakuan berani Nila padanya, untuk beberapa saat pria itu terperangah. Namun, tentu dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Sedangkan dirinya sudah sejak tadi menahan hasrat yang kian membesar. 

Dilahapnya bibir Nila dengan rakus. Pria itu semakin memperdalam ciumannya saat dia merasa Nila membalas dengan tak kalah rakusnya. Keduanya saling sesap bibir begitu dalam. Menggigit, mengulum dan lidah pun saling beradu. Pria itu bahkan kini berani menyentuh bagian-bagian sensitif tubuh Nila. Leher jenjang gadis itu tidak luput dari serangannya. 

"Emmh..." 

Nila tidak bisa lagi menahan desahan. Sentuhan seringan kapas itu membuat tubuhnya bergetar dan menginginkan lebih.

Pria itu kini memosisikan dirinya berada di atas Nila. Namun gadis itu tidak terima. Kini justru Nila lah yang mendominasi di atasnya. Tangan Nila bergerak meloloskan semua pakaian yang menempel di badannya dan juga badan pria itu. 

Tubuh keduanya kini polos tanpa sehelai benang pun. Terlihat pria itu menyempatkan diri untuk mengagumi tubuh Nila dengan lekuknya yang begitu indah di depan mata. Dua bongkahan bulat di dada Nila membuat pria itu mendamba untuk merasakannya. 

"Cantik..." Samar-samar Nila mendengar ia berujar di sela-sela desahan yang bersahutan di kamar itu.

Malam itu menjadi saksi dua insan yang menyimpan hasrat dan emosi dalam diri masing-masing, saling melampiaskan sesuatu yang mendesak dalam diri mereka. 

Keduanya tak lagi peduli bahwa mereka adalah dua orang yang baru saja bertemu dan tidak tahu sama sekali latar belakang masing-masing. Yang mereka rasakan hanyalah kenikmatan yang membutakan. 

***

Nila membuka matanya pelan. Kepalanya terasa begitu berat. Sepertinya semalam dia banyak sekali mengkonsumsi minuman beralkohol. Ingatan terakhirnya, dia minum-minum di bar dan berbicara tidak jelas dengan seorang bartender. 

Lalu, di mana dia sekarang? Nila tidak mengenal tempat ini. Dirinya terbaring di atas sebuah tempat tidur di kamar yang begitu luas. Namun, betapa terkejutnya dia saat menyadari di sampingnya ada seorang pria bertelanjang dada yang sedang tertidur. 

"Astaga..." Gadis itu seketika membekap mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara histeris akibat rasa terkejutnya yang teramat sangat. 

Sepasang mata indahnya membulat sempurna. "Apa yang sudah kulakukan?!" ucapnya setengah berbisik dengan mulut yang masih dia bekap sendiri. 

Dada Nila berdebar kencang saat dia menyadari bahwa dirinya pun tidak mengenakan sehelai benang pun. Dia hampir saja terpekik kembali. Pakaian yang semalam dikenakannya berhamburan di lantai. 

"Ya, Tuhan," ucap Nila sambil memegangi kepalanya yang masih terasa berat. Dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi semalam dengan pria itu. Pria yang dia sendiri tidak ingat kapan mereka bertemu. Bodoh, sungguh dirinya bodoh, Nila memaki dalam hati. 

Nila melangkah turun dari atas ranjang. Dia berjalan tanpa suara, memunguti pakaiannya di lantai dan dengan cepat mengenakannya. Dia begitu takut pria di atas ranjang itu akan terbangun. Setelah menyambar tas miliknya yang tergeletak di atas sofa, Nila bergegas pergi meninggalkan kamar itu. 

Sepanjang perjalanan pulang dengan taksi, Nila berusaha keras mengingat kejadian semalam. Namun, ingatannya terus saja berhenti saat dia berbicara dengan seorang bartender. 

Siapa pria yang tidur satu ranjang dengannya itu? Apa yang sudah terjadi? 

Nila menghela napas panjang karena tidak bisa mengingat apa pun. Dia baru saja diputus oleh Dito dan menyisakan rasa sakit yang luar biasa, kini dihadapkan dengan rasa sesal atas tindakan bodohnya minum-minum di bar sendirian dan berakhir bersama dengan pria asing. 

"Matilah aku!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Navizaa
pengaruh alkohol ya nila jadi lupa kejadian semalam .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status