Share

Masa Lalu vs Masa Kini

Dahulu kala, Ayahnya Rendra yang bernama Kallandra atau kerap di sapa Andra menikah dengan seorang wanita bernama Rena.

Saat itu Andra memiliki mantan kekasih bernama Monica yang masih saja mengganggunya meski Andra sudah tidak mencintai wanita itu lagi.

Tapi ternyata Rena pun memiliki mantan kekasih bernama Edward yang masih mencintainya.

Singkat cerita, Monica dan Edward malah saling jatuh cinta dan menjadi sahabat Andra dan Rena.

Kisah tukar jodoh tersebut berlaku bagi anak-anak mereka karena nyatanya Rendra yang merupakan anak dari Andra dan Rena saat itu terpaksa menikah dengan Aura-anak dari Monica bersama Edward untuk menyelamatkan nama baik keluarga Edward karena calon suami Aura kabur satu hari sebelum pesta pernikahan digelar.

Mau tidak mau Rendra akhirnya setuju menikahi Aura walaupun ia mencintai Alisha dan pernah berjanji untuk menikahinya.

Alisha adalah anak angkat dari Kakek dan Nenek Kejora yang pernah mencintai Rendra.

Meski pada saat itu Alisha dan Rendra menyatakan sudah tidak saling mencintai lagi karena Alisha telah mengikhlaskan Rendra begitu pula Rendra yang sangat mencintai Aura, akan tetapi hubungan di masa lalu antara keduanya selalu menjadi masalah dalam rumah tangga Rendra dan Aura.

Seiring berjalannya waktu, Dalmiro Benedict yang merupakan klien bisnis Rendra hadir mewarnai perjalanan kisah cinta Rendra dan Aura.

Pria berkebangsaan Jerman itu sangat mencintai Aura dan ingin sekali memilikinya tapi garis takdir malah menuntun Ben dan Alisha bertemu hingga akhirnya saling jatuh cinta.

Akhirnya, Alisha memutuskan untuk pergi bersama Ben ke belahan dunia lainnya. Menjauh dari keluarga Gunadhya agar tidak menjadi duri dalam keluarga mereka.

Ketika itu Alisha mengirim surat kepada Aura meminta maaf karena pernah nyaris menghancurkan rumah tangga Aura dan memberi tau bila ia sudah tidak mencintai Rendra lagi.

Alisha menyatakan jika cintanya hanya untuk Delmiro Benedict atau yang sering dipanggil Ben, seorang anak konglomerat Jerman.

Tapi saat Aura membalas suratnya, Alisha sengaja tidak membalasnya lagi.

Alisha juga selalu menghindar ketika orang suruhan kedua orang tua angkatnya mencari keberadaan dirinya dan sang suami.

Bagai sebuah Karma yang turun temurun menimpa keluarga mereka, saat ini Kejora-anak bungsu Rendra dan Aura mencintai Arjuna yang tidak lain adalah anak semata wayang Ben dengan Alisha.

Biarpun perasaan cintanya dianggap sebagai sebuah Karma tapi bagi Kejora, Karma tersebut adalah karma termanis yang pernah menyambangi hidupnya.

Kejora sudah bisa dikendalikan, duduk di antara kedua orang tuanya seraya menopang dagu dengan tangan, menatap Arjuna tanpa jeda.

Mereka semua melupakan sikap absurd Kejora tadi setelah Kejora dan Arjuna menceritakan perihal pertemuan mereka.

Kedua orang tua Arjuna menganggap permintaan Kejora untuk dinikahkan dengan Arjuna hanyalah candaan semata.

Lain halnya dengan Rendra yang telah mengetahui cerita setelah pertemuan sang anak dengan Arjuna yang hingga membuat mereka jauh-jauh terbang ke Jerman.

“Bundaaaa,” rengek Kejora saat sang Bunda mengusap wajahnya dengan tangan.

“Tahan harga Kejora, kamu cewek ... jangan terang-terangan gitu ngeliatinnya? Untuk apa diciptakan curi-curi pandang kalau kamu sampe melotot ngeliatin Arjuna,” bisik sang Bunda dengan menggerakan bibirnya secara terbatas agar yang lain tidak mendengar.

Bibir Kejora mencebik, melanjutkan makan siangnya sambil mencuri-curi pandang ke arah Arjuna yang tidak sedikitpun mengarahkan tatapan padanya.

Kedua orang tua Arjuna dan Kejora masih lanjut menceritakan banyak hal pada anak-anaknya.

Termasuk mengenai kisah cinta di masa lampau antara Alisha dengan Rendra.

Arjuna tercenung saat mencerna cerita masa lalu kedua orang tuanya yang baru ia ketahui sekarang dan ternyata sangat menggelikan.

Bisa-bisanya mereka berempat tampak seperti tidak pernah terjadi sesuatu sementara dulu pernah terlibat perasaan yang bernama cinta.

Tapi melihat kemesraan kedua orang tuanya hingga kini, Arjuna harus percaya dengan dongeng tersebut.

Arjuna melirik arloji di tangan, meraih gelas untuk menandaskan isinya.

“Mom ... Dad ... Juna harus kembali ke kantor, ada yang masih harus Juna selesaikan.” Arjuna berdiri dari kursinya.

“Oke sayang, hati-hati ya ...,” ujar sang Mommy seraya mengecup pipi kiri dan pipi kanan Arjuna.

“Om ... Tante, Juna duluan ... makan siang kali ini biar Juna yang bayar,” pamit Arjuna sopan kepada Rendra dan Aura.

Arjuna masih enggan mengarahkan tatapannya kepada Kejora, trauma dengan kejadian sial yang menyertai interaksinya dengan gadis itu.

Rendra dan Aura tersenyum menanggapi, Arjuna sedikit menganggukan kepala kemudian melangkah pergi dari sana.

“Eeeh ... mau kemana?” Aura menarik tangan si bungsu yang terburu-buru berdiri dari kursinya.

“Ke toilet, Bun ... kebelet,” ujar Kejora berdusta.

Mata sang Bunda memicing tidak percaya. “Ya udah Kejora pipis di sini.” Kejora menjatuhkan kembali bokongnya di kursi.

“Eeeehhh ... jangan!” sang Bunda berseru, menarik kembali Kejora agar berdiri untuk segera pergi ke toilet.

Kejora tersenyum penuh kemenangan, setengah berlari menyusul Arjuna yang baru saja membayar bill di kasir.

***

“Hai tampan, buru-buru amat!” Kejora berseru membuat Arjuna yang melangkah tergesa di jalan setapak menuju tempat parkir pun menoleh.

Kalimat yang diucapkannya tadi merupakan bahasa Indonesia dan Arjuna mengerti maksud Kejora yang sedang menggodanya ketika memanggilnya demikian.

“Enggak ada kerjaan,” balas Arjuna ketus menggunakan bahasa Indonesia.

“Enggak nyangka ya, ternyata kamu anak dari saudara angkat Ayah ... lalu kenapa kita tidak saling mengenal, siapa tau nanti kita bisa saling jatuh cinta,” racau Kejora seraya mempercepat langkah menyusul Arjuna.

Arjuna berhenti tepat di samping mobilnya ketika tubuh Kejora menghalangi pintu mobil.

“Kenapa enggak pake supir? Ayah dan Kakak-kakakku kemana-mana diantar supir,” Kejora bertanya, menghiraukan ekspresi Arjuna yang tampak gusar.

Arjuna melangkah semakin mendekat dengan tatapan tajam menghujam Kejora membuat Kejora mundur selangkah demi selangkah hingga terdesak ke badan mobil.

Kepala Arjuna menunduk sampai pada akhirnya hanya menyisakan jarak lima sentimeter di depan wajah Kejora yang mematung dengan ekspresi tegang sambil menahan nafas.

Aroma parfum Arjuna membuat Kejora memejamkan mata sambil tersenyum membayangkan ketika Arjuna sedang menyemprotkan parfum tersebut di tubuh berototnya.

“Aku tidak menyukai perempuan genit sepertimu mengganggu hidupku, pergi sekarang juga atau aku akan membawamu ke hotel dan menghabisimu di sana,” ancam Arjuna sambil menggeram menahan kesal.

Mata Kejora seketika terbuka.

Cup.

Sebuah kecupan mendarat cantik di bibir Arjuna. Sekilas saja tapi ia bisa tau bila Kejora belum berpengalaman dalam hal itu.

“Arjuna, aku telah memberikan first kiss-ku ... jadi kamu harus bertanggung jawab dan aku akan senang hati kamu habisi di atas ranjang sebuah hotel, setelah kita resmi menikah ... hari senin, jemput aku di kampus sepulang kuliah jam tiga sore ... mulai sekarang kita pacaran.”

Ucapan Kejora yang menggunakan bahasa Indonesia tadi sungguh membuat Arjuna semakin geram.

Ia menjauhkan wajahnya dari wajah Kejora, kedua alis lelaki itu pun menukik tajam dan terdapat kerutan di antaranya tanda bila Arjuna sedang menahan kesal.

Satu tangan Kejora malah menahan tengkuk Arjuna kemudian memberikan sebuah kecupan lagi di pipi lelaki itu.

Setelah itu Kejora melesat pergi meninggalkan Arjuna.

“Bis morgen, mein Lieber ...,” teriak Kejora sambil berlari menjauh.

(“Sampai jumpa besok, sayang ku ... .”)

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status