Di rumah mewah Arya saat ini, Karina menggerutu kesal, jari-jarinya dengan kasar mencoba membuka kunci pintu kamar Arya. Ia ingin sekali masuk ke dalam, ingin mengambil perhiasan yang sering dipakai Jasmine, kakak tirinya. “Ini kuncinya di mana sih? Masa dari semalam mau buka kamar aja susah,” Gerutunya, kesal. Ia menendang pintu kamar dengan keras, suara dentumannya menggema di rumah mewah itu. “Kamu harus sabar, Karin. Kalau kaya gini nanti yang ada Arya jadi curiga.” Ucap Wulandari, ia tidak mau jika Arya malah ilfil dengan putrinya, dan tidak berniat menjadikan Karina sebagai pengganti Jasmine. Karina berbalik, wajahnya terlihat marah dan kesal. “Gimana aku bisa tenang, Bu? Apa Ibu tau kalau mama tirinya Mas Arya itu berniat menjodohkan Mas Arya dengan wanita pilihannya. Kalau itu sampai terjadi, kita gak akan dapat apa-apa!!” Jelasnya. Wulandari memang tahu soal itu, karena dari Jasmine masih hidup saja, Elizabeth ingin menikahkan Arya dengan gadis pilihannya, apalagi sekaran
Pukul 03.30 wib, Arya menghentikan mobilnya di tepi jalan, tubuhnya lelah setelah semalaman mencari keberadaan Maudy. “Kenapa kamu pergi, Maudy??” Isak Arya, air matanya jatuh membasahi pipi. “Maafkan aku, Maudy... Beri saya kesempatan, saya mohon...” Gumamnya lirih, dengan air mata terus mengalir. Setelah merasa tenang, Arya kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kembali ke apartemen Maudy. Hatinya terasa seperti diterkam oleh rasa penyesalan yang mendalam. Ia tak ingin kehilangan Maudy dan calon anaknya. Ia harus mendapatkan Maudy kembali, dan menjelaskan semuanya, tak ingin kehilangan istri lagi yang kedua kalinya. Mobil Arya akhirnya tiba juga di apartemen. Ting! Pintu lift apartemen terbuka saat Arya tiba di lantai atas. Arya masuk, langsung menuju ke kamar. Saat tiba di dalam kamar, Arya melihat foto Maudy yang terpajang, ia mengambil dan memeluk erat foto itu, seakan ingin kembali merasakan hangatnya pelukan istrinya. Rasa kehilangan dan kes
Seminggu kemudian,Acara tahlilan Jasmine akhirnya selesai. Suasana duka yang menyelimuti rumah megah itu perlahan mereda, tergantikan oleh hening yang sunyi. Arya duduk di ruang tamu dengan tatapan kosong.“Mas, ini aku buatin teh. Di minum ya mumpung masih hangat.” Karina meletakkan cangkir teh di depan Arya, lalu duduk di samping pria itu. “Jangan sedih terus, Mas. Pasti Kak Jasmine juga gak suka lihatnya, hidup terus berjalan, kamu pasti akan menemukan kehidupan yang baru, Mas.”Karina berniat menyentuh telapak tangan Arya, namun pada saat itu Arya malah meraih kunci mobil dan beranjak keluar.Arya berniat untuk menemui Maudy. Ingin memeluk wanita itu untuk mendapatkan ketenangan dari hatinya yang rapuh.Merasa diacuhkan, Karina mengepalkan tangan kuat. ‘Beraninya kamu cuekin aku, Mas. Padahal dari kemarin aku selalu berusaha deketin kamu, lagian aku ini jauh lebih cantik dan seksi dari istrimu yang udah jadi mayat itu. Ngapain nangisin wanita penyakitan seperti dia!!’ Batinnya, k
“Mas, aku minta maaf jika selama menjadi istri kamu, aku banyak salah dan kekurangan. Maaf juga jika pernah buat kamu marah.” Pinta Jasmine, air matanya mengalir perlahan membasahi pipinya yang pucat. la meraih tangan Arya yang terulur, menggenggamnya dengan erat, seakan ingin mencuri sedikit kehangatan terakhir sebelum ia pergi.“Kamu ngomong apa sih, sayang?! Jangan ngomong gitu Mas gak suka!” Sentak Arya, tak ingin mendengar kata-kata perpisahan, ia tak bisa membayangkan hidupnya tanpa Jasmine.“Aku mohon ridhoi kepergianku, Mas...” Lirih Jasmine.“Sayang_”“Aku mohon, Mas. Aku cuman pengen denger itu!!” Jasmine memotong ucapan Arya. Ingin mendengar langsung dari bibir suaminya,Mendengar permintaan istrinya itu, Arya menarik napas dalam-dalam lalu menatap istrinya. “Jasmine Medina, kamu sudah menjalankan tugasmu sebagai istri dengan baik. Sebagai suami, aku meridhoi apa yang selama ini kamu lalui. Kamu adalah bidadari yang Allah kasih buatku, teruslah sehat dan hidup bersama denga
Pukul 19.00 wib,Maudy memberanikan diri untuk menghubungi Arya. Jari-jarinya gemetar saat menekan tombol panggilan. Detak jantungnya semakin cepat. Berharap Arya akan menjawab panggilannya.“Assalamu'alaikum, Mas... Akhirnya kamu angkat juga. Ada yang mau aku omongin sama kamu, Mas. Aku_” Ucap Maudy saat panggilan terhubung dengan Arya di sana.[SAYA SUDAH MENGINGATKAN KAMU, MAUDY!! JANGAN HUBUNGI SAYA SAAT SEDANG BERSAMA JASMINE!! KENAPA KAMU GAK MENGERTI, HAH?!!] Deg!Maudy tersentak. Tubuhnya melemas ketika mendengar bentakan dari suaminya. Air matanya seketika mengalir deras, membasahi pipi. Merasakan sakit yang menusuk di dadanya.“Maaf, Mas...” Lirih Maudy.Ia mengakhiri panggilan sepihak, lalu memukul dadanya yang terasa sesak. Hatinya benar-benar hancur sangat hancur. “MAS ARYAAAA!!” Teriak Maudy disela isak tangisnya. “KENAPA KAMU TEGA SAMA AKU, MASS??!! KENAPA KAMU SELALU MENYAKITI HATI AKUUU??!!!” Teriaknya lagi, meluapkan sakit yang begitu dalam. Air matanya mengucur de
[Kamu kenapa egois gitu, Maudy? Saat ini kondisi Jasmine_] “JASMINE, JASMINE DAN HANYA JASMINE TERUS YANG ADA DI PIKIRANMU!!” Bentak Maudy, muak. Cemburu yang selama ini ia pendam, akhirnya meluap. Rasa sabar yang ia usahakan selama ini, hancur berkeping-keping di hadapan sikap suaminya yang semakin membuatnya terluka. “AKU JUGA ISTRI KAMU, MAS!! KAMU BILANG MAU ADIL, ADIL APANYA, HAHH?!” Teriak Maudy lagi, sakitnya tak dapat lagi ia tshan. “TANPA SADAR KAMU MELUKAI AKU, KAMU HANYA SIKSA AKU TERUS-TERUSAN!!” Sambungnya. Air matanya mengalir deras, hatinya terasa seperti diremas-remas. Ia sudah berusaha menahan rasa sakit, namun sikap Arya yang mengabaikannya, membuat rasa cemburu itu semakin mendominasi. Tanpa menunggu jawaban, Maudy mematikan panggilan sepihak dan melempar ponselnya ke ujung ranjang. Hatinya sudah terlalu sakit, tak sanggup lagi mendengar suara Arya. Tangisnya pecah, isak tangisnya menggema diruangan itu, melepaskan semua luka yang ia pendam selama ini.