Feby menarik Maudy ke dalam pelukannya, menenangkan sepupunya, “Aku tau ini sakit, Maudy. Tapi kamu harus kuat. Kamu masih punya calon anak. Kamu masih punya aku dan keluarga kita. Kamu gak sendiri!!” Bisiknya, mencoba memberikan semangat pada Maudy. Maudy menangis di pelukan Feby. Ia merasa hancur dan kecewa pada Arya. Tapi ia harus kuat demi anak yang sedang ia kandung. “Aku akan lupain Mas Arya, Feb! Mencintainya hanya akan membuatku semakin sakit. Aku akan balas semua rasa sakit yang pernah dia berikan padaku!!” Ungkap Maudy. Berjanji akan melupakan pria itu. °°°°° Di kediaman Rayendra terasa panas dan mencekam. Arya berdiri di hadapan Elizabeth, wajahnya merah padam, mata menyorot kemarahan. Tangannya mencengkeram kuat leher Elizabeth, membuat wanita itu kesakitan dan mencoba menepis tangan Arya. “BERANINYA KAMU MENGUSIK HIDUPKU!!” Teriak Arya, “KAMU TAU AKU GAK MAU MENIKAHI AURORA! TAPI KENAPA KAMU SEBARKAN BERITA HOAX ITU?!! KAMU MAU MENGHANCURKAN HIDUPKU, HAH!!” Bentakny
Aurora berdiri di depan cermin, matanya berbinar-binar. Hari ini ia akan bertemu dengan Arya, pria yang ia anggap sebagai calon suaminya. Aurora ingin membuat kesan yang tak terlupakan, ingin Arya terpesona oleh kecantikannya.Jari-jarinya yang lentik menyentuh kain sutra dress merah yang terpasang di tubuhnya. Dress itu begitu seksi, menonjolkan lekuk tubuhnya yang indah. Belahan dada yang rendah memperlihatkan sedikit kulit putihnya, sementara rok yang ketat menempel sempurna di kakinya yang jenjang.“Dengan penampilanku yang seperti ini apa kamu bisa menolak, Mas? Paling kamu akan bawa aku ke kamar!” Aurora tersenyum puas. Ia yakin Arya akan tergoda.“Istrimu yang udah mati itu gak ada apa-apanya jika disandingkan denganku!!” Gumamnya lagi.Ia kemudian menyemprotkan parfum kesukaannya, aroma yang lembut dan memikat. Lalu, dengan langkah penuh percaya diri, Aurora keluar dari kamar dan menuju Dirgantara Group.Setelah beberapa lama,Aurora melangkah keluar dari lift, jantungnya berd
Pukul 14.00 wib, “Gimana nih, Arya? Udah keliling setengah pasar, gak ada yang kenal Maudy,” Tanya Jason, lelah. “Sabar, Son. Kita coba tanya Iagi. Mungkin dia Iagi di bagian lain pasar,” Jawab Arya, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya. Mereka terus bertanya, dari pedagang sayur hingga penjual ikan. Namun, tak satu pun yang mengenali Maudy. Hingga akhirnya mereka berdua berhenti di lapak penjual cabai dan bawang tempat Maudy sering belanja. “Maaf, Bu. Apa pernah Ibu melihat wanita di foto ini?” Tanya Jason, sambil memperlihatkan foto Maudy. Ibu itu terdiam sejenak, lalu mengarahkan pandangannya pada Arya, “Gak kenal, Mas!” Jawabnya beralasan. “Kalau gitu makasih, Bu.” Ibu itu terus menatap punggung dua pria itu yang semakin menjauh, “Padahal wajahnya keliatan alim gitu, eh ternyata suka main tangan!” Gumamnya, kesal. Feby memang sudah memberi tahu langganannya dipasar, jika ada pria yang bertanya tentang Maudy, bilang saja tidak kenal. Feby beralasan jika pria itu suami M
Maudy duduk di meja makan, keranjang rotan tergeletak di hadapannya. Di atas meja, berjejer rapi botol-botol berisi sambal buatannya.“Semoga Bu Manda suka,” Gumam Maudy, sambil mencium aroma sambal yang menguar dari botol.Setelah selesai mengemas, Maudy menata botol-botol sambal dengan rapi di dalam keranjang rotan. la juga menambahkan beberapa gorengan yang baru saja di masak Susi.“Mau dianterin sekarang?” Tanya Feby yang baru saja turun dari lantai atas.“Iya, apalagi ini udah waktunya makan siang jadi bisa sekalian Bu Manda cobain.” Jawab Maudy, “Kamu mau pergi sekarang, Feb?” Sambungnya saat melihat Feby sudah berpakaian rapi.Semalam Feby sudah memberitahu Maudy, jika dirinya akan kembali ke Jakarta untuk wisuda.“Iya nih, kamu hati-hati di rumah! Inget, jangan keluyuran. Aku juga paling cuman tiga atau empat hari!!” Pinta Feby.“Aku gak akan kemana-mana kok,” Jawab Maudy tersenyum.“Yaudah kalau gitu aku pergi dulu, assalamu'alaikum...” Ucap Feby sambil memeluk Maudy dan berj
Matahari mulai meninggi.Keringat menetes di pelipis Arya, membasahi selembar kertas yang dipegangnya. Itu adalah foto Maudy yang tersenyum manis.Sudah lebih dari satu jam Arya dan Jason menyebarkan selembaran foto Maudy di sepanjang jalan.“Udah Habis nih!” Ucap Jason, sambil menunjuk selembaran terakhir yang tersisa di tangannya.“Ya udah, kita lanjut ke tempat lain aja,” Jawab Arya.Keduanya beranjak pergi, melanjutkan pencarian di tempat lain. Mereka menyusuri gang-gang sempit, menyapa setiap orang yang mereka temui.“Kita udah nyari ke mana-mana, Arya. Tapi gak ada satupun yang tau Maudy!” Ucap Jason.“Sabar, Jason. Kita pasti bisa nemuin istriku!!” Jawab Arya, tak ingin menyerah.Keduanya terus berjalan, hingga kaki terasa pegal, dan lelah. Namun, semangat mereka tidak padam.“Arya kita istirahat dulu ya? Kita udah jalan dari pagi.” Pinta Jason, sambil menunjuk sebuah warung makan di pinggir jalan.“Iya, Jason. Kita makan dulu!!” Jawab Arya.Mereka masuk ke dalam warung makan,
Mobil yang Arya dan Jason tumpangi melaju kencang di jalan tol. Di balik kemudi, Jason terlihat fokus, sesekali melirik Arya yang duduk di sampingnya.Arya dengan raut wajah yang muram, menatap kosong ke luar jendela. Pikirannya melayang jauh.Kota Bandung yang menjadi tujuan mereka, Arya berharap bisa menemukan jejak Maudy, istrinya yang kabur tanpa kabar selama berbulan-bulan.Setiap kali Jason mencoba memecahkan keheningan dengan obrolan ringan, Arya hanya menjawab dengan gumaman singkat.“Arya, kamu baik-baik aja?” Tanya Jason, sedikit khawatir melihat raut wajah Arya.Arya hanya mengangguk lemah. “Aku cuman gak sabar pengen cepat sampai di sana,” Jawabnya.Jason mengerti perasaan Arya. la pun merasakan ketegangan yang sama, meski tak seberat Arya. la tahu, pencarian ini bukan hanya tentang menemukan Maudy, tapi juga tentang menemukan kembali Arya yang dulu, pria yang penuh semangat dan optimis.Tak berselang lama,Mobil mereka berhenti di depan hotel bintang lima.Arya dan Jason