Home / Romansa / Jerat Pesona Mantan Posesif / Bab 5 : Mansion Penuh Nostalgia

Share

Bab 5 : Mansion Penuh Nostalgia

Author: Freesia Moon
last update Last Updated: 2024-08-30 19:18:19

Nagita tengah mengenakan handuk kimono, baru saja selesai dari ritual mandinya. Mata Nagita segera tertuju pada lemari besar yang berada di sudut ruangan. Ia membuka lemari itu dengan perlahan. Perlengkapan pakaian perempuan tersusun rapi di sana.

"Wah, masih disimpan dengan baik," gumam Nagita tidak menyangka.

Perasaan Nagita kontan menghangat. Gaun-gaun yang dulu pernah ia kenakan di rumah ini masih ada, tersimpan rapi dan terawat seolah Daniel tahu bahwa Nagita akan kembali suatu hari nanti.

Dan nyatanya, Nagita memang berada di sini. Di kamarnya sendiri. Kamar yang Daniel siapkan khusus untuk Nagita tempati.

Nagita tanpa sadar tersipu malu. "Kau bahkan memberikanku gaun baru, ya?"

Beberapa potongan gaun yang belum Nagita sentuh membuat perempuan itu antusias. Ia mencoba beberapa gaun dengan senyuman lebar. Semua ukurannya pas di tubuh Nagita.

Hingga akhirnya, Nagita menjatuhkan pilihan pada gaun ungu polos selutut dengan lengan panjang yang sedikit longgar. Terlihat sederhana, tapi aura Nagita mampu memancarkan pesona yang indah.

Saat Nagita sibuk memeriksa penampilannya di cermin, suara ketukan pintu diketuk lembut. Nagita dengan cekatan membuka pintu kamarnya dan melihat perempuan berusia lima puluh tahun dengan pakaian khas kepala pelayan berdiri di ambang pintu.

"Bibi Jena? Kaukah itu?" Nagita langsung memeluk Bibi Jena erat, mengobati rasa rindu. Ia terharu melihat Bibi Jena setelah sekian lama tidak bertemu.

"Bagaimana kabarmu, Non?" Bibi Jena bertanya penuh perhatian. "Tuan Daniel begitu merindukan sosok Nona."

"Aku baik, Bi." Nagita melepaskan pelukan, menatap Bibi Jena penuh penyesalan. "Maaf karena aku sempat pergi tanpa memberitahu Bibi."

"Tidak apa-apa, Nona. Bibi senang karena Nona sudah kembali."

Setelah melepas rindu, Bibi Jena mengajak Nagita keluar dari kamar, menuntunnya menemui Daniel. "Tuan Daniel sudah menunggu di ruang makan."

"Pakai tangga saja, Bi," sahut Nagita saat Bibi Jena mengarahkannya menuju lift.

Entah bisikan dari mana, Nagita berkeinginan untuk menikmati pemandangan ruangan dari atas tangga. Kegiatan itu bisa mengobatinya pada kenangan lama.

Dulu, Daniel dan Nagita selalu memilih menggunakan tangga agar bisa mengulur waktu untuk terus bersama, menuruni tangga perlahan, bercengkerama dengan hangat.

Dengan penuh antusias, Nagita menuruni tangga marmer seraya bernostalgia, diikuti Bibi Jena yang senantiasa menemaninya.

Dari atas tangga spiral yang mereka pijaki, terlihat ruang tamu yang begitu luas di pandang mata. Nagita menatap sofa berlapis kain sutra yang terletak di sana.

"Dulu aku suka duduk di situ sambil membaca buku, Bibi ingat? Aku terkadang ketiduran di sana menunggu Daniel pulang."

Bibi Jena mengangguk, tersenyum lebar. Tentu saja ia masih mengingatnya dengan baik. Tiap kali Daniel pulang dan menemukan Nagita terlelap lelah demi menunggunya, membuat Daniel merasa bersalah.

Daniel lantas meminta Bibi Jena untuk lebih mengawasi Nagita dan tidak membiarkan Nagita ketiduran di sofa.

"Tuan Daniel begitu mencintai Nona," terang Bibi Jena. "Saya harap, Nona Nagita bisa selalu bersama Tuan Daniel."

Sebab, ketika Nagita pergi dalam hidup Daniel, pria itu seperti kehilangan arah. Ia bahkan menjadi sosok yang tak tersentuh dan semakin dingin seumpama es di kawasan kutub utara.

Ungkapan Bibi Jena membuat Nagita teramat canggung untuk segera merespon. Ada keraguan dalam diri Nagita.

"Aku tidak bisa jamin, Bi," cicit Nagita pelan.

Tidak semudah itu untuk bisa mengabulkan harapan Bibi Jena, mengingat betapa buruknya Nagita pernah memperlakukan Daniel di masa lalu. Ia merasa tidak pantas mendapatkan cinta yang tulus dari laki-laki seperti Daniel. Terlebih, Nagita pernah membuang Daniel demi bisa bersama Jordan.

Bibi Jena hanya merespon dengan senyuman lembut. Apapun keputusan Nagita, pun bagaimana akhir kisah mereka, Bibi Jena harap keduanya mendapatkan kehidupan yang bahagia.

Mereka terus melanjutkan langkah, melewati beberapa ruangan yang membuat Nagita menahan napas. Tiap sudut ruangan, menyimpan begitu banyak cerita. Terlalu banyak kenangan indah yang tak bisa Nagita lupakan.

Hingga tak terasa, langkah mereka telah sampai di tempat tujuan. Di sanalah Daniel sedari tadi menunggu Nagita. Bibi Jena mempersilakan Nagita duduk di kursi berlapis beludru, tepat di seberang Daniel. Bibi Jena kemudian memberi isyarat pada anak buahnya untuk menyiapkan sarapan.

Para pelayan penuh cekatan membawa piring berisi hidangan sarapan. Meja itu dengan cepat dipenuhi hidangan yang memanjakan mata. Nagita menatap makanan di hadapannya dengan canggung. Tentu saja selera makannya meningkat melihat hidangan sebanyak ini, tapi tatapan Daniel yang menatapnya intens membuat Nagita terpaksa malu-malu kucing menyantap avocado toast.

"Habiskan sarapanmu," titah Daniel membuat Nagita hampir tersedak makanannya sendiri. Nagita begitu gerogi saat pria itu memerhatikan ia sarapan sedalam ini.

"Apa kau tidak ada kegiatan lain selain menatapku?" Nagita buka suara. Jantungnya berpacu liar kala Daniel menatapnya terus-terusan. "Apa kau sepengangguran itu?"

Daniel kontan melotot kaget. Pengangguran katanya? Baru kali ini ada yang mengklaimnya sebagai pengangguran.

Daniel lantas melirik jam tangan. "Baiklah, aku akan pergi bekerja sekarang."

Ia berdiri dan bergegas mengenakan jas yang telah disiapkan pelayan.

Tanpa mengatakan sepatah katapun lagi, Daniel melenggang pergi, menyisakan Nagita yang duduk sendirian planga-plongo seperti orang bodoh.

Apa ucapan Nagita membuat Daniel tersinggung? Entahlah, Nagita tidak mau memusingkan itu.

"Bosmu kaku sekali, padahal aku tadi hanya gugup dan asal bicara," komentar Nagita seraya memutar mata, mengajak bicara salah satu pelayan yang berdiri tidak jauh darinya. "Gayanya seperti tidak pernah bermanja denganku saja."

Sambil menggerutu, Nagita mencoba menghabiskan sarapannya. Sikap Daniel yang dingin membuat Nagita kesal sendiri.

Ia melahap roti itu dengan rakus. Mana kecupan di kening Nagita saat Daniel hendak pergi bekerja? Daniel biasanya melakukan itu padanya.

Sadar akan sesuatu hal, Nagita buru-buru menggeleng, menepis rasa kesal yang seharusnya tidak terjadi pada dirinya kini.

Mereka bukan lagi sepasang kekasih, jadi wajar bila Daniel tidak memperlakukannya semanis dulu. Namun, tetap saja perlakuan Daniel membuat Nagita sedikit kecewa.

Bingung akan perasaannya sendiri, tangan Nagita gatal untuk mengetik pesan pada Lylia, mengajaknya bertemu.

Nagita butuh mencurahkan perasaannya pada apa yang terjadi pada dirinya. Nagita tidak sabar bagaimana reaksi Lylia ketika sahabatnya berada di kediaman mantan, dan bagaimana sang mantan kini memperlakukannya.

Namun, tunggu ....

"Di mana ponselku?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 32 : Mulai Memupuk Dendam

    Nagita diam-diam melangkah menuju apartemen Jordan. Ini sudah larut malam, lorong apartemen sudah lenggang, menjadi kesempatan untuk Nagita lebih leluasa masuk dengan tenang. Jordan yang masih terkapar di rumah sakit adalah suatu kesempatan emas untuk Nagita. Ia bisa lebih leluasa mengobrak-abrik ruangan Jordan sampai ponselnya ditemukan. Setelah memencet tombol angka password apartemen Jordan, pintu lantas terbuka. Nagita melesat masuk, lalu menutup pintu dengan pelan agar tidak menimbulkan suara. Nagita nekat kembali menyelinap masuk, mengingat ia belum sepenuhnya menyusuri ruangan Jordan. Nagita belum puas sampai ponselnya berada tepat di tangannya. Sekarang ia harus fokus menemukan benda pipih itu hingga ketemu. Dengan langkah pelan tapi pasti, ia bergerak menuju ruang tengah. Ia menyapu ke seluruh ruangan, mencoba berpikir keras. Di mana pria itu menyembunyikan ponselnya? Apa berada di laci meja kerja? Nagita mengingat-ingat, ia pernah memeriksa sekilas saat itu. Dan seingatn

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 31 : Penangkapan Daniel

    Di ruang kerja Daniel yang luas dan tertata rapi, pria itu menatap layar ponselnya dengan perasaan tak karuan. Laporan yang ia terima dari Gilbert membuat ia spontan menggebrak meja. Jordan sialan! Apa pria itu belum puas mengusik Nagita? Rasanya kepala Daniel mendidih mengetahui kabar tersebut. Terlebih, ia terbakar cemburu saat Nagita masih menunjukkan kepedulian pada pria seberengsek Jordan. Hatinya tercabik panas saat tahu Nagita masih berbaik hati menemani Jordan di rumah sakit padahal pria itu jelas berniat jahat. Namun, yang membuat Daniel sedikit tenang adalah Nagita baik-baik saja. Perempuan itu aman berada di bawah pengawasan Gilbert dan Lucas. 'Aku segera menyusul.'Daniel segera mengirim pesan itu pada Gilbert. Rasanya Daniel tidak puas jika tidak melihat Nagita di depan matanya. Rasa rindu yang kian membesar tidak bisa lagi Daniel tahan. Daniel bisa gila jika rindu ini hanya sebatas rindu belaka. Ia perlu menyalurkan rindunya dengan menemui Nagita. Ia akan terus men

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 30 : Siapa Yang Nagita Cintai?

    Nagita mencium bau khas rumah sakit yang menyengat hidung. Ditemani Gilbert dan Lucas, Nagita berada dalam salah satu ruang rawat inap, berdiri di sisi ranjang kamar Jordan. Nagita menatap dalam layar monitor yang berbunyi pelan, menandakan bahwa Jordan masih hidup walaupun pria itu entah kapan akan terbangun. Ia terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit. Lengannya telah dipasangi selang infus. Luka lebam yang Jordan terima terlihat membiru. "Kau terlalu baik pada pria tidak tahu diri itu, Nona," simpul Gilbert sembari bersender di dinding dengan tangan bersedekap. Ada rasa kesal dalam hatinya melihat pria seberengsek Jordan masih bernyawa dan dilarikan ke rumah sakit atas permintaan Nagita. Nagita menghela napasnya, menatap Jordan sembari mengingat kenangan yang sempat mereka ukir bersama. "Dia mungkin pantas mendapatkan ini, tapi dia pernah menjadi bagian dalam hidupku. Aku tidak setega itu jika meninggalkannya terluka." "Jadi Nona masih mencintai Jordan ...," Luca

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 29: Dalam Sebuah Pengejaran

    "Aku tidak ingin anak dari Claudia. Aku hanya ingin punya anak darimu, Nagita." Bualan yang Jordan lontarkan membuat Nagita spontan menjaga jarak. Nagita mundur beberapa langkah saat matanya menangkap sorot penuh hasrat dari mata Jordan. "Menjauh dariku!" Nagita terus mundur, sampai akhirnya pergerakannya terhenti karena dinding yang membatasi. Jordan melangkah lebih dekat, menempelkan telapak tangannya ke dinding, mengurung Nagita dengan senyuman miring. "Aku hanya menginginkanmu, Nagita. Hanya kamu satu-satunya." Nagita benci situasi ini. Saat Jordan mengatakan omong kosong itu, membuat hatinya jelas teriris. Apa yang Jordan katakan sebagai satu-satunya? Nagita justru menyadari bahwa ia hanyalah salah satunya. Tanpa pikir panjang, Nagita mendorong dada Jordan sekuat tenaga. "Berengsek!" Nagita mulai berlari mendekati pintu. Jordan yang menyadari Nagita berniat kabur, dengan cekatan mengejar Nagita, mencengkeram pergelangan tangan Nagita dengan kuat. "Mau lari ke mana, Saya

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 28

    Nagita terbangun dengan nuansa yang nampak berbeda. Tidak ada lagi kamar putih gading yang luas tapi terasa seperti penjara saat ia membuka mata. Namun, meski begitu, ini juga bukan kamar lama Nagita setelah ia memutuskan pergi dari mansion Daniel. Ini kamarnya yang baru. Nagita membeli apartemen baru dengan black card milik Daniel. Entah Daniel menyadari ini atau tidak, yang jelas Nagita terpaksa bertahan hidup dengan kartu hitam yang berharga itu. Semua kebutuhannya bisa terpenuhi hanya dengan memegang kartu yang diberikan oleh Daniel. Mereka memang tidak lagi tinggal bersama, tapi kartu ini menjelaskan bahwa keduanya masih terikat. Tidak banyak yang Nagita lakukan di apartemen barunya. Aktivitasnya hanya merenungi nasib. Ia kehilangan semangat, menutup diri dari berbagai aktivitas. Untuk keperluan makan pun, ia lebih memilih gofood. Beberapa hari ini hanya kegiatan monoton dan memuakkan itu yang Nagita lakukan. Keluarganya pun tidak mencarinya. Ini semakin membuat Nagita kecewa

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 27 : Pergi Menemui Ibu

    Semua barang milik Nagita berada di apartemen, dan sayangnya ia tidak punya akses untuk masuk ke dalam sana. Nagita merasa buntu, terjebak tanpa tahu jalan keluar. Nagita bahkan baru menyadari satu hal, ia tidak punya ongkos untuk pergi menemui keluarganya. Nagita merasa sendirian, seperti anak tersesat yang tidak tahu jalan pulang. Nagita lalu iseng meraba tas yang ia bawa, yang di dalamnya ia masukkan wig dan juga kacamata. Nagita merasa ... kedua benda itu akan ia gunakan di lain kesempatan. Firasatnya mengatakan benda itu penting untuk Nagita simpan. "Hah?" Dan betapa terkejutnya Nagita saat menemukan black card terselip di dalamnya. Daniel rupanya diam-diam memasukkan benda itu ke dalam tas Nagita. Perempuan itu sontak bernapas lega. Meski Daniel melepasnya pergi, tapi pria itu masih menunjukkan kepedulian yang nyata untuk Nagita. Namun .... Nagita ragu untuk menggunakan kartu eksklusif itu. Bukankah ia tak ingin terlibat lagi? Bukankah ia bertekad untuk tak mau merepotk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status