Share

Bab 2

"Ah, kenapa wanita itu harus datang?" umpat Jonathan, kepalanya terasa ingin meledak malam ini.

Jonathan yang sudah mabuk berat, melangkah gontai di atas lantai marmer lorong koridor, melewati pilar-pilar megah kediamannya. Beberapa jam yang lalu, dirinya menerima telepon dari sang ibu yang mengatakan jika Natasya, wanita yang kelak akan menjadi istrinya, akan tiba besok siang di negara Eldoria, negara di mana Jonathan berada.

Bagi penerus Parker, perjodohan untuk sebuah bisnis bukan sesuatu yang asing. Hal itu dilakukan agar memperkuat kekuatan dan kekuasaan, hal seperti ini sudah menjadi tradisi bagi kalangan konglomerat.

"Pesta ini seharusnya menjadi menyenangkan. Gara-gara telepon, aku kehilangan kesenanganku," gumam Jonathan.

Langkah gontai Jonathan terhenti ketika pemilik iris mata biru itu menangkap siluet seorang wanita sedang berdiri menyandarkan punggungnya di salah satu pilar dengan penampilan norak dan tampak begitu kolot. Ya, itu adalah Hazel. Wanita yang ingin sekali Jonathan permalukan.

Jonathan sangat suka melihat sekretarisnya itu menderita. Ia kerap kali menyiksa Hazel dengan pekerjaan-pekerjaan berat. Namun anehnya, wanita yang sering ia sebut "Wanita Kaca Mata Kuda" itu tidak pernah melawan. Hazel patuh, dan tidak pernah protes. Faktanya, Jonathan ingin Hazel mengundurkan diri tanpa ia harus memecatnya.

Jika bukan karena sekretarisnya yang dulu tidak mendadak mengundurkan diri, Jonathan tidak akan pernah mau menerima Hazel, wanita yang sama sekali tidak menarik itu, menjadi sekretarisnya.

Hingga tadi pagi, Jonathan mendesak Hazel untuk menghadiri acara ini. Niatnya ingin mempermalukan wanita itu. Namun yang terjadi, ia harus mendapatkan kabar dari ibunya, membuat Jonathan hilang semangat.

"Hmm ... Wanita ini cukup berani menerima tantanganku." Jonathan melangkah mendekati Hazel.

Saat Jonathan mendekat, wanita itu tampak berkeringat dingin, dia gemetar dengan tatapan nanar penuh ketakutan. Hazel, seperti patung lilin yang siap meleleh di antara keramaian oleh keringatnya sendiri.

"Tuan Parker." Kata itu yang Jonathan dengar dari wanita berkacamata kuda saat menyadari kehadiran Jonathan.

Setelah berucap beberapa kata kepada Hazel, Jonathan berlalu, meninggalkan wanita itu yang masih berdiri mematung. Tidak peduli dengan apa yang diucapkan oleh wanita itu. Kepalanya terlalu berat hanya untuk mencerna ucapan wanita seperti Hazel.

Jonathan tiba di taman belakang, itu adalah kolam pemandian air panas, tempat dimana Jonathan sering berendam untuk mencari ketenangan dari rutinitas harian yang dia lakukan.

"Tuan, jubah mandi dan handuk yang anda butuhkan, saya letakkan di sini," kata seorang pekerja mansion membawakan beberapa perlengkapan untuk majikannya.

Jonathan tidak menjawab, dia hanya memberikan isyarat tangan agar pria itu segera meninggalkannya. Setelah pekerja itu pergi, Jonathan melucuti semua kain yang menutupi tubuhnya. Dia kemudian masuk ke dalam air panas tersebut, berharap bisa meredakan sakit kepala yang melandanya.

"Hazel, agar membuatmu lelah dan menyerah harus seperti apa?" Jonathan berbicara pada dirinya sendiri.

Natasya, wanita yang akan menjadi istrinya, seharusnya datang besok. Tapi, kenapa Hazel yang ada di pikiran Jonathan sekarang?

Jonathan merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Hazel malam ini. Tatapan takut dan gemetaran seperti memancarkan gelagat yang tidak biasa. Seolah wanita itu sedang meminta perlindungan dari Jonathan.

"Ah, apa peduliku. Dia hanyalah sekretarisku yang membosankan," gumam Jonathan, berusaha mengusir pikiran tentang Hazel dari kepalanya. Tapi semakin ia mencoba, semakin pikiran itu menghantuinya.

Kini Jonathan mencoba mengusir siluet tentang wanita berkacamata itu. Jonathan memejamkan mata, meresapi hangatnya air panas yang mulai masuk ke dalam pori-pori kulitnya.

"Oh... Kepalaku!"

Ketenangan Jonathan terganggu saat ia mendengarkan suara aneh dari setapak searah dari ballroom yang cukup jauh. Jika ada seseorang berjalan ke tempat dimana Jonathan sedang berendam, membutuhkan waktu setengah jam untuk berjalan dan tamu siapa yang pergi ke tempat Jonathan berada?

"Aduh... Aku ... Aku, melihat semua pohon di malam ini bergoyang-goyang seperti sekumpulan monster yang akan menerkamku!"

Jonathan terkesiap, kepalanya yang pusing mencoba berdiri dari kolam air panas yang dangkal ketika netranya melihat sosok wanita berkemeja putih, rok di bawah lutut berdiri di sisi kolam menatap ke arahnya.

"Hazel?" mata Jonathan membelalak tak percaya. Wanita itu tampak berantakan, rambutnya yang biasanya rapi kini berantakan dan wajahnya tampak pucat.

Jonathan melangkah, tidak peduli dengan tubuhnya yang tanpa menggunakan apa-apa lagi. Saat mendekati wanita itu, Hazel sontak terkejut lalu berteriak.

"Berisik sekali?!" tanpa pikir panjang, takut ada tamu yang mendengar teriakan Hazel, Jonathan membekap mulut Hazel dengan ciuman.

Mata Hazel membulat di balik kacamata tebalnya saat ciuman atasannya itu terasa begitu panas. Jonathan tidak tahan, hasratnya seketika muncul saat mencicipi rasa pahit dari bekas Tequila di bibir Hazel.

Ditambah, bau keringat Hazel bercampur aroma parfum dari tubuh wanita berkacamata kuda itu, membuat gairah Jonathan tidak terkendali, pria itu lepas kendali.

"Bau tubuh wanita ini manis sekali. Seharum buah persik yang sangat menggoda. Aku bahkan ingin sekali segera melahap wanita ini," batin Jonathan disaat dia tidak dapat menahan diri lagi.

Merasakan ciuman bergairah dari atasannya, Hazel semakin terseret oleh hasrat. "Kenapa aku tidak bisa menolak ciuman ini?" pikir Hazel.

Jonathan dan Hazel semakin terjerat dalam gairah tanpa kontrol. Jonathan melingkarkan tangannya di pinggang Hazel dan membawa tubuh itu ke dalam air kolam.

Deg!

Kemeja Oversize yang selama ini Hazel gunakan, kini menerawang memperlihatkan lekuk tubuh Hazel yang membuat gairah Jonathan semakin tidak terkendali.

"Aku tidak percaya, jika wanita ini memiliki tubuh yang begitu indah di balik kemeja ukuran besar yang selalu dia kenakan," pikir Jonathan saat tangannya meraba lekuk tubuh Hazel yang tersembunyi di balik kemeja yang basah oleh air kolam.

Jonathan melepaskan pungutan di bibir Hazel, ia menatap wajah Hazel yang tampak kemerahan. Nafas wanita itu memburu liar. Dengan pelan, Jonathan melepaskan kacamata yang menempel di wajah Hazel.

Deg!

Lagi-lagi Jonathan terpesona oleh mata hijau polos yang sedikit menyipit menatapnya. "Kesialan apa yang aku terima hingga aku bisa terperangkap oleh wanita ini? Dia, cantik," Jonathan membatin.

Sesaat, Hazel membatu. Dia tidak tahu harus berkata apa saat Jonathan menatap sedemikian lekat. Yang hanya bisa Hazel rasakan, ketika jantungnya berdebar begitu kencang. Baru pertama kali Hazel mendapatkan tatapan dari atasannya sendiri.

Jika selama ini, Jonathan hanya menundukkan kepalanya saat berbicara dengan Hazel dan selalu menghindar saat berkontak mata, namun tidak malam ini, Hazel dibuat bungkam dengan sisi lain atasannya.

Tangan Jonathan terulur mengusap pipi Hazel, menarik wajah Hazel dan kembali melahap bibir manis wanita berkacamata itu. "Hmm... Tuan, tolong hentikan..." rintih Hazel ketika tangan kasar Jonathan mulai menyelinap ke dalam kemeja yang sudah basah itu.

"Jika kau menyukainya, maka nikmati saja, Hazel," desis Jonathan mendayu-dayu di telinga Hazel, Jonathan menggigit kecil telinga itu.

"Ah..." tanpa sadar, rintihan manja lolos dari bibir Hazel saat Jonathan menggigit telinganya.

Hazel merasakan arus aneh yang tiba-tiba menjalar di tubuhnya. Dia tidak dapat menolak setiap sentuhan Jonathan pada area tubuhnya. Ini terdengar gila, namun Hazel menginginkan lebih dari ini.

Jonathan membawa tubuh Hazel ke tepi kolam, ia letakkan tubuh Hazel di atas kasur angin yang ada di tepi kolam tersebut, pria yang terbawa hasrat pun melucuti setiap helaian yang menempel di tubuh Hazel. Dan wanita itu seakan lupa dia siapa, dan apa yang sedang terjadi.

"Hazel Bennett, kau yang datang membawa masalahmu sendiri dan menyerahkan dirimu kepadaku," kata Jonathan.

Jonathan menatap Hazel dengan tatapan menggoda, membuat jantung Hazel semakin berdegup kencang. Lalu, Jonathan kembali membekap kenikmatan bibir Hazel. Perlahan, Jonathan menjatuhkan bibirnya ke leher hingga menjelajahi setiap inci dari tubuh wanita itu.

"Uhh..."

Hazel mendesis kesenangan, bergetar dengan setiap sentuhan ketika Jonathan melemparkan kecupan basah di sekujur tubuhnya.

Hingga disaat Jonathan mendorong pinggulnya untuk dapat menyatu dengan wanita di bawah kungkungannya itu, Hazel menjerit. "Ahhh... Tu-Tuan, Sa-sakit sekali..." rintih Hazel, menahan perut atasannya agar tidak menekan maju.

"Apa kau masih perawan?"

Hazel membuang pandangannya, dia malu mendengar pertanyaan atasannya itu. Melihat reaksi Hazel, Jonathan menarik pinggulnya mundur. "Degh!" Jonathan terbelalak melihat ada bercak darah di ujung benda keramatnya.

"Kau benar-benar belum pernah melakukannya dengan pria lain?" tanya Jonathan.

Hazel menggeleng...

"Saya baru pertama kali melakukannya."

Jonathan tersenyum puas. Ia kembali memasuki dirinya ke dalam diri Hazel. "Aakkhh..." teriak Hazel melengking tatkala Jonathan memaksa menerobos masuk ke dalam intim wanita itu.

Jonathan memegang pipi Hazel mengusap air mata yang mengalir. "Bertahan, ini akan selesai," kata Jonathan dengan nafas memburu saat pinggulnya bergerak maju-mundur.

Meskipun Hazel merasakan sakit yang luar biasa, tetapi dia juga merasakan serangkaian sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Rasa sakit yang ditimbulkan membuat Hazel semakin merasa kenikmatan yang luar biasa. Teriakan dan pekikan tak terkendali pecah, namun tidak ada yang bisa melarang hasrat yang sudah terlanjur membara.

"Aaakkhh...!"

Seketika, atmosfer di antara mereka membuat suasana menjadi mendidih dan mendorong Hazel menuju puncak kenikmatan yang sangat intens. Begitu pula dengan Jonathan, ia melepaskan dirinya dengan penuh gairah sampai ia merasa benar-benar puas.

"Hazel, aku menginginkannya lagi," bisik Jonathan di telinga Hazel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status