Share

Nyonya Presdir

Siapa yang tak suka tinggal di hotel mewah? Fasilitas lengkap, selalu di kamar tipe suite, dan tentu saja secara gratis.

Tidak seratus persen gratis tentu saja, tapi setidaknya Puspa tidak membayarnya sendiri. Semua sudah ditanggung Johan sang suami yang tak tersayangnya.

Ajeng Puspa Ningtias.. Ia lebih suka dipanggil Puspa karena menurutnya lebih menarik perhatian. Dan sesuai harapannya, seumur hidupnya Puspa selalu menjadi pusat perhatian dimanapun ia berada. Semua perhatian itu ia terima dengan senang hati.. 

Cantik..? Itu pasti, pintar...? Tentu saja, berbakat..? Ia juara lomba tari dan drama semasa kuliah. Bahkan jika meneliti sekujur tubuh dan prestasinya, sulit menemukan celah untuk mencelanya. Sejak jati diri inti Puspa adalah untuk menjadi bahan kecemburuan paripurna para wanita.

Jangan salah, Puspa bukanlah tipe perempuan cantik yang dengan beruntung mendapatkan segala yang ia impikan hanya mengandalkan tampilan mempesonanya saja.

Sejak dilahirkan ke dunia kerja dari alam kuliah ia bekerja dengan keras dan ulet. Jika orang lain bekerja delapan jam, ia akan bekerja sembilan jam. Jika orang lain punya satu ide maka ia akan mengusahakan sepuluh ide. Jika ia mendapatkan penilaian kurang dari kata pujian ‘sempurna' maka ia menganggap pekerjaannya setara dengan gagal.

Berbekal sifat semacam itu tentu karirnya melesat bakal meteor yang membelah langit menembus tangga karir. Di usianya yang baru tiga puluh tahun ia sudah menjejakkan kaki di dunia manajer regional di sebuah perusahaan multinasional.

Dan seakan itu saja belum cukup, Johan sang presdir perusahaan itu dengan romantis melamarnya di sebuah acara makan malam mewah di Paris.

Tentu saja Puspa tidak menolak.. Hanya perempuan gila yang akan menolak lamaran Pak Johan.

Hidup mereka sebagai suami istri mulanya cukup sempurna. Johan membiarkan Puspa tetap bekerja karena itu adalah passion hidupnya. Puspa juga tidak usil dan ikut campur dengan kehidupan Johan yang cenderung tertutup dan sibuk mengurus perusahaan.

Toh hasil keuntungan perusahaan akan digunakan untuk menghidupinya juga bukan?? 

Tapi nyatanya ternyata sulit untuk menyalurkan gelora cinta jika pasangan kita tak mampu untuk memberi perhatian. Apalagi jika ada sesuatu yang mengurangi nilainya sebagai seorang suami... 

Itu membuat Puspa sekarang mesti pintar-pintar mengelola karir dan hatinya.

Puspa bersandar di sofa sembari memeriksa beberapa berkas kerjasama dengan kontraktor yang mengerjakan proyeknya.

Halaman demi halaman, data demi data ia teliti tanpa terlewat barang satu pun angka dan kata. Penilaiannya selalu sempurna terhadap sebuah proyek, dan ia tak sudi merusak reputasinya soal itu.

Selagi jemarinya memainkan halaman berkas, ponselnya bergetar beberapa kali.

Puspa tak bisa berkonsentrasi jika ponselnya terus bergetar. Jika didiamkan dalam mode diam pun malah akan membuat rasa penasarannya makin meluap.

Ia mengambil ponselnya dan membuka deretan pesan W******p yang masuk.

Pesan dari Johan ia lewatkan untuk sementara, toh kalaupun ia balas secepatnya mungkin Johan akan membacanya satu atau dua jam kemudian.

Yang terpenting akhir-akhir ini adalah gosip di grup geng masa kuliahnya yang dinamai Red Ladies.

Nama itu tidak bermakna spesial hanya saja menunjukkan mereka (dahulu) sering nongkrong di Red Cafe.

Ternyata grup itu sedang ramai mengomentari postingan si Suci, yang memamerkan gaun super seksi untuk acara reuni nanti.

[Itu dadanya bolong sampe susu kamu kelihatan setengah gitu??] tulis Killa sewot.

[Bodo amat] tukas Suci.

[Mentang2 punya dadah besar!] Yayuk ikut nimbrung.

[Iri ya loo?? Hahahaha] tulis Suci lagi.

[Idih.. Serem tau punya susu gede kayak lo.. Kayak kalong wewek! LoL] Yayuk tak mau kalah.

-Gaunnya keren- tulis Puspa ikut meramaikan.

[Ahaaaiii Nyonya Presdir ikutan komen] kata Mia tiba-tiba muncul.

[Nah anak ini nih.. Gak punya susu gede juga udah banyak cowok nyaut yak dari dulu] tulis Suci dengan emot kedip di belakangnya.

[Eh tapi yang nyaut malah anak band kebanggaan angkatan kitaaaa..] tulis Mia menyahut.

Puspa tertawa kecil membaca percakapan mereka. Tentu saja ia tahu yang dimaksud mereka ada Sam..

-Sam dulu ganteng lho..- Puspa membela diri.

[Kalau ganteng napa putus haha] Suci menyahut lagi.

Puspa sedang mengetik balasannya tetapi sejenak jemarinya membeku. Ia kemudian menghapus lagi kalimat yang baru saja ia ketik. Lalu mengetik ulang..

-Bukan jodoh- balas Puspa berusaha terdengar diplomatis.

[Alasaaaaan] tulis Killa.

[Sekarang juga dia masih ganteng lhooo.. Aku follow Instagramnya hihihi] tulis Mia menggoda Puspa. 

-Kalau gitu buat kamu aja.. Kamu masih jomblo juga kan haha- balas Puspa sambil tersenyum-senyum. 

[Eh maaf ya bukan jomblo.. Tapi jandaaa] Mia menuntut revisi. 

[Janda gatel] giliran Suci menggoda Mia. 

[Awas lo.. Ntar gue godain suami lo] ancam Mia. 

[Udah ah.. Lagian dia mah gak akan suka sama lu wew.. Mending kita godain pasangan anak band ini niiih] Suci berusaha mengalihkan topik. 

[Sebentar lagi kan ketemuan dia sama si Ocean] lanjut Suci.

Mereka masih aja inget terjemahin nama Samudera jadi Ocean... Gumam Puspa dalam hati. 

[Pasti Nyonya Presdir ini bakal malu-malu tapi mau haha] Mia menuduh.

-Gak dong.. Kan udah jadi Nyonya Presdir- ketik Puspa.

[Dih sombongnyaaaa] tukas Suci.

Puspa tertawa kecil membaca teman-temannya satu persatu menyebutnya gadis paling sombong semuka Bumi.

Bebicara dan bergosip dengan kumpulan perempuan eksentrik ini selalu saja seru meski hanya lewat grup W******p. Mereka adalah sedikit dari orang-orang di sekitar Puspa yang terlihat kebal dengan ‘superioritas’ Puspa dan tidak sakit hati atau iri karenanya. Malah seringkali pencapaian Puspa jadi bahan ejekan mereka dan bahan ghibah mereka. 

Baru saja Puspa hendak menaruh ponselnya lagi di meja mendadak sebuah panggilan telepon masuk.

Puspa menatap nama yang tertera di layar ponselnya. 

Sekali lagi Puspa tersenyum.. Kali ini senyumnya lain, kalau sebelumnya ia tersenyum bahagia sekarang ia tersenyum begitu manis.. Persis seperti bocah ingusan yang sedang mengalami fase cinta monyet. 

Ia sudah menanti panggilan ini sejak semalam. Meski tertunda hingga pagi hari ia senang mendapatkan panggilan telepon ini.

“Halo...” sapa Puspa dengan suara yang dilembutkan, ia tak boleh terdengar tegas dan kaku seperti biasanya di depan orang lain. 

Sebuah suara membalas dengan tak kalah lembut dan cenderung bernada merayu membuat pipi Puspa merona. 

“Aku udah nunggu kamu dari semalam..” Kata Puspa sembari menatap keluar jendela. “Iya.. Aku ngerti.. Jangan lama-lama.. Aku sampai hotel lagi mungkin nanti jam lima sore.. Oke.. I love you...”

Puspa menutup sambungan telepon dengan perasaan sumringah.

Kini ia punya energi tambahan untuk melibas semua pekerjaan yang diserahkan padanya.

Terkadang memang begitu kuatnya kuasa cinta. Membuat seseorang merasa lebih digdaya daripada sebelumnya. Meneguhkan hati yang sebelumnya letih dan rapuh.

Puspa segera membereskan berkas yang sedari tadi ada di pangkuannya. Sudah tak ada waktu lagi, ia tak ingin terlambat bekerja dan tak sabar menunggu hingga pukul lima sore nanti

Rencana hari ini sempurna.. Dan Puspa tak akan membiarkan satu hal pun menghancurkan hari indahnya... Bahkan Johan sekalipun. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status