Seperti biasanya, Puspa selalu merasa percaya diri dimanapun ia berada. Begitupun kala ia memasuki area lapangan tempat reuni. Dengan langkah tegap layaknya seorang manajer level atas yang hendak memimpin meeting ia berjalan masuk.
Segera saja banyak orang melambaikan tangan ketika melihat kedatangannya. Puspa tak lupa melempar senyum pada mereka semua. Dan tentu saja dari sudut matanya ia bisa melihat Sam yang sedang berdiri mengobrol dengan Prima.
Dalam hati ia cukup terkejut melihat penampilan Sam yang sepertinya tidak berubah sama sekali dari saat ia terakhir bertemu dengannya.
Sarah menyadari kedatangan Puspa yang sedang berjalan dengan dagu diangkat tinggi mendekatinya. Hatinya gusar melihat tingkah Puspa yang terlihat pongah, jelas ia masih menyimpan perasaan yang mengganjal peninggalan masa lalu. Tapi hari ini ia adalah tuan rumah, dan ia tahu harus bersikap sebaik mungkin.Dan dengan setarikan napas panjang ia menegakkan diri dan tersenyum lebar seramah mungkin layaknya seorang tuan rumah pada tamunya.“Selamat siang,” sapa Sarah sedikit menunduk ramah menyapa.
One man’s trash is another man’s treasure (Suatu benda yang dianggap sampah bagi seseorang, adalah harta karun bagi orang lain). Tulisan itu ditulis dengan cat akrilik berwarna kuning pudar berbentuk huruf-huruf absurd diatas sebua papan tulis hitam bekas. Binar sudah berkali-kali protes dan meminta tulisan itu dicopot dari tempatnya yang menggantung diatas rak tepat di blakang meja etalase. Menurutnya tulisan itu jelek, tidak ada esetetikanya, dan yang paling penting tidak bisa dijual!! Samudera alias Sam si pemilik toko tentu saja tidak begitu saja menuruti keinginan Binar si bocah bawel itu. Sam ngotot tulisan itu harus tetap dipajang karena sesuai dengan prinsip toko barang bekas ‘Bars-Man’ (kependekan dari Barang
Jam sembilan pagi adalah waktu yang terburuk untuk berada di tengah-tengah pusaran kemacetan. Itu adalah saat dimana kita mesti berjibaku memperebutkan ruang di atas aspal supaya kita bisa melaju lebih cepat untuk mencapai tujuan tanpa terlambat. Belum lagi aroma asap yang semerbak menginvasi rongga hidung bisa membuat tenggorokan bernyanyi batuk-batuk. Untunglah bagi Sam kemacetan di jam ramai itu hanyalah pemandangan normal setiap hari dari Bars-Man yang juga sudah menjadi tempat tinggalnya. Jadi tidak ada kata ‘berangkat kerja’ di kamus kehidupan Sam selama bertahun-tahun. Melihat orang-orang naik darah ketika terjebak di kemacetan membuatnya amat bersyukur akan hidupnya yang simpel.. mungkin terlalu simpel.
Jika jam sembilan pagi dan jam empat sore adalah waktu yang terburuk untuk berada di jalan raya. Maka menurut Sam, jam delapan malam adalah waktu terbaik untuk bergentayangan berkeliling kota tanpa. Matahari sudah bersembunyi dibalik horizon, angin malam semilir yang dingin membelai kulit, pedagang kaki lima yang menjual beraneka ragam makanan sudah membuka lapaknya, dan suasana jalanan yang ramai tapi tidak menderita penyakit macet akut adalah resep paripurna untuk kondisi jalanan ideal. Jika saja bisa memilih, maka seharian suasana hari seperti jam delapan malam akan sangat menyenangkan. Jadi Sam juga perlu tidak kepanasan saat menjaga toko.
“Oi!” Sam melambaikan tangan ketika melihat Prima memasuki tokonya. Jambangnya masih sama-sama mengesankan seperti dulu. Wajahnya pun tetap terlihat lebih tua daripada umur aslinya. “Wah keren nih punya toko sendiri,” kata Prima sembari melihat ke sekelilingnya. “Ah cuma nerusin usaha kakek, ayo duduk-duduk!” Sam membawa dua buah kursi kayu dari balik etalase dan mereka berdua kemudian duduk di bagian dalam toko menghadap ke jalanan. Setelah semalam bertemu dan ber
Hari minggu adalah hari dengan jadwal malas-malasan sedunia!! Setidaknya itulah yang Binar pikirkan setiap hari minggu tiba. Ia tidak perlu bangun pagi untuk bersiap bekerja, ia bisa bangun tidur sesiang mungkin dan diam di kamarnya selama yang ia suka. Tidak ada yang lebih sempurna daripada diam di dalam kamar seharian! Sang nenek yang merawatnya sejak kecil selalu membiarkan Binar berbuat semaunya khusus di hari minggu saja. Tapi di hari biasa ia mesti kerja ekstra keras selain bekerja di Bars-Man, ia juga wajib membantu pekerjaan rumah. Tak hanya membantu seadanya tapi harus melakukan segalany
Siapa yang tak suka tinggal di hotel mewah? Fasilitas lengkap, selalu di kamar tipe suite, dan tentu saja secara gratis. Tidak seratus persen gratis tentu saja, tapi setidaknya Puspa tidak membayarnya sendiri. Semua sudah ditanggung Johan sang suami yang tak tersayangnya. Ajeng Puspa Ningtias.. Ia lebih suka dipanggil Puspa karena menurutnya lebih menarik perhatian. Dan sesuai harapannya, seumur hidupnya Puspa selalu menjadi pusat perhatian dimanap
Kebersihan adalah sebagian dari iman, tapi khusus bagi Sam selain daripada itu, kebersihan adalah juga sebagian dari penjualan. Apalagi bagi toko sam yang menjual barang bekas, jika barang jualannya semakin bersih maka semakin barang itu tidak terlihat bekas di mata pembeli dan akan (mudah-mudahan) membuat mereka membelinya.Sam menggunakan kuas nilon halus untuk mengusir debu dari salah satu action figure Batman original yang baru saja ia beli kemarin dari seseorang. Sam mendapatkannya dengan harga murah, tak sampai dua juta, jika sudah bersih ia berniat menjualnya seharga setidaknya tiga juta menurut harga pasaran.