Share

2.Balas Dendam

Author: Tikaka
last update Last Updated: 2024-11-18 11:38:56

Jasmine membuka pintu kamar hotel dengan hati-hati. Rencananya untuk melarikan diri langsung terhenti begitu melihat dua bodyguard bertubuh besar berdiri tegap di depan pintu. Tatapan mereka dingin, tanpa ekspresi.

"Kalian mau apa? Kenapa kalian masih di sini?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Atas perintah Tuan Zio, Anda harus ikut dengan kami, Nona," jawab salah satu dari mereka dengan suara rendah namun penuh ketegasan.

Jantung Jasmine berdegup kencang, ia mundur selangkah. "Aku nggak mau ikut!"

"Maaf, Nona, ini perintah. Anda harus ikut dengan kami," ujar bodyguard itu lagi, lebih tegas.

"Tidak!" teriak Jasmine, dia membalikan tubuhnya dan langsung berlari.

"Tunggu, Nona! Anda tidak bisa kabur!" seru salah satu bodyguard, langsung mengejarnya.

Jasmine memencet tombol lift dengan panik, sialnya pintu lift tak kunjung terbuka. Melihat bodyguard itu semakin dekat, ia memilih berlari ke tangga darurat. "Aku harus bisa lari dari mereka," gumamnya, napasnya terengah.

"Tunggu, Nona!"

Tangga demi tangga dilaluinya dengan cepat, meski tubuhnya mulai kehabisan tenaga. Tepat di tangga terakhir, napas Jasmine tersengal. Penglihatannya kabur, kepalanya terasa berat.

"Jasmine, kamu nggak boleh pingsan," bisiknya, menenangkan diri.

Namun terlambat. Dua bodyguard itu sudah mengejarnya, dan salah satu dari mereka mencengkeram tangannya dengan kuat. "Maaf, Nona, tapi Anda harus ikut kami," ucapnya dingin.

"Lepaskan aku! Aku nggak mau ikut!" Jasmine meronta, berusaha melepaskan diri. Namun cengkeraman mereka terlalu kuat sedangkan tenaga Jasmine sudah begitu banyak yang terbuang.

"Jangan membuat kami menggunakan kekerasan, Nona. Akan lebih baik jika Anda menurut pada kami dan Tuan Aldenzio," ujar bodyguard yang lain dengan nada tegas.

Jasmine terus meronta, tapi kekuatannya sudah habis. Dengan air mata yang terus mengalir, ia memohon, "Lepasin aku... aku mohon..."

Namun, permohonannya sia-sia. Kedua bodyguard itu menyeretnya menuju mobil yang sudah menunggu di depan hotel. Pintu mobil dibuka, dan Jasmine dipaksa masuk ke dalam. Setelah memastikan pintu terkunci rapat, salah satu bodyguard menatapnya dari kaca spion dengan tatapan tajam.

"Selamat datang di kehidupan barumu," katanya, lalu menyalakan mesin dan membawa mobil melaju menuju rumah Zio.

Di dalam mobil, Jasmine hanya bisa duduk dengan tangan terkepal. Hatinya penuh kebencian dan ketakutan. "Bagaimana bisa hidupku berubah menjadi mimpi buruk seperti ini?" pikirnya, sementara isak tangis terus terdengar dari bibirnya.

Setelah memastikan Jasmine dibawa pulang, Zio melangkah tenang menuju rumah sakit. Namun, begitu memasuki gedung, tatapan dinginnya perlahan berubah menjadi lemah dan sayu. Ia berjalan menuju ruang Unit Gawat Darurat dengan langkah berat, di mana mamanya, Luna, telah terbaring koma selama setahun terakhir. Waktu yang panjang, namun tanpa perubahan.

Pintu ruang UGD terbuka, dan Zio melangkah masuk dengan hati-hati. Di sana, Luna terbaring di atas ranjang rumah sakit, wajahnya pucat, dikelilingi berbagai alat medis yang menopang hidupnya. Zio mendekat, menarik napas dalam-dalam sebelum duduk di sampingnya.

"Mama, aku datang lagi," bisiknya, suaranya nyaris pecah. Mata Zio yang biasanya tajam kini berkaca-kaca, menatap wajah mamanya yang tenang dalam tidur panjangnya.

Dia menggenggam tangan Luna dengan lembut. "Mama tahu? Aku sudah menikah," lanjutnya dengan nada lembut. "Aku menikahi Jasmine... anak dari wanita yang menghancurkan hidup kita. Wanita itu mempermalukan aku waktu itu, Ma."

Zio menarik nafasnya dengan menghembuskan secara perlahan. "Maafin Zio, Ma. Maaf aku baru menemukan cara ini," lirihnya dengan isak tertahan. "Aku janji, aku akan membalas semua yang mereka lakukan. Jasmine... dia alatku untuk menghancurkan mereka. Aku pastikan dia nggak akan bahagia, Ma. Dia harus menanggung semuanya."

Tatapan Zio yang semula lembut kini berubah tajam. "Aku ragu, Ma. Apa cara ini benar? Apa aku harus mengorbankan hidupku dengan wanita yang sudah membuat kita jadi seperti ini? Tapi aku nggak punya pilihan lain."

Dia menggenggam tangan Luna lebih erat, berharap mamanya memberi tanda, meski hanya sedikit. "Tolong bertahan, Ma. Mama akan dapat keadilan. Aku ingin Mama lihat semuanya dengan mata Mama sendiri."

Zio terdiam sejenak, membiarkan keheningan melingkupi mereka. Suara mesin medis menjadi saksi Aldenzio menceritakan semua misinya. Meski begitu, Zio merasa sedikit tenang di dekat mamanya.

Setelah beberapa saat, ia menghela napas panjang. Melepaskan genggaman tangannya perlahan, Zio berdiri. "Maaf, Ma. Aku nggak bisa lama-lama di sini," katanya pelan. "Aku harus pastikan semuanya berjalan sesuai rencana."

Dengan langkah berat, Zio meninggalkan ruang UGD. Meski tubuhnya keluar dari rumah sakit raganya masih tertinggal di ruangan Luna.

Di sisi lain, Jasmine tiba di rumah Zio, diantar oleh para bodyguard yang mengawasinya dengan ketat. Rumah besar itu menyambutnya dengan suasana dingin dan tak bersahabat.

"Mulai sekarang, ini rumahmu," ujar salah satu bodyguard dengan nada dingin. "Jangan coba-coba kabur." Sambungnya lagi.

Jasmine hanya bisa berdiri di ambang pintu, merasa terjebak dalam situasi yang tidak pernah terlintas difikirannya . Isak tangisnya tertahan, namun air matanya terus mengalir begitu saja di kedua pipinya.

Jasmine tidak merespon, hanya menatap sekitar dengan perasaan campur aduk. Rumah itu megah, dengan dekorasi mewah di setiap sudutnya, tetapi tidak ada kehangatan di dalamnya. Dia merasa seperti burung dalam sangkar emas—terjebak tanpa jalan keluar.

Setelah para bodyguard pergi, Jasmine melangkah perlahan ke ruang tamu. Tubuhnya lelah, tetapi lebih dari itu, pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketakutan. "Bagaimana aku bisa keluar dari situasi ini?" gumamnya dengan putus asa.

Matanya menelisik bangunan megah di sekitarnya. Rumah ini besar, bahkan terkesan megah, namun sunyi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. "Apa memang sesepi ini? Apa dia tinggal sendirian?" pikir Jasmine.

Saat masih sibuk mengamati dekorasi rumah, langkah kaki terdengar mendekat. Beberapa ART datang ke arah Jasmine, membuyarkan lamunannya. Tidak seperti para bodyguard yang memperlakukannya dengan kasar, pelayan-pelayan ini menyambut Jasmine dengan senyuman ramah.

"Maaf, Nona. Kami ditugaskan oleh Tuan untuk membawa Nona ke kamarnya. Saya Mirna, kepala pelayan di sini," ucap seorang wanita paruh baya dengan penuh sopan santun.

"Mari, Nona. Saya antar ke kamar," lanjutnya dengan nada hangat.

Jasmine menatap Mirna dengan bingung, satu alisnya terangkat. "Maaf, Bi, dia ada di rumah kan? Saya tidak satu kamar dengannya," tanyanya dengan ragu.

Mirna tersenyum lembut. "Kamar Nona bersebelahan dengan kamar Tuan. Kami sudah mengurus kamar Nona dengan baik. Mari ikut."

Jasmine mengangguk pelan dan mengikuti Mirna, meskipun langkahnya masih penuh keraguan. Entah apa yang menantinya ke depan, ia hanya berharap esok hari tidak membawa lebih banyak penderitaan.

Mirna mulai menjelaskan peraturan rumah sambil berjalan menuju kamar Jasmine. "Tuan Aldenzio tidak suka kebisingan, tidak suka diganggu, dan yang paling penting, tidak ada yang boleh masuk kamarnya tanpa izin."

Jasmine mengangguk tanpa berkata apa-apa. Sesampainya di depan sebuah pintu, Mirna membukanya lebar.

"Ini kamar Nona, dan yang di sebelah itu kamar Tuan" ucap Mirna dengan seulas senyumnya.

Jasmine menghela napas berat sebelum melangkah masuk. Kamarnya luas dan mewah, tetapi tetap saja terasa dingin dan asing. Ia duduk di tepi tempat tidur, matanya menelisik setiap sudut ruangan.

"Kaya zaman dinasti, harus ada peraturan ini-itu," gumamnya dengan tatapan begitu lelah.

Dengan langkah perlahan, Jasmine menuju balkon. Ia membuka pintu kaca, membiarkan angin malam menyentuh wajahnya. Tatapan matanya kosong, pandangannya jauh ke depan, menembus gelapnya malam.

Dia menghela napas panjang. "Aku nggak nyangka, masa laluku membawa masa depanku jadi hancur begini,"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jeratan Cinta Tuan Muda   32.Bertemu Jasmine [Ending]

    “Hari ini Mama sudah bisa keluar dari rumah sakit, Ma,” ucap Zio sambil merapikan barang-barang mamanya. “Tapi maaf, Zio harus keluar kota malam ini juga karena kerjaan, Ma, dan Zio gak tahu akan pulang kapan.”“Kerjaan atau kamu mencari Jasmine yang kabur dari kamu?”Tangan Zio langsung berhenti saat mamanya menyebut nama istrinya. Bukankah sang suster sudah melarang mamanya menonton TV?“Gak usah kamu tutupi, Zi. Mama tahu semuanya. Mama tahu kalau kamu menikah dengan anak dari Melda, wanita yang sudah menghancurkan hidup Mama, kan? Kenapa harus kamu tutupi?”“Mama tahu dari mana?” tanya Zio dengan menatap ke arah Luna.“Mama tahu karena Mama lihat siaran kamu di TV. Kalau Mama gak diam-diam menonton, Mama gak akan tahu sosok istri kamu. Mama tidak akan melarang semua kebahagiaan kamu. Jasmine gadis baik-baik. Mama masih ingat jelas bagaimana Jasmine minta maaf sama Mama dan nangis-nangis karena Papanya juga jadi korban dari perselingkuhan Mamanya.”Zio makin tidak bisa berkata-kata

  • Jeratan Cinta Tuan Muda   31.Semua Terbongkar

    Melda tidak menyangka jika ternyata Aldenzio adalah putra dari wanita yang sudah dia rusak rumah tangganya. Dan yang paling tidak dia sangka, ternyata dia menjual Jasmine ke Aldenzio, bukan kepada laki-laki tua seperti yang ada di angan-angannya.Sekarang, Melda hanya bisa menerima semuanya. Mau menangis darah pun, Aldenzio tidak akan pernah melepaskannya, apalagi semua bukti sudah Aldenzio kantongi dan diserahkan ke pihak yang berwajib.Hanya tinggal Putri saja yang bisa menyelesaikan semuanya. Entah Putri bisa menolong Melda atau tidak, tapi setidaknya Putri bisa mencari pengacara untuk meringankan hukumannya.Berita penangkapan Melda ternyata diketahui oleh Luna. Wanita paruh baya itu menonton berita penangkapan tersebut sambil menghela napas panjang dengan kasar.“Jadi selama ini dia masih berkeliaran di luar? Dan apa sebenarnya yang terjadi? Zio, kenapa dia menyebut nama Jasmine, istrinya? Apa mereka ada hubungan di balik semua ini?”Saat hendak melihat berita lain, sang suster m

  • Jeratan Cinta Tuan Muda   30.Penangkapan

    Melda menggigit kukunya, panik merayapi pikirannya. Bagaimana Zio bisa tahu rahasia besarnya? Jangan-jangan, memang benar jika Zio tahu segalanya tentang hidupnya. Wanita paruh baya itu mondar-mandir di ruangannya dengan tatapan penuh kecemasan. Rahasia yang sudah ia kubur dalam-dalam dan percaya tak akan pernah ada yang mengetahuinya ternyata kini terancam terungkap. Jasmine sudah membongkar semuanya sebelum ia pergi meninggalkan segala huru-hara ini.“Tidak, aku harus cari Jasmine. Dia pusat masalahnya. Kalau dia tidak cerita pada Zio, mana mungkin Zio tahu semua ini,” desis Melda, mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja.Baru saja ia hendak menghubungi orang kepercayaannya, tiba-tiba pintu ruangannya diketuk dari luar oleh asistennya.“Apa ada info soal yang saya minta tadi?” tanyanya cepat.Pria itu mengangguk, lalu menyerahkan beberapa berkas ke hadapan Melda.“Sepertinya, Bu Melda melewatkan sesuatu. Baru-baru ini ada kabar yang menyangkut soal Aldenzio dan Jasmine.”Me

  • Jeratan Cinta Tuan Muda   29.Makin Berani

    “Maaf, Pak. Ada tamu yang bersikeras ingin bertemu dengan Bapak. Saya tidak bisa melarangnya, dia sedang berada di ruang tamu kantor,” ucap sang sekretaris sambil menundukkan kepala.“Dan berita tentang Bapak semakin menyebar luas ke mana-mana, jadi asumsi publik terus berkembang. Saya juga sudah melihat ini sangat berpengaruh pada perusahaan. Apa Bapak mau saya bantu untuk take down berita ini? Biar nanti saya dan asisten Bapak yang mengatasinya.”Aldenzio menggelengkan kepalanya dengan tatapan datar. “Saya sudah punya cara sendiri. Take down atau tidak, beritanya akan tetap mengalir begitu saja karena pasti ada oknum yang berpihak pada penyebar berita.”“Tapi itu nggak benar, kan, Pak?” tanya Rika memastikan. “Eh, maaf kalau saya lancang.”Aldenzio tidak menjawab, hanya melirik sekilas sang sekretaris. “Nggak perlu saya klarifikasi, nanti kamu tahu sendiri,” jawabnya sambil berjalan ke arah ruang tamu kantornya.Dia sudah cukup hafal siapa yang datang. Pasti Melda dan Putri yang aka

  • Jeratan Cinta Tuan Muda   28.Banyak Masalah Yang Harus Dihadapi

    Pagi ini, kabar pengunduran diri Jasmine sekaligus video Jasmine kencan malam itu dengan Zio sudah ramai jadi perbincangan di seluruh penjuru kantor. Banyak sekali yang menduga-duga jika Jasmine mengundurkan diri karena memang Jasmine ketahuan selingkuh dengan CEO dari perusahaannya sendiri. Apalagi kabarnya Jasmine memang sudah melakukan pernikahan secara diam-diam. Sosok suami Jasmine saja tidak ada yang tahu bagaimana, dan jelas ini menyimpan banyak pertanyaan dari rekan kerjanya. Apalagi Zio hari ini juga tidak masuk kerja.“Gila, nggak nyangka jika Jasmine ternyata seperti itu.” “Parahnya lagi Pak Zio, harusnya dia tahu kan status kontrak kerjaan Jasmine seperti apa. Dan kenapa kalau sudah bersuami dia malah deketin Jasmine, sampai buat dinner romantis segala?”“Ck, nggak lupa kan kalau Jasmine itu pindahan dari kantor cabang? Jadi aku yakin Jasmine status saat ngelamar kerja belum menikah. Apalagi katanya nikahnya diam-diam, kan?” “Jangan-jangan ini yang membuat Jasmine hidup

  • Jeratan Cinta Tuan Muda   27.Jangan Cari Aku

    “Kenapa bisa kecolongan seperti ini? Kalian bisa kerja nggak sih!” teriak Zio memarahi beberapa pengawal yang sedang berdiri berjejer di depannya. “Saya nggak mau, sekarang juga cari Jasmine sampai ketemu. Kalau belum ketemu, tidak ada yang boleh kembali ke rumah ini, ngerti?” “Ba-baik, tuan.” Gugup mereka. “Tunggu apa lagi? Cari sekarang!” teriak Zio, sambil menunjuk ke arah luar. Beberapa pengawal itu langsung keluar dari ruangan tengah. Zio meraup wajahnya dengan frustrasi. Padahal, kabar bahagia sedang menyelimutinya, malah dia harus mendapatkan kabar buruk bahwa istrinya kabur lewat balkon. Zio menatap ke arah atas, dia beranjak berdiri dan menaiki anak tangga, tapi sebelum naik, suara Bi Mirna membuat Zio berhenti. “Maaf, tuan. Tadi saya menemukan ini di kamar Nona Jasmine.” Ucap Mirna, dengan menyodorkan selembar kertas yang dilipat kecil. “Maaf, kami sudah teledor menjaga Nona Jasmine.” Zio tidak menjawab, dia hanya mengibaskan tangannya dan beranjak menaiki anak tang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status