Anna mencoba memejamkan matanya yang terasa pekat. Hari sudah malam. Tapi, bukannya pergi, dia malah berbaring di ranjangnya yang selama beberapa bulan menemani kesepiannya berteman kan rasa sakit.
Begitu Anna dan bik Meggy sampai di rumah. Suasana rumah malah berubah menjadi sangat sepi. Nyaris seperti tidak ada kehidupan yang menghuni. Meskipun kesehariannya, dia memang berteman dengan sepi. Tapi, tidak sampai se sepi ini. Dia merasa, ada yang berbeda dengan rumahnya kini.“Kenapa sepi sekali?” ujar Anna sambil melihat ke sekeliling ruangan. Berharap menemukan Luke, dan segera mengatakan, jika dia menyetujui perceraian mereka dan secepatnya pergi meninggalkan pria itu. Dia tidak mau ambil risiko jika menyangkut keselamatan bayinya. Persetan dengan Selena, bayinya dan kebohongannya. Dia tidak peduli lagi sekarang. Yang terpenting, dia bisa membawa bayinya pergi dengan selamat.“Entah, Nona. Saya juga tidak tau,” jawab bi Meggy dengan sejujur-jujurnya. Dia ‘kan juga b“Selena, kita akan pindah.” Suara Luke yang tiba-tiba terdengar, membuat Selena yang sejak tadi duduk di depan meja riasnya, menoleh dengan wajah penuh tanya.“Pindah? Pindah ke mana, Tuan? Dan kenapa?” tanya Selena panjang lebar. Kening wanita itu tidak terlilit perban lagi, melainkan di plester dengan plester kecil.Luke membuang napasnya asal sebelum menjawab, “Ke apartemenku. Karena keberadaanmu di sini akan selalu membahayakan keselamatan bayiku. Bukannya tidak mungkin, Anna akan kembali berulah ‘kan?”Selena tersenyum puas. Rencananya kemarin, benar-benar membuat Luke dan Anna semakin jauh. Bahkan bisa dia tebak, Luke sudah sangat membenci wanita itu. Dari tadi malam pun, dia tak melihat keberadaan Anna di rumah lagi.“Aku akan membunuhnya, jika mencoba menyakiti bayi kita, Tuan.”Perkataan Selena, membuat Luke ingin sekali mencekik wanita itu sekarang juga. Berani menyentuhnya, kamu akan aku buat sekarat, jalang.“Davio bagaimana? Oiya, ke mana saja Tuan
Begitu mendapat laporan dari bi Meggy tentang niat Anna yang ingin pergi. Luke langsung menghubungi salah seorang polisi yang bekerja sama dengannya untuk memata-matai Selena dan kekasihnya. Selena memang tidak tinggal satu apartemen dengannya. Dia memang sengaja melakukan itu, agar Selena bebas untuk melakukan kelicikannya, dan dia bisa mendapatkan bukti sebanyak mungkin untuk menjebloskan wanita itu ke penjara.“Aku sudah tidak bisa diam lagi, Robert!”Opsir polisi yang Luke kenal saat berada di jeruji besi, berlanjut sampai sekarang hingga menjalin ikatan pertemanan dengannya.Robert yang sedang memata-matai kasus kekasih Selena, harus meminta tolong pada Luke, yang kebetulan juga bermasalah dengan wanita itu. Dan akhirnya, Luke mau mengikuti aturan permainan Robert, demi mengungkap kebusukan Selena juga. Ya, Luke menahan Selena bukan hanya perjanjian tak berguna itu. Tapi demi Robert yang menjadi teman dekatnya.“Aku sudah menemukan banyak bukti, Luke. Selain p
“Sam, wanita itu yang akan kita bunuh sekarang!” ucap Selena dengan lantangnya.Perkataan Selena, jelas membuat Anna lekas bangkit dengan raut wajah pucat. Nyawanya dan bayinya terancam. Jelas terlihat, bagaimana raut wajah menakutkan Selena dan pasangannya itu saat mengatakan akan membunuhnya. Mereka tidak sedang bersandiwara.Anna ingin lari, saat pria itu mendekat. Tapi, harus lari ke mana? Dirinya tersudut di antara kolam dan tembok tanaman berduri.“Apa yang kamu mau?!” tegas Anna di tengah ketakutannya.Pria yang tak lain adalah Sam, malah tertawa lebar melihat bagaimana ketakutannya wanita bernama Anna itu.“Tuan Luke yang menyuruhku kemari untuk mengabulkan keinginanmu,” ucap Sam kemudian memegang lengan Anna dan menggenggamnya dengan kuat, sehingga membuat Anna meringis kesakitan.“Lepas! Berengsek!”Rahang Anna mengetat. Apakah ini maksud kepulangan Luke yang ingin mengabulkan keinginannya? Dasar bajingan! Luke sudah menipunya lagi, dan kali ini, dia t
Luke masuk ke dalam mobilnya dengan rasa takut teramat sangat. Entah apa saja yang sudah terjadi pada Anna, mengingat si jalang Selena dan kekasihnya, sudah bergerak sejak 2 jam lalu.Tangannya yang memegang kemudi mobil, bergetar dengan kuat. Jika sampai terjadi sesuatu pada Anna dan bayinya, maka dia tidak pernah memaafkan dirinya sendiri.Sudah cukup, Anna tersiksa dan menderita selama ini. Hidup dalam bayangan keegoisan, dan kebohongan yang terlalu naif untuk dia ungkapkan. Saat ini, dia hanya perlu menyelesaikan penyelidikan Robert, maka semuanya akan selesai. Dia akan mengakhiri semua sandiwara sialan ini, kemudian menendang Selena ke dalam penjara. Dan setelahnya, dia akan membuat Anna bahagia dan memberikan anaknya keluarga yang sempurna.Tapi, kenapa semuanya mendadak seperti ini? Kebrutalan Selena dan Sam, tak sesuai perkiraannya. Dia tidak pernah menyangka, Anna akan menjadi objek pembalasan dendam mereka demi menghancurkannya.Sialan!Wajah Luk
Robert menghentikan mobilnya di depan rumah Luke dengan tergesa. Benar dugaannya, Luke sudah lebih dulu sampai dan entah apa saja yang sudah terjadi di dalam. Dengan langkah cepat, Robert menuju pintu rumah, dan pemandangan di depannya membuatnya tak tahan sehingga,Dorrrr!!!Senjata yang siaga di tangannya, harus melepaskan satu timah panasnya, sehingga membuat pria yang menodongkan senjata ke kepala Luke harus terkapar dengan luka mengenaskan di dada.Ya ... suara tembakan itu, bukan simfoni kematian Luke. Melainkan keputusan Robert yang memilih melumpuhkan Sam dengan menembak dadanya. Tidak ada cara lain lagi. Sam pasti akan menghabisi Luke, jika dia tidak segera bertindak. Tapi beruntungnya, dia datang tepat waktu, sehingga bisa mengambil keputusan, di detik-detik terakhir kematian akan mengambil nyawa Luxander yang sedang memeluk istrinya yang mungkin ... sekarat.Selena berteriak histeris. Tawa kemenangannya tadi, berubah menjadi isakan begitu melihat Sam ter
Queen mengemudikan mobilnya sambil bersenandung riang. Kabar yang dia terima tadi pagi, membuatnya nekat kembali dari Las Vegas. Jasmine akan melahirkan, itu artinya, dia akan memiliki keponakan baru yang bisa dia usili selama beberapa minggu ke depan. Hitung-hitung Sebagai hiburan, mengingat kehidupannya beberapa minggu terakhir, hancur berantakan karena seorang polisi gila.Pertama-tama, Queen ingin mengunjungi Luke dulu. Kata Daddy Alex, hanya Luke yang belum diberi tahu tentang Jasmine yang akan melahirkan. Dia pun sangat merindukan saudara kembarnya itu. Luke pasti akan senang mendapat kejutan kedatangannya.Brrrrmmmm!!Mobil Queen berhenti. Anehnya, ada 2 mobil yang tak terparkir secara rapi di bagasi. Dia pun lantas turun dan segera melangkah menuju pintu.Deg!Langkah Queen mendadak berhenti, begitu melihat seorang wanita hamil yang tengah menodongkan senjata ke arah Luke yang sedang memeluk ... Anna?Ya Tuhan, ada apa ini? Dan Ana? Anna sedang hamil
“Luke, ikutlah denganku. Anna akan dioperasi di ruangan, Jasmine.”Luke yang duduk putus asa sambil menyandarkan tubuh lemahnya ke tembok, mendadak mendapatkan semangat hidupnya lagi. Entah angin apa yang membuat Peter mengajaknya untuk menemui Anna mengingat amukan Peter tadi yang ingin membunuhnya.Sebelum pergi, Luke sempat melihat ke arah Davio yang menatapinya tajam. Sepertinya, Davio akan menjadikannya musuh pertamanya setelah ini berakhir.Tanpa basa-basi, Luke pun segera mengikuti Peter yang sudah hilang di balik pintu. Ada seseorang di dalam sana yang harus dia yakinkan untuk tetap bertahan hidup.***Jasmine merasakan usapan lembut di wajahnya. Telapak tangan yang besar dan hangat itu sudah dia kenal betul siapa pemiliknya. Satu-satunya pria yang sangat dia cintai, sampai-sampai membuatnya lupa bagaimana senangnya hidup normal. Kebutaannya saat ini, sama sekali tak membuatnya merasa sedih atau pun merasa tak berguna. Pria itu. Selalu membuatnya merasa
Luke berlari kuat demi menyusul para dokter yang membawa bayinya tadi. Rasa bahagia, membuat dadanya kembang kempis. Anna berhasil bertahan dan melahirkan bayinya dengan selamat. Hanya saja, kondisi bayinya saat ini, membawa ketakutan tersendiri yang tidak bisa dia jelaskan bagaimana besarnya.Para dokter itu, masuk ke sebuah ruangan dan dia pun mengikutinya. Sebuah ruangan yang penuh dengan alat-alat medis dan beberapa perlengkapan bayi.“Tuan, tolong pakailah.” Seorang suster memberinya pakaian khusus yang di gunakan saat berada di ruangan bayi yang sterilisasi, lengkap dengan sarung tangan, dan masker.Luke segera memakainya. Tapi, langkahnya untuk masuk ke ruangan yang berada di dalam ruangan itu, di mana para dokter sedang bersama bayinya, harus tertahan di tempat.“Ada apa lagi?” kesalnya. Jika saja, dia tidak memikirkan keributan yang akan terjadi, dan berakibat para dokter itu tak konsentrasi menangani bayinya, sudah dia singkirkan beberapa perawat yang menghalan