Fu mengubah duduknya, mencari posisi yang lebih nyaman.
"Membebaskan Zanwan, tentu saja," sahut Shaw, mengambil satu gelas berisi teh dan meminumnya.
Fu mengerutkan keningnya.
"Membebaskan Zanwan?"Bailey mengangkat tangan kiri dan menempelkan punggung telapak tangan kirinya tersebut ke mulut tepat sebelum menguap. Matanya sedikit berair dan perlahan terpejam tanpa sadar. Namun, dengan segera ia menggelengkan kepala dan membuka mata lebar-lebar.
"Singkatnya, membawa Zanwan pada kehidupan yang lebih baik," tukas Bailey.
"Kalian masih bocah. Yakin bisa mencapai itu?"
Zanwan adalah desa dengan orang-orang yang penuh misteri. Membawa Zanwan pada kehidupan yang lebih baik tentu tidak lepas dari orang-orangnya. Sebuah tempat yang lebih baik memiliki orang-orang yang bersatu di dalamnya. Lantas, bisakah menyatukan orang-orang Zanwan? Ketika mereka bahkan tidak segan mengambil nyawa dan me
"Kau benar."Dexter sedikit menundukkan kepalanya, menatap ke meja."Tapi ... sepertinya kali ini akan berhasil. Karena alam juga pasti akan membantu."Bexter berhenti membalik halaman. Ia menatap Dexter dan berkata, "Kau merasa ada sesuatu yang tidak beres, Dexter?"Karena bertahun-tahun menghabiskan waktu di kastil dan area sekitarnya, tidak bisa sekadar menjelajah Zanwan, Dexter lebih banyak berdiri di dekat jendela di kamarnya untuk melihat pemandangan jika ia sedang luang. Kebiasaan yang berulang membuatnya seakan memahami perubahan, termasuk perilaku hewan-hewan, tumbuhan, juga nabastala yang setiap hari ia pandangi dan bumi yang ia pijak. Dexter sensitif dengan alam."Aku mulai merasakan gemuruh, beberapa kali selama beberapa waktu terakhir ini. Jika memang tidak ada apa-apa, setidaknya tidak akan sebanyak itu. Mungkin hanya akan satu atau dua kali."Dexter mengangkat kepalanya, menatap penasaran."Apa kau sudah mencari tah
"Ayo, kau melompat dulu."Shaw menyingkir saat penutup lubang kotak sudah terbuka hampir sepenuhnya. Bailey mengambil posisi, lalu melompat dan masuk ke dalam lubang kotak tersebut. Giliran Shaw setelahnya. Penutup dikembalikan ke posisinya semula sebelum mereka merangkak.Hari mulai gelap. Tidak ada apapun yang mereka lihat selain merasakan debu yang sangat tebal di lantai atap rumah Daniel dan ... pengap. Tidak ada cahaya, tidak ada udara segar. Hanya ada udara yang terasa dingin di hidung mereka, seperti tengah bernapas di waktu fajar. Tangan mereka berabal, mencari kotak lain yang menghubungkan mereka ke ruangan di dalam rumah. Mereka merangkak sepelan mungkin dengan sangat hati-hati. Setelah menemukannya, mereka membuka kotak dan melompat turun. Ruang tengah.Shaw berjalan ke dapur, mencari sapu, lap, atau apapun yang bisa ia temukan untuk membersihkan kursi, meja, dan lantai."Sekarang ceritakan," ujar Shaw, menarik satu kursi meja makan yang
Sampai di ruangan di mana sumber suara berasal, Fu berhenti. Ia tidak peduli dengan komentar Shaw dan Bailey terhadapnya, tetapi sejujurnya Fu enggan untuk berinteraksi langsung dengan mereka lagi.Hanya persoalan waktu. Sesuai perjanjian, Fu hanya perlu berada di sekitar Shaw sampai bocah bermata hitam agak sipit itu meraih tujuannya. Setelah itu, Fu bebas, tidak lagi terikat. Namun perbincangan dengan Shaw dan Bailey di timur laut membuat Fu seakan mendapatkan teman berbicara yang sebenarnya ia inginkan, dan itu membimbangkan keteguhan keputusannya yang lalu."Kamar!" Bailey terdengar bersuara lagi.Kamar? Fu mengernyitkan kening."Jika aku sedang di rumah, aku paling sering berada di kamar ... tempat yang membuatku benar-benar merasa bebas."Oh, pertanyaan pertama? Fu merendahkan daksanya dengan sedikit menekuk sikunya.Suara derit kursi terdengar. Bocah bermata cokelat gelap itu bangkit dari duduk, mengarahkan lentera ke sekeliling
"Keningnya sangat dingin, tapi aku merasakan ada sedikit hangat di dalamnya. Kita harus mengeluarkan mereka agar dapat memeriksa denyut nadinya." Fu berujar dengan cemas, melihat ke sana kemari mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk mengeruk pasir."Kalian tetaplah di sini!" ujar Fu, langsung berdiri setelah sesaat mengedarkan pandangan dan tidak menemukan apapun yang dapat membantu. Ia melesat dan melompat ke atas tebing.Shaw menaruh kotak di tangan, lalu berdiri dan berjalan melihat sekitar. Barangkali ada sebatang ranting atau batu. Bailey ikut berdiri, mencari ke sisi lain.Dalam seperempat gelas sesapan kopi, Fu kembali dengan 3 buah kayu yang cukup lebar, yang ia temukan di jenggala. Ia memberikan 2 dari kayu tersebut pada Shaw dan Bailey lalu mulai mengeruk.Ketiganya menggunakan tangan mereka untuk membantu menyingkirkan pasir-pasir. Mereka mengeruk satu per satu orang agar lebih cepat dikeluarkan.Tak mengindahkan tangan dan kuku
Lentera ia taruh di meja. Shaw duduk perlahan di lantai, mengecilkan lagi nyala api di dalam lentera hingga penerangannya sangat temaram.Shaw mencondongkan daksanya ke depan, menatap Fu dan Bailey dengan wajah serius."Mereka lebih dari 5 orang," bisiknya.Saat ia menyalurkan hakinya ke seantero rumah melalui tungkai, getaran dari gelombang bumi lebih jelas terasa. Suhu hangat dari daksa tersalur ke alas tungkai mereka, lalu bersentuhan dengan bumi yang suhunya lebih netral.Hantaman kembali terdengar, menyebar di beberapa titik lain. Pintu depan, pintu dan jendela dapur, jendela kamar."Aku masih belum bisa merasakan hakinya. Siapapun mereka, pastilah para terlatih. Kita tidak bisa menghadapinya, harus meminta bantuan," ujar Fu, masih dengan suara berbisik.Tapi pada siapa? Fu tidak mungkin meminta bantuan orang-orang dari kelompoknya.Hantaman semakin keras. Suaranya sudah terdengar seperti ledakan. Shaw menggeleng pelan, tidak
Hembusan anila di luar rumah Spencer semakin kencang. Dedaunan di pohon-pohon bergoyang menari. Kilatan cahaya terang mewarnai pertarungan anak buah Bexter dengan orang-orang berpakaian hitam bersimbol naga hibrid.Di tengah kecamuk itu, sekumpulan prajurit lain datang dari berbagai arah, menembus dinding haki berwarna seiras pelangi itu dan masuk ke dalam pertempuran. Mereka membantu anak buah Bexter yang tersudut sebab kalah jumlah dan kekuatan.Bola-bola haki hitam besar dilayangkan oleh para pemilik simbol naga hibrid, ditahan dengan haki perisai oleh sebagian anak buah Bexter dan Ascal, sedang sebagian yang lain menghantamnya dengan bola-bola haki putih. Benturan dari kedua haki bak kumpulan udara tersebut menimbulkan dentum yang nyaring nan memekikkan telinga, serta membuat hembusan anila semakin kencang. Jika saja rumah Spencer tidak dilapisi haki oleh Shaw, maka sudah pasti rumah tersebut akan porak-poranda.Beberapa pemilik simbol naga hib
Ketika kabar menghilangnya 3 alumni sampai ke telinga, dan tahu jika salah satu dari 3 alumni tersebut adalah Joe, Fu menjadi resah. Ia sangat tidak tenang.Di waktu-waktu luang saat menjalankan tugasnya mengawasi Shaw, Fu menggunakan sebagian besar waktu tersebut untuk mencari Joe.Kini, Joe telah ia temukan. Fu ingin Joe selamat. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi pada Joe."Dia memiliki seorang adik laki-laki yang tinggal di Akademi. Satu-satunya anggota keluarga yang dia punya dan sangat dia lindungi. Tolong pertemukan mereka dan jangan sampai adiknya berada di luar untuk sementara waktu, atau orang-orang bersimbol naga hibrid akan menggunakan adiknya untuk mendapatkan Joe kembali," lanjut Fu.Ini adalah satu dari sekian hal yang sangat menyebalkan baginya. Orang-orang yang menjadi anak buah, pelayan, atau budak, akan memberikan data semua anggota keluarga yang dimiliki kepada tuan mereka. Dan ini kerap kali digunakan jika me
"Untuk sementara, kalian tinggal di sini. Semua materi pelajaran akan diberikan dan kebutuhan kalian akan diantar pelayan. Jangan pergi ke luar mansion sebelum diizinkan."Tidak banyak yang dapat Bexter katakan. Ia belum pandai menghadapi anak kecil, pun merasa tingkat kepahaman serta daya serap dirinya dengan ketiga remaja dan anak kecil di depannya tersebut berbeda. Ia hanya berharap mereka setidaknya akan mematuhi."Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi kami akan mendengarkan," sahut remaja laki-laki yang paling tinggi, diikuti anggukan 3 orang yang datang bersamanya, lantas mereka masuk ke paviliun.Bexter berbalik usai keempatnya masuk dan pintu ditutup, kemudian berjalan ke arah dungeon. Di taman, ia melihat Zander yang sedang berpatroli keliling mansion bersama Ryson. Bexter melambaikan tangan dan berjalan ke arah mereka."Tuan Larson." Zander dan Ryson menyapa seraya sedikit membungkukkan kepala."Tuan Hunt sudah pul