Share

Bab 4 Berangkat ke Jakarta

Seminggu telah berlalu.

Sore hari ini, Bayu harus berangkat ke Jakarta. Dia berangkat menggunakan moda transportasi Bus Travel dari kota Muntilan.

Kota Muntilan adalah kota kabupaten terdekat dari desa Bayu. Kota ini kecil dan tidak ramai. Dari desanya ke kota Muntilan hanya memakan waktu setengah jam.

Bayu dijemput dan diantarkan ke Agen Bus Travel oleh teman Kakek Warno, Pak Yono, menggunakan mobil van miliknya.

Di dalam mobil, Bayu iseng ingin melihat Kembaran pak Yono.

Ketika Bayu mengaktifkan kemampuannya, dia melihat Kembaran pak Yono menempel di punggungnya dan posisi kepala Kembarannya berada di bahu kiri Pak Yono. Bayu terkejut melihat ini dan bergumam kepada dirinya sendiri, “Pak Yono ini bukan orang baik, kurasa? Kembarannya hampir bersatu dengan tubuhnya!”

“Mengapa Kakek berteman baik dengan orang ini?” pikir Bayu lagi.

“Ah, sudahlah! Bukan hakku untuk mengatakan hal ini.” Bayu menepis kekuatirannya dan duduk diam di dalam mobil pak Yono.

Tidak menunggu lama, mobil sampai di Agen Bus Travel.

Setelah mengucapkan terima kasih, Bayu turun dari mobil dan bergegas menuju kantor Bus Travel dengan membawa Ransel Hiking yang berisi pakaian, sepatu, dan berkas dokumen kelulusan.

Bus Travel adalah layanan angkutan umum yang lebih baik dibanding Bus biasa dan Bus Malam.

Tempat duduknya lebih nyaman dan Bayu duduk di kursi satu baris. Busnya memiliki kursi satu baris dan dua baris, kapasitasnya hanya 24 penumpang.

Duduk di kursi tamu di ruang tunggu, Bayu bermain dengan ponselnya.

Penumpang yang datang belum banyak. Baru ada lima orang, termasuk Bayu.

Lima belas menit kemudian, calon penumpang yang datang bertambah. Hal ini membuat Bayu iseng ingin melihat Kembaran mereka.

Bayu mengaktifkan kemampuannya secara instan. Kemudian, dia melihat ke sekeliling ruangan.

Ada berbagai macam pose dari Kembaran mereka. Namun, dua Kembaran Jiwa penumpang Bus membuat Bayu terkejut.

Ada kembaran jiwa milik wanita cantik yang mengenakan kaos dan celana jeans ketat yang duduk di ujung kursi tamu. Kembarannya menempel di punggung wanita itu dan posisi kepalanya dengan dagu bersandar di bahunya. Wajahnya pucat berlumuran darah dan matanya merah, membuat Bayu merasa ngeri, hingga dia memalingkan mukanya ke arah Kembaran aneh yang kedua.

Seorang pria dengan kaos santai, tetapi anehnya kembaran pria tersebut menggunakan baju koko dan mulutnya berkomat-kamit, seperti berdoa atau berdzikir.

“Memang, tidak bisa menghakimi seseorang hanya dari melihat penampilan luarnya saja!” Bayu berpikir dalam hatinya.

Bayu tenggelam dalam pikirannya ketika suara seorang pria terdengar, “Calon penumpang Bus Travel dengan tujuan Pasar Senen, Jakarta silakan menaiki Bus sekarang! Lima belas menit lagi, Bus akan segera berangkat!”

“Koper dan bawaan yang berukuran besar, silakan dimasukkan ke dalam bagasi! Petugas Bus akan membuka bagasi sekarang. Posisi bagasi ada di samping kiri Bus!” Awak Bus Travel berteriak lagi.

Bayu mengangkat ransel Hikingnya dan berjalan menuju bagasi Bus. Dia menyerahkan ransel kepada petugas yang menata bawaan penumpang di dalam bagasi Bus. Setelah itu, Bayu naik ke atas Bus memilih kursi sesuai tiketnya.

Setelah duduk di kursi baris pertama, Bayu mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan obrolan kepada ibunya untuk memberitahu bahwa dia sudah berada di dalam bus dan akan segera berangkat menuju kota Jakarta.

Sambil menunggu Bus berangkat, Bayu menonton video online. Tidak lama kemudian, awak Bus menyatakan bahwa bus segera berangkat.

Bus melaju kencang  ke kota Magelang. Hanya sebentar bus mampir di kota Magelang untuk menjemput penumpang.Dari kota Magelang, bus melaju menuju kota Semarang. Setelah dua jam kemudian, bus memasuki kota Semarang untuk menjemput penumpang terakhir dari Agen.

Setelahnya, Bus masuk ke jalan tol dan melaju tanpa henti ke Jakarta. Mulai merasa bosan, Bayu akhirnya tertidur.

Namun ... dalam mimpinya, wanita berwajah pucat dan berlumuran darah berdiri di koridor bus mengacungkan pisau berlumur darah segar dan berkata pada Bayu, “Hei, bocah! Sampai saat ini, aku telah membunuh tiga bayi dan dua anak kecil. Jangan mencampuri urusanku sampai kapan pun! Bila tidak, apakah kamu ingin kubunuh juga?”

Seringai kejam muncul di wajah pucat wanita menyeramkan itu. Tanpa sadar, Bayu meringkuk ketakutan di kursinya mendengar ancaman wanita itu.

Tiba-tiba, wanita itu bergerak perlahan menghampiri kursi Bayu.

Dengan mata haus darah yang menatap Bayu, wanita itu berdiri di samping kursi Bayu mengangkat pisaunya.

Saat hendak menusuk leher Bayu, Bayu memaksakan pikirannya untuk bangun dari tidurnya.

Bayu bangun dan berdiri dari kursinya mencari wanita yang Kembarannya kejam.

Dia melihat wanita itu tertidur di kursi penumpang di belakang pembatas ruang sopir. Bayu kembali menghela napas lega dan duduk kembali. Dia mencoba menenangkan pikirannya dengan bermain ponselnya.

Dia tidak dapat lagi tertidur.

Bayu terus bermain dengan ponselnya, hingga Bus sampai di rumah makan untuk istirahat makan malam.

Nikmat makanan tak terasa karena masih berpikir tentang mimpinya.

'Apakah kemampuanku berkembang, sehingga aku bisa bertemu di alam mimpi dengan Kembaran orang lain? Atau hanya kembaran yang jahat yang mempengaruhi pikiranku sehingga aku memimpikannya?' Bayu berpikir keras merenungkan kemampuannya yang menjadi aneh.

'Ah, sudahlah! Lebih baik, aku tidak usah banyak berpikir! Seiring berlalunya waktu, aku akan mengetahui juga!' Bayu menghibur dirinya sendiri dan menyingkirkan kekhawatirannya saat ini.

Bayu memandang wanita cantik dengan Kembarannya yang kejam sedang makan di sudut ruangan sendirian. Melihat hal ini, Bayu diam-diam memotret wanita itu dengan menggunakan mode zoom di ponselnya agar wajahnya terlihat jelas. Kemudian, Bayu melanjutkan makannya dengan tenang.

Setelah istirahat makan malam selesai, para penumpang Bus kembali menaiki Bus.

Bayu bertekad untuk tidak tidur hingga sampai di Jakarta.

Bus melaju kencang dengan mulus. Dia tidak tidur dalam perjalanan.

Menjelang fajar, Bus telah memasuki jalan Tol Cikampek-Jakarta.

Bayu sudah lima tahun tidak ke kota Jakarta. Terakhir, pada saat ibunya menikah dengan ayah tirinya di Jakarta.

Ibunya dan keluarga tirinya tinggal di daerah Klender, Jakarta Timur.

Adik laki-laki ibunya, Paman Bayu yang bernama Santoso memiliki rumah kontrakan di daerah Pondok Kelapa.

Paman Santoso memiliki rumah kontrakan berjumlah 30 pintu dengan bangunan berlantai tiga.

Menurut kabar dari ibunya, Paman Santoso bekerja di perusahaan pertambangan yang berkantor di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Jadi, dia tidak sempat mengurusi rumah kontrakannya. Baru-baru ini, karyawan yang mengurusi rumah kontrakannya juga  mengundurkan diri dan pulang kampung untuk menikah.

Sekitar jam 8 pagi, Bus tiba di terminal Pasar Senen.

Para petugas dari kesatuan Polisi Pamong Praja yang dikawal petugas Polisi naik ke dalam Bus dan mulai menertibkan para penumpang untuk turun dan berbaris.

Semua orang yang baru tiba di Jakarta diwajibkan melakukan tes PCR untuk menemukan orang yang terjangkit virus Covid-19.

Ketika sedang mengantri, Bayu tidak sengaja melihat pengantri tes yang berjarak satu orang di depannya sedang digerayangi dompetnya. Bayu yang sedang menggenggam ponselnya, langsung merekam diam-diam kejadian pencopetan.

Sambil merekam, Bayu mengaktifkan kemampuan ‘melihatnya’.

Dia melihat sosok kembaran pencopet yang memeluk erat punggung si pencopet dengan kepala bersandar di bahunya.

Yang mengejutkan Bayu adalah kembaran pencopet tiba-tiba menoleh dan menatap Bayu.

Setelah itu, dia berbisik ke telinga kiri si pencopet. Seketika, si pencopet berjalan menghampiri Bayu dan berteriak, “Copet, copet, cepat tangkap ada pencopet!”

Secepat kilat, si pencopet mengeluarkan dompet sambil mengais uang di dalamnya dan melemparkan dompet ke tubuh bayu.

“Lihat semuanya, dompet jatuh dari orang ini. Dia pencopetnya!” teriak si pencopet.

Sontak, semua orang memperhatikan Bayu dan si pencopet.

“Tidak! Dialah pencopetnya! Saya punya bukti rekaman videonya di ponsel saya!” Bayu berteriak sambil mengangkat Ponselnya tinggi-tinggi.

Petugas Polisi yang berdiri di depan antrian langsung bertindak meringkus pencopet, mengamankan dompet di tanah, dan menahan Bayu agar mengikuti ke Pos Polisi Terminal Senen.

Bayu bersedia mengikuti setelah mengambil ransel dari bagasi Bus.

Dikawal petugas polisi dan ditatap oleh mata penasaran dari para penumpang dan orang  yang berada di sekitarnya adalah pengalaman baru bagi Bayu

***

Bayu duduk di depan meja kerja petugas polisi. Sedari tadi, beliau bertanya sambil mengetik jawaban yang dikeluarkan Bayu dan pencopet di komputernya.

Petugas ini bernama Burhanuddin. Dia adalah kepala tim kriminal umum dari Polsek Metro Senen yang sedang bertugas di pos polisi hari ini. Selain mencatat kesaksian Bayu, dia juga mentransfer video rekaman bukti kejahatan pencopet ke dalam komputer di mejanya.

Mengetahui kejadian yang sebenarnya, akhirnya Pak Burhanuddin mulai mengobrol santai dengan Bayu. Ada perasaan lega di hati Bayu saat berbincang-bincang dengan petugas polsek di hadapannya. Namun, pemuda itu tiba-tiba teringat kepada wanita cantik yang kejam di Bus. Sebagai antisipasi, Bayu memberanikan diri untuk meminta nomor ponsel petugas Burhanuddin dengan alasan bahwa dia mungkin kelak membutuhkan bantuannya.

Petugas Burhanuddin dengan senang hati memberikan nomor ponselnya setelah melihat karakter Bayu yang baik dan sopan. Lagi pula, tindakan pemuda ini telah membantu Polisi meringkus salah satu pencopet nakal di Terminal Senen.

Setelah menjalani tes PCR dan dinyatakan sehat, dia memesan ojek online melalui aplikasi di ponselnya.

Dia segera menuju tujuan utamanya di Jakarta, rumah Ibunya di Jalan Mawar Merah, Klender.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kamilia Insani
perempuan ini pasti jadi musuh besar Bayu nantinya...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status