Share

Bab 45. Project Trust

Author: KiraYume
last update Last Updated: 2025-07-30 20:00:15

Brian masuk ke dalam penthouse dengan langkah berat, menggulung lengan kemejanya setengah hati. Hari itu penuh dengan rapat, tekanan dari dewan, dan tuntutan tak masuk akal dari Edgar yang seolah lupa bahwa putranya juga manusia. Ia menghela napas panjang, berharap menemukan keheningan, seperti biasanya. Namun hari ini berbeda.

Alana muncul dari ruang tengah. Wajahnya netral, gaun rumahnya jatuh lembut mengikuti gerak tubuhnya. Tidak mewah, tidak juga sensual, hanya nyaman dan... hangat. Ada senyum kecil di bibirnya, cukup untuk membuat waktu berhenti sepersekian detik untuk Brian. Ia tidak berkata apa pun, hanya berjalan mendekat dan menyentuh bahu jas Brian, lalu mulai membukanya perlahan.

"Aku bantu," ujarnya tenang, nyaris berbisik.

Brian hanya berdiri diam. Napasnya berubah pendek. Pikirannya menolak memercayai

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jiwa Kekasihku di Tubuh Suamiku   Bab 75. Jerat Sang Penyelamat

    Apartemen kecil itu terasa lebih sempit dari biasanya. Dindingnya seolah menekan, memaksa Riana untuk menghadap pada sesuatu yang selama ini berusaha ia abaikan. Suara kipas angin tua di sudut ruangan tak cukup untuk memecah keheningan yang menekan kepalanya.Ia duduk di ujung ranjang, menatap lantai, mencoba menata napas. Semua yang terjadi beberapa belakangan ini kembali berputar di kepalanya. Setiap percakapan, tatapan, bahkan sentuhan yang tidak ia inginkan, muncul lagi dengan detail yang terlalu jelas.Ponselnya bergetar di meja. Sekilas ia ingin mengabaikan, tapi layar yang menyala menarik pandangannya. Notifikasi yang baru muncul, membuat jantungnya mencelos. Pengirimnya adalah nomor tak dikenal, tapi ia tahu betul siapa pemiliknya. Jari-jarinya kaku saat membuka pesan itu."Sorry atas kejadian di r

  • Jiwa Kekasihku di Tubuh Suamiku   Bab 74. Bingkai Kenangan

    Keheningan menekan ruangan, begitu padat hingga Alana merasa gendang telinganya berdengung. Setelah pertanyaan Clarissa tadi, seolah udara tersedot keluar, meninggalkan kekosongan yang membuat setiap detik terasa lebih lama dari seharusnya. Ia tidak berani menoleh pada Brian. Pandangannya hanya terarah ke Clarissa, yang duduk dengan punggung tegak dan senyum tipis di bibir, menikmati setiap detik momen ketika lawannya terdesak.Di sampingnya, Alana menunggu tanda-tanda gelisah atau gugup, tapi yang ia dengar justru tawa pelan. Rendah, terukur, mengalir dengan nada yang nyaris terdengar akrab. Ada sesuatu yang menenangkan sekaligus mengusik dalam suara itu."Paris," jawab Brian akhirnya. Nadanya ringan, seperti membicarakan rencana perjalanan yang tak terlalu penting."Itu sudah lama sekali, Clarissa. Banyak ha

  • Jiwa Kekasihku di Tubuh Suamiku   Bab 73. Clarissa Maxwell

    Bab 73Ruang rapat eksekutif di lantai teratas Ravenshade Tower memancarkan kekuasaan dari setiap sudutnya. Dinding kaca penuh membentang dari lantai ke langit-langit, membuka pemandangan Kaliandra yang bergemerlap di bawah langit pagi yang pucat. Meja mahoni panjang terhampar di tengah, permukaannya licin tanpa cela, memantulkan cahaya dari lampu gantung kristal di atasnya. Pendingin udara membuat udara di dalam terasa dingin, nyaris steril. Inilah singgasana Brian Ravenshade, medan yang selalu ia kuasai tanpa cela.Mereka duduk di sisi yang berseberangan. Brian menatap tablet di tangannya, matanya bergerak mengikuti teks laporan. Setidaknya itu yang ingin ia tunjukkan. Tapi Alana bisa melihat jarinya mengetuk ringan di tepi perangkat, ritmenya terlalu cepat. Bahunya terlalu kaku. Bahkan cara ia membalik halaman digital terasa lebih mekanis daripada alami.Alana menyandarkan punggung pada kursi kulit hitamnya, memperhatikan gerak-gerik itu. “Kalau ini cuma urusan bisnis,” pikirnya,

  • Jiwa Kekasihku di Tubuh Suamiku   Bab 72. Personal

    Bab 72 Alana masih berdiri mematung di tengah ruangan. Ia menatap pintu ruang kerja Brian yang tertutup rapat. Di balik pintu itu, ada seseorang yang tengah berpura-pura tidak terguncang. Dan di luar pintu ini, ada dirinya, yang tak lagi bisa mengabaikan satu nama, Clarissa.Bibirnya mengatup. Langkahnya kemudian mengarah ke ruang penyimpanan, bukan dengan gerakan sembunyi-sembunyi seperti sebelumnya. Kali ini, ia masuk sebagai seseorang yang pantas mengetahui, sebagai istri yang ingin memahami suaminya.Ia menarik kain penutup itu kembali. Debu naik sebentar ke udara, mengaburkan lukisan sesaat sebelum cahaya mengenainya. Kini, lukisan itu terasa berbeda. Tatapan wanita di dalamnya tak lagi hanya memancarkan misteri. Kini ada nama. Ada sejarah. Ad

  • Jiwa Kekasihku di Tubuh Suamiku   Bab 71. Masa Lalu

    Pertanyaan itu masih menggantung di udara, belum sempat dijawab."Kau ingin tahu siapa wanita di dalam lukisan itu, kan?"Alana belum mengangguk, belum bicara. Tapi tubuhnya, tatapannya, sikap diam yang penuh muatan itu, telah menjawab semuanya. Ia berdiri diam, masih diselimuti sisa rasa bersalah karena ketahuan, tapi juga didorong oleh keinginan yang tidak bisa lagi ditunda. Ia ingin tahu.Namun saat itu juga, bunyi notifikasi nyaring memecah ketegangan. Sebuah suara tunggal yang tajam dari ponsel Brian. Bukan nada dering biasa. Nada itu dikhususkan untuk email penting. Brian melirik layar ponselnya.Dan saat ia membaca nama pengirim di bagian atas layar.Clarissa Maxwell.

  • Jiwa Kekasihku di Tubuh Suamiku   Bab 70. Jejak

    Dina duduk membeku di ujung meja makan, punggungnya tegak namun wajahnya tampak kehilangan semua warna. Matanya kosong, bibirnya sedikit terbuka seolah ingin berkata sesuatu, tapi tidak ada suara yang keluar. Napasnya pendek-pendek, seperti orang yang baru saja tersedak kenyataan.Alana menatapnya tanpa tersenyum. Ia tidak merasa bahagia. Ini bukan kemenangan yang manis. Rasanya dingin, tajam, dan sunyi, seperti angin malam yang masuk melalui jendela yang terbuka terlalu lama. Tapi rasa dingin itu menegaskan satu hal: permainan telah berubah. Untuk pertama kalinya, Dina kehabisan naskah.Di sisi meja, Irine melirik Silvano. Tatapan itu mengandung banyak hal yang tak terucap, dan satu kesimpulan yang tak bisa dihindari: mereka melihat sesuatu yang retak di wajah putri bungsu mereka. Mungkin mereka tidak tahu seluruh ceritanya, mungkin mereka akan menyangkalnya nanti, tapi malam ini, di meja makan mereka sendiri, mereka menyaksikan bayangan niat yang tidak tulus.Silvano berdehem, suara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status