Share

Masih Mencintainya?

Ternyata Lilac menolak panggilan itu. Tak lama ia mematikan ponselnya, lalu memasukkan ke dalam tas kecilnya.

“Ada apa, Li?”

“Biru, ada yang mau aku bicarakan sama kamu!”

Bukannya menjawab pertanyaan Biru, Lilac malah ingin berbicara empat mata dengan Biru.

Lilac perlu mempertanyakan beberapa hal dan dirinya juga perlu berbicara lebih banyak dengan Biru. Lilac sangat ingin mengenal lebih jauh tentang Biru.

“Kalian ke ruangan gue aja!” titah Ocean.

“Jangan macam-macam Lo, Bi!”

“Gue gak kayak kalian yah! Cean gue pinjem dulu ruangan lo!”

“Sip!”

Biru menarik lengan Lilac menuju ruangan milik Ocean yang berada di lantai dua Kafe ini.

Selama mereka berjalan bergandengan, mata semua orang tertuju kepada mereka berdua. Biru yang tampan bak pangeran ditambah Lilac yang cantik natural, sudah pasti jadi pusat perhatian orang-orang di sana.

“Gila mereka berdua udah kayak selebriti! Lo liat mata pengunjung kafe ini, kalo kafe Lo sepi tinggal panggil si Biru aja, bayar aja per jamnya” celetuk Silver.

“Mana mau dia! Si Biru duitnya udah banyak, bapaknya aja mau kasih duit bulanan dia tolak!”

“Iya juga! Andai gue jadi anaknya bapak Jade, sudah pasti hidup gue tentram! Gue masih gak nyangka sumpah, ini kayak mimpi si Biru bawa ceweknya!” ucap Silver panjang lebar.

Ocean dan Sky pun berpikiran sama, mereka masih tidak menyangka kalau Biru membawa seorang yang bisa dikatakan untuk pertama kalinya. Bahkan Biru tidak ragu mengatakan kalau Lilac adalah calon istrinya.

Kembali di mana Biru dan Lilac yang kini sudah di dalam ruangan milik Ocean. Ruangan ini sama seperti biasanya kantor di luaran sana, hanya saja nuansa biru dan tosca sangat kental di ruangan ini.

Lilac duduk di sofa dengan Biru yang ikut duduk di sampingnya. Ada beberapa hal yang memang harus dan wajib dipertanyakan di antara mereka berdua. Dan Lilac rasa, ia harus segera bertanya dan menjelaskan keadaannya sekarang.

“Biru, aku bakal langsung aja. Soalnya aku gak terlalu suka berbasa-basi!”

Mendengar namanya disebut, Biru langsung terfokus menatap Lilac.

“Banyak hal yang memang aku harus tahu begitu juga sebaliknya. Kamu bebas bertanya apa pun setelah aku bertanya, jadi kita harus sama-sama impas dan tidak memiliki rahasia apa pun! Bagaimana kamu setuju gak?”

“Boleh! Tapi untuk hal pertama kita tukeran tanda pengenal!”

“Buat apa, Bi?”

Biru mengambil dompetnya, lalu ia mengeluarkan KTP miliknya.

“Ini punya aku, mana punya kamu?”

Dengan heran Lilac langsung mengambil KTP miliknya di dalam dompetnya. Begitu mereka saling bertukar tanda pengenal, Lilac membulatkan matanya tidak percaya.

“Xabiru Greyish Brown, kamu usia 23 tahun. Bentar, bentar! Aku sama brondong gitu?” ucap Lilac dengan ekspresi yang menurut Biru sangat menggemaskan.

Sang bunda tidak menjelaskan detail biodata Biru, saat pertemuan tadi tidak ada yang membahas masalah usia mereka, kecuali Biru sudah tahu kalau dirinya akan menikah dengan perempuan yang lebih tua darinya. Biru tahu dari Ivory saat mereka bertemu berdua.

“Li, umur aku tiga tahun lebih muda, tapi apa masalahnya?”

“Gak ada, sih! Cuman...” Lilac seolah berhenti berbicara sambil memikirkan kemungkinan yang akan terjadi di kemudian hari.

Karena ekspresi Lilac yang sangat menggemaskan saat berpikir, Biru mengusap rambut Lilac dengan gemas.

Gemasnya.

“Gak percaya sama aku?”

Lilac mengangguk. Namun, satu detik kemudian Lilac menggelengkan kepalanya.

“Jadi mana yang benar, Li? Aku yakin kamu masih ragu. Meskipun di KTP pekerjaan aku hanya seorang mahasiswa dan baru aja lulus. Aku sanggup membiayai kamu sampai punya cucu nanti!”

“Punya cucu gimana? Bercocok tanam aja belum!” celetuk Lilac dengan bibirnya yang sengaja dibuat seolah mengejek Biru.

Astaga. Bisa tidak kalau Biru makan Lilac kali ini? Sosok perempuan yang ada di hadapannya kini sangat menggemaskan.

“Heh, mulutnya!”

“Apa buktinya?” timpal Lilac.

Lilac memang ragu dengan sosok Xabiru. Bagaimana bisa ia menikah dengan seorang mahasiswa yang baru saja lulus? Memang benar adanya, orang tua Biru terbilang kaya, tapi itu ayahnya. Kalau sudah menikah semua tanggung jawab beralih kepada Xabiru yang akan menjadi tumpuannya.

Biru sebenarnya tidak mau sombong, tapi dirinya langsung mengambil kartu nama dalam dompetnya. Tangan Lilac diambil lalu kartu nama tersebut langsung disimpan di atas tangannya.

“Greyish Xabiru, kamu pemilik brand Greyish?”

“Iyap, sebelumnya punya bunda. Tapi setahun lalu, bunda menyerahkan semuanya.”

“Wah...., jadi tadi siang bunda sama aku ke Greyish, itu atas undangan kamu?”

Xabiru mengangguk. Lilac masih tidak percaya dengan sosok yang ada di hadapannya.

“Waahhh! Boleh minta foto gak? Aku mau pamer sama temen-temen aku, Bi!”

Biru beberapa kali mengerjap terkejut dengan tanggapan dari calon istrinya ini.

“Kenapa diem, Bi? Gak boleh yah?”

“Boleh!”

“Asikkk!” ucapnya dengan semangat.

Lilac langsung mengambil ponsel miliknya yang sengaja dimatikan dan kini sudah menyala, tubuhnya sengaja didekatkan dengan posisi Biru di belakangnya. Gaya khas Lilac yaitu tersenyum sambil mengangkat tangan dengan jari duanya.

Biru hanya tersenyum dan kepalanya sedikit dicondongkan ke arah kepala Lilac. Mereka seperti pasangan kekasih jika orang lain melihatnya.

Setelah tiga kali Lilac mengambil foto selfie, dirinya kembali melihat hasil jepretan kamera ponselnya.

“Aku boleh posting ini?”

“Boleh, Li!”

Setelah mendapat persetujuan dari Biru, Lilac langsung membuat postingan di laman media sosialnya. Dengan penuh semangat, Lilac membuat caption yang pasti akan buat teman-temannya iri.

Lilac menyimpan ponselnya di atas meja setelah mematikan kembali ponselnya, lalu dirinya kembali fokus ke Biru. Sadar posisi mereka begitu dekat, Lilac menggunakan kesempatan itu untuk tetap diam di posisinya.

“Li, bukan hanya itu, aku juga punya perusahaan sendiri bersama ketiga sahabat aku. Meskipun gak sebesar Greyish, tapi perusahaan ini mungkin seimbang sama perusahaan yang dipimpin sama papah. Jelas belum?”

Lilac sempat terkejut. Namun, dirinya langsung menatap kembali mata Biru.

“Bukan jelas lagi, maaf Biru bukannya aku matre atau tidak tahu diri. Aku hanya realistis, harusnya aku percaya sama bunda. Mana mungkin bunda gak berpikir ke arah sini. Dan ini nomor kamu?”

“Bukan, itu nomor perusahaan yang sekarang dipegang sama asisten almarhum Bunda. Nomor pribadi aku beda lagi, sini ponsel kamu!”

Lilac memberikan ponselnya kepada Biru, sebelumnya Biru menyalakan ponsel yang sebelumnya sengaja dimatikan.

Saat menyala, puluhan pesan dan belasan panggilan dari orang yang sama saat Biru tidak sengaja melihatnya tadi.

“Genta mau ngapain lagi sih? Jelas-jelas aku tuh udah kesel sama dia!” keluh Lilac yang langsung menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.

“Ini bukan Genta, tapi Revan, Li!”

“Sama aja, dia mantan aku yang baru diputusin kemarin!”

“Karena perjodohan ini?” tanya Biru merasa bersalah.

“Bukan! Jadi gini....”

Lilac menceritakan semua kejadian yang menimpanya saat Magenta sedang bermesraan dengan perempuan lain. Dan hal ini memang Lilac ingin menceritakan semuanya.

“Kamu masih cinta sama dia?”

“Entahlah! Tapi, tiap ingat dia pasti bawaannya pengen nampol!”

“Sssttt...”

Ponsel Lilac kembali berdering, karena kesal Xabiru langsung mengangkat panggilan dari mantan Lilac itu. Biru mengaktifkan mode loud speaker untuk mendengar lebih jelas.

“Akhirnya kamu angkat juga sayang!”

Deg!

Ada perasaan aneh pada Biru begitu mendengar perkataan seseorang di balik telepon.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status