Beranda / Romansa / Jodoh Jebakan Dari Opa / Bab 128 - Rencana " Jauh dari Anaya "

Share

Bab 128 - Rencana " Jauh dari Anaya "

Penulis: Pelangi Jelita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-20 20:00:34

Matahari pagi menembus jendela rumah, menebar cahaya hangat ke ruang tamu.

Jay duduk di sofa dengan tangan bersilang, menatap Opa yang sedang menyeduh teh hangat. Jantungnya berdetak kencang, bukan karena takut, tapi karena gugup harus berbicara jujur kepada Opa.

Ia tahu, Opa bukan orang yang mudah ditipu, apalagi urusan perasaan cucunya, Anaya.

“Jay, kamu terlihat serius banget. Ada apa?” tanya Opa, menaruh cangkir teh di meja sambil menatap cucu sepupunya itu.

Jay menarik napas panjang. Ia harus memilih kata-kata dengan hati-hati.

“Opa, aku mau minta izin,” ujarnya dengan nada ragu-ragu tapi tegas.

“Aku akan pergi ke Melbourne sebentar. Ada urusan bisnis yang harus aku urus. Aku ingin mencari suasana baru.”

Opa mengerutkan alis, menyipitkan mata.

“Melbourne, ya? Wah, jauh ju

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 129 - Jay Menjauh, Opa Mengerti

    Sehari sebelum keberangkatan Jay ke Melbourne.Pagi itu, cahaya matahari menyusup melalui tirai jendela ruang keluarga, menciptakan suasana hangat yang jarang ditemui di rumah Opa.Jay duduk di sofa, perlahan menyeruput kopi hangat, sementara Opa menatapnya dari kursi santai seberang.Kedua pria itu terdiam beberapa saat, masing-masing merenung dalam sunyi, hanya terdengar suara tetesan air dari mesin kopi dan kicau burung di halaman.Opa, yang terkenal tajam instingnya dalam membaca situasi, akhirnya membuka percakapan.“Jay… Opa gimana urusanmu untuk ke Melbourne. apa semua sudah beres” ucapnya sambil mengernyitkan alis, nada suaranya ringan tapi ada rasa ingin tahu yang tersirat.Jay menunduk, menyesap kopinya lebih dalam, kemudian menatap Opa.“Iya, Opa. semua sudah beres. Maaf Opa jika aku memilih untuk pergi

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 128 - Rencana " Jauh dari Anaya "

    Matahari pagi menembus jendela rumah, menebar cahaya hangat ke ruang tamu.Jay duduk di sofa dengan tangan bersilang, menatap Opa yang sedang menyeduh teh hangat. Jantungnya berdetak kencang, bukan karena takut, tapi karena gugup harus berbicara jujur kepada Opa.Ia tahu, Opa bukan orang yang mudah ditipu, apalagi urusan perasaan cucunya, Anaya.“Jay, kamu terlihat serius banget. Ada apa?” tanya Opa, menaruh cangkir teh di meja sambil menatap cucu sepupunya itu.Jay menarik napas panjang. Ia harus memilih kata-kata dengan hati-hati.“Opa, aku mau minta izin,” ujarnya dengan nada ragu-ragu tapi tegas.“Aku akan pergi ke Melbourne sebentar. Ada urusan bisnis yang harus aku urus. Aku ingin mencari suasana baru.”Opa mengerutkan alis, menyipitkan mata.“Melbourne, ya? Wah, jauh ju

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 127 - Lara dan Perasaan yang Tersesat

    Suasana rumah keluarga besar mulai mereda saat malam datang. Lampu-lampu hangat menyala, menebar cahaya lembut di ruang tamu. Di rumah, bagi Lara, suasana yang tampak damai itu tidak mampu menenangkan hatinya. Malah sebaliknya, hatinya semakin gelisah.Beberapa hari terakhir, ia menyadari sesuatu yang membuatnya tak nyaman. Jay, yang sebelumnya selalu menanggapinya dengan perhatian dan pujian, kini mulai menjauh. Ia tidak lagi sesering dulu datang menghampiri, atau membalas pesan singkatnya dengan hangat.Bahkan tatapan Jay, yang dulu penuh kelucuan dan godaan, kini terlihat menahan diri, agak dingin, dan menghindar dari Lara.“Kenapa dia berubah?” gumam Lara sambil menatap ponselnya. Jari-jarinya menari di layar, mengetik pesan singkat yang ujung-ujungnya ia hapus lagi.Hatinya campur aduk, ia marah, sedih, dan bingung sekaligus.Lara berjalan mondar-mandir di

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 126 - Cinta yng Membuat Resah

    Malam itu, suasana rumah keluarga besar sudah mulai sepi. Lampu taman menyala redup, memberi bayangan hangat pada halaman yang biasanya riuh oleh tawa dan obrolan.Di salah satu sudut rumah, Jay duduk sendiri di kursi goyang, tangannya menopang dagu, wajahnya terlihat resah.Sepanjang hari, ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya.Semula, Jay hanya ingin menghibur diri dan sedikit iseng, memperhatikan Anaya dari jauh sambil bermain-main dengan pesona flamboyannya.kini, ada sesuatu yang tidak bisa ia abaikan. Setiap kali mata Anaya bertemu dengan Raka, ada rasa yang aneh menusuk hatinya seolah ada kekosongan yang muncul di dadanya, dan ia sadar, ia cemburu.Jay memutar kursi goyang Opanya pelan, menatap ke arah balkon tempat Raka dan Anaya sebelumnya menikmati bintang.Mereka tampak mesra, tangan saling menggenggam, tersenyum dan tertawa pelan satu s

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 125 - Tanda yang Tak Bisa Disangkal

    Matahari sore memantul hangat di halaman rumah keluarga besar, menimbulkan bayangan panjang di atas taman yang tertata rapi.Hari itu, keluarga besar berkumpul untuk acara tahunan yang biasanya riuh dengan tawa, lelucon, dan sedikit drama kecil.Bagi Anaya, hari itu terasa berbeda, ada ketegangan yang tak terlihat tapi sangat terasa, seperti listrik statis di udara, yang membuat bulu kuduknya berdiri.Anaya melangkah masuk ke halaman dengan gaun sederhana namun anggun, rambutnya disisir rapi namun tetap terlihat alami.Di sampingnya, Raka mengenakan kemeja putih dengan jas gelap, tampak rapi tapi tetap santai. Kedua tangan mereka saling menggenggam, menandakan kedekatan yang tidak lagi bisa disangkal.Sejak mereka tiba, pandangan Jay sudah beberapa kali menempel pada Anaya. Jay berdiri di sisi lain taman, setengah tersenyum, setengah menilai.Tatapannya tidak hanya sekad

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 124 - Senyum yang Tak Terbaca

    Sore itu, rumah keluarga besar Raka terasa lebih sunyi dari biasanya. Suasana hangat yang biasanya diwarnai tawa Anaya, candaan Raka, atau bisik-bisik nakal Jay, kini digantikan oleh keheningan.Hanya terdengar denting jam antik di ruang tamu dan suara langkah Opa yang tegas, tapi ringan, menyusuri lantai kayu.Opa duduk di ruang kerjanya, punggung tegak, tangan bersilang di depan dada.Di depannya, rak-rak buku tua berderet rapi, aroma kayu dan kertas lama memenuhi udara. Opa menatap kosong ke jendela, lalu menghela napas.“Sudah saatnya…” gumamnya pelan.Ia menekan tombol di ponselnya, memanggil Jay yang sedang duduk santai di ruang keluarga, bersandar di sofa, memainkan ponsel dengan senyum khasnya.Jay mengangkat wajah begitu ponsel berdering. “Iya, Opa?”Opa menatap tajam. “Datang ke ruang kerjaku, sekarang.&rd

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status