เข้าสู่ระบบRaka dan Anaya kompak melotot, wajah mereka sama-sama memerah setengah kesal, setengah geli.
“Ihh… sebel banget!” seru mereka bersamaan, menatap Opa Hartono yang masih santai tersenyum di sofa.
“Jadi selama ini aku korban konspirasi keluarga, ya?” Raka pura-pura marah, tapi matanya tetap berbinar.
Dalam hati, ia justru senang karena tanpa semua itu, mungkin ia tak akan pernah bertemu Anaya, istrinya yang kini menjadi segalanya.
Anaya menepuk tangan Raka sambil tertawa kecil,
“Iya… bener-bener gila, Mas. Dari ide Opa yang katanya mau bayar cicilan rumah, sampai akhirnya kita… ya, lihat sendiri! Kita sekarang lengkap, bahagia, dan… punya Raya.”
Raka menatap putri kecil mereka yang sedang terlelap di gendongan Anaya.
“Ya ampun… kalau dipikir-pikir, semua drama keluarga ini ternyata bikin aku dapat hadiah terbesar. Istri cantik, bayi lucu, dan keluarga yang&helli
Raka dan Anaya kompak melotot, wajah mereka sama-sama memerah setengah kesal, setengah geli.“Ihh… sebel banget!” seru mereka bersamaan, menatap Opa Hartono yang masih santai tersenyum di sofa.“Jadi selama ini aku korban konspirasi keluarga, ya?” Raka pura-pura marah, tapi matanya tetap berbinar.Dalam hati, ia justru senang karena tanpa semua itu, mungkin ia tak akan pernah bertemu Anaya, istrinya yang kini menjadi segalanya.Anaya menepuk tangan Raka sambil tertawa kecil,“Iya… bener-bener gila, Mas. Dari ide Opa yang katanya mau bayar cicilan rumah, sampai akhirnya kita… ya, lihat sendiri! Kita sekarang lengkap, bahagia, dan… punya Raya.”Raka menatap putri kecil mereka yang sedang terlelap di gendongan Anaya.“Ya ampun… kalau dipikir-pikir, semua drama keluarga ini ternyata bikin aku dapat hadiah terbesar. Istri cantik, bayi lucu, dan keluarga yang&helli
Rumah yang biasanya terasa lengang kini tampak hidup dan berwarna.Sejak pagi, Bik Onah dan beberapa staf rumah tangga sibuk menata bunga, menggantung balon warna pastel bertuliskan Welcome Baby Raya, serta menyiapkan kue kecil berbentuk botol susu.Begitu mobil Raka berhenti di depan gerbang, sorak sorai kecil terdengar dari dalam rumah.“Surpriseeee!” teriak semua orang serentak.Anaya yang masih duduk di kursi penumpang tersenyum haru. Di pangkuannya, bayi mungil yang baru berusia beberapa hari tidur pulas, dibalut kain lembut warna krem.Wajahnya tenang, mirip perpaduan antara Raka dan dirinya hidungnya mancung seperti sang ayah, tapi bibir mungil itu persis Anaya kecil.Raka menatap pemandangan itu dengan dada penuh rasa bangga. Ia turun duluan, membuka pintu untuk istrinya dengan hati-hati, lalu menunduk untuk menggendong Raya.“Pelan-pelan, ya. Princess kecil kita lagi mimpi indah.”
Ruang keluarga di rumah besar keluarga Hartono sore itu terasa lebih hidup dari biasanya.Tirai putih bergoyang lembut diterpa angin, dan aroma minyak telon bercampur wangi bunga melati memenuhi udara.Di tengah ruangan, Raya, bayi mungil yang baru beberapa hari lahir, menjadi pusat perhatian semua orang.Tentu saja, pemandangan paling mencolok adalah Raka yang mondar-mandir gelisah, sementara Opa Hartono duduk dengan ekspresi puas di kursi goyangnya menimang cicit kecilnya yang sudah tertidur pulas di pelukannya.Opa menggumam pelan, suaranya lembut seperti lullaby klasik.“Tidur ya, cicit cantikku… nanti Opi beliin permen banyak… eh, tapi belum boleh makan permen yaaa…”Raka menghela napas panjang, berusaha bersabar.“Opa, boleh gantian nggak? Udah satu jam lebih tuh Opa gendongnya.”Opa menatap tanpa rasa bersalah.“Baru juga sebentar. Nih an
Pagi baru saja merekah di langit Jakarta ketika aroma bunga segar memenuhi ruang rawat Anaya.Perawat baru saja datang mengganti vas mawar putih di meja sisi ranjang. Anaya masih terbaring santai sambil menatap lembut ke arah bayi mungil yang tertidur di pelukannya.Sementara itu, Raka sibuk menyiapkan botol susu kecil, walau wajahnya jelas memperlihatkan kepanikan level ayah baru.“Mas, tenang aja. Ini bayi, bukan bom waktu,” goda Anaya sambil menahan tawa.Raka menoleh panik.“Tapi yang, kamu yakin nggak apa-apa aku pegang? Tangan aku dingin banget nih!”“Mas, dia bayi kita, bukan bos besar,” jawab Anaya geli.“Coba deh, pelan-pelan aja, Mas.”Raka menarik napas dalam, menatap wajah mungil itu, lalu dengan hati-hati menggendong. Bayi kecilnya meringkuk di dada Raka, matanya setengah terbuka, menguap manis.Raka membeku. “Astaga, yang, dia nguap! Lucunya kebangetan!&
Pagi itu, sinar matahari menembus lembut jendela ruang rawat Anaya. Tirai putih bergoyang pelan tertiup angin pendingin ruangan.Suasana di kamar terasa damai aroma sabun bayi, suara langkah lembut perawat, dan dengkuran kecil dari bayi mungil di sisi ranjang.Raka duduk di kursi dekat tempat tidur, wajahnya masih tampak lelah tapi matanya memancarkan kebahagiaan yang sulit disembunyikan.Sejak semalam, ia belum berhenti menatap bayi kecil itu. Setiap kali si kecil menggeliat atau sekadar mengerjap mata, Raka tersenyum seperti baru melihat keajaiban dunia.Anaya membuka mata perlahan. Ia melihat Raka yang masih menatap penuh kasih, lalu tersenyum tipis.“Mas, udah dari tadi di situ?” tanyanya dengan suara serak.Raka menoleh, cepat-cepat berdiri.“Iya, Sayang. Aku nggak bisa tidur. Aku masih nggak percaya… kita udah punya bayi, Nay.”Anaya terkekeh pelan.“Percaya aja, Mas. Nih buktin
Tangisan nyaring memecah keheningan ruang bersalin. Suara itu melengking, murni, dan mengguncang seluruh dada Raka.Ia berdiri terpaku di sisi tempat tidur, wajahnya tegang, tangan bergetar, dan mata mulai berkaca. Saat suara tangis itu makin jelas, bibirnya bergetar pelan.“Anak kita, Sayang…” suaranya hampir tak terdengar.Anaya yang masih terbaring lemah hanya bisa tersenyum samar. Napasnya tersengal, tapi mata itu, mata seorang ibu baru bersinar lembut menatap arah suara.Ketika perawat mengangkat sosok kecil berselimut putih itu, air mata Anaya pun jatuh tanpa bisa ditahan.Raka menatap bayi mungil yang baru lahir dengan tatapan penuh takjub.Wajahnya seolah membeku di antara bahagia dan terharu. Begitu perawat menyerahkan bayi itu ke pangkuan Anaya, seakan seluruh dunia berhenti berputar.Bayi itu mungil sekali. Pipi bulatnya merah, bibirnya kecil seperti Anaya, dan alisnya tipis seperti milik Raka.Tan







