Share

Dominan

Author: Kennie Re
last update Last Updated: 2022-12-07 16:18:41

Cassie ada janji bertemu ketiga sahabatnya sepulang bekerja. Sudah sejak beberapa hari lalu tetapi ia tak sempat mengabari karena urusan pertunangan yang mendadak seperti tukang tahu bulat.

Sekarang Vira dan Bibi mempertanyakan tentang acara pertunangannya yang tanpa kabar dan sama sekali tidak mengundang mereka.

“Lo jahat banget, Cas. Padahal kita sohiban udah dari jaman apaan, tapi gak diundang sama sekali,” protes Vira saat Cassie sudah tiba di kafe langganan mereka.

“Iya, nih. Gak bilang-bilang tahu-tahunya udah mau nikah aja. Padahal kan dia dulu cewek goa.” Bibi menimpali.

Cassie yang mendapat protes hanya diam sembari menikmati makanan dan minumannya. Ia kemudian memerhatikan kedua sahabatnya.

“Guys, mumpung si Bryan belum dateng, gue boleh cerita gak sama kalian?” tanya Cassie, yang disambut anggukan dari Vira dan Bibi. Keduanya mencondongkan tubuh, mendekat ke arah meja.

“Ada apa, Cas? Kok wajah lo sendu gitu?”

“Gue gak excited sama pernikahan ini, bukan karena gak cinta atau apa pun. Dia ganteng, mapan, meski sikapnya dingin, angkuh, kadang sengak. Apalagi sebagai bos di tempat gue magang, dia galak banget, perfectionist ... gitu lah.”

“Lah, terus apa yang bikin lo gak tertarik sama dia?” Vira tak bisa menahan rasa penasaran yang menggelitiknya. Cassie, meski belum pernah merasakan bagaimana rasanya berpacaran, tetapi dia bukanlah gadis yang pemilih dan banyak mau.

Kali ini, air muka Cassie membuat tak hanya Vira, tetapi Bibi pun ikut penasaran.

“Janji jangan bilang Bryan, oke. Dia pasti bakal ngamuk kalau tahu. Karena gue sempat ketemu sama dia pas cari cincin. Dia kelihatan gak suka sama mas Bisma.”

“Tenang aja, Cas. Rahasia lo aman di tangan kita berdua.”

Cassie kemudian mendekat pada kedua sahabatnya, bukan berbisik, ia mengucapkannya dengan cukup keras, karena suasana di kafe yang cukup ramai, membuat suaranya tenggelam.

“Dia kissing sama perempuan yang gue gak kenal, pastinya. Tapi, masalahnya bukan itu aja. Saling berkaitan, dan gue gak tahu mau mulai dari mana. Intinya, dia gak cinta sama gue dan sudah menegaskan kalau dia gak akan mengusahakan untuk hubungan ini.”

Dua sahabat Cassie hanya bisa ternganga tak percaya kala mendengar apa yang dituturkan oleh sahabat mereka.

Cassie adalah yang termuda di antara mereka. Karenanya, baik Bibi maupun Vira menganggap Cassie lebih seperti adik mereka. Terlebih Bryan yang sering kali bersikap over protektif.

“Kenapa lo bisa bilang kalau Bisma ini gak mengusahakan untuk hubungan kalian? Kenapa lo gak minta pembatalan aja?” Bibi yang tertua tidak tahan juga mendengar kisah percintaan sahabatnya yang menyedihkan baginya.

Ia yang sudah berkali-kali merasakan jatuh cinta dan patah hati dan memutuskan untuk jadi seorang player itu tidak tahan ingin memberi saran yang nakal untuk Cassie.

Namun, ia sangat mengenal bagaimana karakter 'adiknya' itu.

Dan Cassie menjawab pertanyaan Bibi dengan gelengan.

“Dia bilang sendiri, dia gak akan nyentuh gue meski udah nikah. Gila, kan?! Dan gue gak mungkin bisa batalin karena satu, dia gak mau kalau perjodohan ini dibatalkan. Dua, karena gue kasian sama bonyok kalau sampe ngebatalin sepihak. Dan yang mengherankan, Bisma ngancam, kalau dia akan menggagalkan usaha gue ngebatalin perjodohan itu.”

“Alasannya?”

“Gak jelas. Orang itu mana pernah jelas, sih?” Cassie kemudian melirik jam tangannya. “Anjir, udah jam dua, gue kudu balik sekarang. Gue duluan, ya, guys. Salam buat si Bre kalau dia dateng.”

“Lah, itu dia dateng!” Vira menunjuk ke balik punggung Cassie yang langsung menoleh demi melihat lelaki yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil, bahkan ia menaruh hati pada lelaki itu.

“Mau ke mana?” tanya lelaki itu, jelas ia tujukan pada Cassie.

“Gue mau balik ke kantor, lah. Bos gue galaknya kayak singa laper.”

“Bentar, deh. Gue mau ngomong sama lo.”

Bryan menarik lengan Cassie menjauh dari lainnya. Ia menghentikan langkah di sudut kafe, memngambil tempat di sana.

“Mau ngomongin apa, Bre, gue kudu balik kantor,” keluh Cassie, berulang kali menilik jam tangannya. “Tuh, udah jam dua. Mampus gue!”

“Bentar aja. Siapa laki-laki yang jalan sama kamu?” Nada dan gaya bicara Bryan berubah seketika yang cukup mengejutkan bagi Cassie.

“Oh, mau bahas itu doank? Kan dia udah ngenalin diri kapan hari. Dia calon suami gue. Biasa lah, ortu kolot. Main jodoh-jodohin gak pake tanya.”

“Kamu cinta?” todongnya.

Cassie menelan salivanya merasa seperti penjahat yang sedang diinterogasi. Ia kemudian menggeleng perlahan.

“Kalau kamu gak cinta, kenapa diteruskan?”

“Emang gue bisa apa, Bre? Bahkan mama sama papa udah segitunya suka sama tuh laki. Gue gak tahu harus gimana. Lagian, gue gak punya alasan buat nolak atau minta perjodohan dibatalin.”

Cassie mengedikkan bahu, tanda bahwa ia tak bisa berbuat apa-apa. Namun, Bryan punya opini berbeda mengenai kondisi Cassie.

“Kamu mau balik ke kantor, kan? Biar aku anterin.”

“Lah terus mobil gue?”

“Entar aku minta pak Jono buat ambil dan anter ke rumah kamu. Atau sore nanti aku anter ke rumah. Ayok!”

Bryan jelas bukan hanya mengajak, melainkan memerintah agar Cassie menurut apa yang dia katakan. Tak peduli nanti akan seperti apa, toh dirinya dan Bisma tidak saling mencintai, jadi tak mungkin lelaki itu akan cemburu, kan?

Cassie akhirnya menurut dan kembali ke kantor dengan membonceng motor sport milik Bryan.

Tiba di kantor, bahkan Bryan tak begitu saja mengizinkan Cassie untuk masuk.

“Aku masih banyak hal yang mau diomongin sama kamu. Nanti sore sekalian anter mobil aku bakal mampir.”

Cassie mengangguk. Ia tak pernah menolak kedatangan Bryan. Bahkan saat dirinya dikenalkan dengan Bisma, sebelumnya Bryan datang seperti biasa. Meski yang dibicarakan adalah perempuan yang menjadi target baru si playboy kelas paus itu, Cassie tetap senang mendengarkan suara bass Bryan kala bicara.

Memandangi wajah ganteng Bryan juga seperti candu bagi Cassie. Dan tak ada yang tahu itu.

“Ya udah, gue masuk dulu. Thanks, ya, Bre.”

Cassie melangkah ragu untuk masuk ke gedung kantornya, karena malas bertemu Bisma nantinya. Seharusnya ia menerima saran Bisma untuk mengambil cuti.

Baru saja hendak melangkah memasuki gedung, Cassie terhenti karena mendengar sebuah suara memanggil namanya.

“Cassie, tunggu!”

Cassie menoleh perlahan, dengan perasaan yang tak bisa ia jelaskan. Apakah Bisma akan marah dan memberinya wejangan dari a sampai z, seperti saat dirinya pergi begitu saja dari apartemennya?

“Ya, Pak Bisma?”

“Kamu terlambat.”

Cassie hampir saja memutar bola matanya, tetapi ia ingat bahwa dirinya sedang berada di kantor dan bicara dengan Bisma sebagai bosnya, bukan calon suaminya.

“Maaf, mobil saya mogok, Pak,” dustanya.

“Oh, terus dianter sama laki-laki? Jangan lupa kamu sudah akan menikah dengan saya.”

Cassie mendengkus, kemudian melangkah mendekat pada Bisma.

“Tapi pernikahan tanpa cinta, kan? Jangan bikin saya ngulang-ngulangin kalimat itu, Pak, karena Bapak gak akan suka. Bukankah ini sudah ada dalam surat perjanjian? Saya boleh jalan sama siapa aja dan gak ada aturan kapan masa berlakunya dimulai. Artinya saya bebas melakukan kapan aja, kan?”

Bisma mulanya hanya diam. Namun, saat Cassie mulai hendak bicara lagi, ia mencekal pergelangan tangan Cassie.

“Kamu gak baca catatan di bagian bawah? Kalau saya tidak izinkan, maka itu semua akan jadi hak saya. Bagaimana pun, kamu calon istri saya. Ketika saya katakan tidak boleh, maka itu yang harus kamu patuhi.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Jadi Madu

    “Hey, Bisma, Cassie. Kita ketemu lagi. Gimana kabar kalian?” sapa Rindi yang langsung memandang kedua sejoli di hadapannya dengan tatapan tak suka, seketika ekspresinya berubah dan Cassie tidak bisa pastikan apa yang sedang dipikirkan perempuan itu. “Kalian berdua ....”“Apa? Mbak Rindi mau ngomong apa?” tanya Cassie dengan raut wajah tenang. Ia sepertinya tahu apa yang sedang mengganggu pikiran Rindi, dan itu membuat Cassie makin semringah. Kemalasannya untuk mengeringkan rambut hari ini ternyata membawa hikmah. Terlebih Bisma juga lupa memakai gel rambutnya. “Mau makan bareng, Mbak? Aku sama Mas Bisma pengen sarapan nasi campur.”“Ehm ... boleh. Mau makan di mana?”Belum sempat Cassie menjawab pertanyaan Rindi, Bisma sudah menyenggol lengan Cassie. Gadis itu sontak mendekatkan kepalanya ke arah Bisma.“Kamu kenapa sih, Cas? Hobi banget ngajakin dia makan. Kenapa kita gak makan sendiri aja?” omel Bisma setengah berbisik.“Emang kenapa? Kamu terganggu, ya? Kalau gak ada hubungan atau

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Malam Indah

    Cassie tahu, dirinya tidak mungkin menolak keinginan Bisma. Mereka sudah menikah cukup lama, tetapi baru kali ini ia melihat kilat berbeda di mata sang suami. Cassie bisa melihat bahwa Bisma sangat menginginkannya malam ini. Bukankah ia juga menantikan momen ini? Terlebih ketika mendengar perkataan Rindi yang seolah memperoloknya karena belum melakukan hubungan ranjang dengan Bisma, seolah Bisma tidak menginginkannya sama sekali. Padahal tidak seperti itu kenyataannya.“Mas Bisma yakin?” tanya gadis itu, memastikan. “Kan Mas Bisma bilang gak mau nyentuh aku karena aku belum cukup umur.”“Saya tarik kata-kata saya. Saya mau kamu dan gak bisa nahan lagi,” jawab lelaki yang masih berada di atas tubuh Cassie.“Apa ini karena perkataan Rindi?” tembaknya.“Saya gak peduli dia mau ngomong apa. Saya Cuma mau mengambil dan menikmati apa yang jadi milik saya. Bukannya kamu juga gak sabar kita ngelakukan ini?”Perkataan Bisma membuat Cassie menelan saliva yang tercekat di batang tenggorokan yan

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Cemburu Berakhir ....

    Cassie dan Bisma berjalan memasuki aula dengan bergandengan. Cassie semula menggamit lengan Bisma, tetapi dengan cepat lelaki itu menarik tangan Cassie dan menggenggam tangannya. Meski bukan hal yang aneh bagi Cassie, tetap saja gadis itu memerhatikan sang suami dengan tatapan penuh tanya.“Kenapa liatin saya kayak gitu?” tanya Bisma. “Jangan ngerasa aneh kalau saya genggam kayak gini. Ini supaya kamu gak kabur.”“Aku gak pernah kabur dari kamu!” jawab Cassie ketus.Bisma mengangguk. Ia tahu, sang istri masih marah atas kejadian pertemuan mereka dengan Rindi, bahkan tak percaya kalau dirinya tidak memiliki hubungan dengan perempuan itu selain status sebagai mantan suami-istri. Namun, memang suli8t untuk menjelaskan semua itu pada Cassie kalau ngambeknya mulai kumat.“Duduk di sini dulu, saya ambilkan minum,” ujar Bisma yang kemudian hendak pergi setelah menarik kursi untuk Cassie. Namun, baru memutar tubuh, ia sudah mengalami hal yang bisa menjadi masalah baru kalau Cassie kumat sikap

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Salah Paham

    Bisma melepaskan kecupannya yang mulai memanas. Ia tahu dan sadar bahwa dirinya menginginkan gadis itu sekarang., tetapi sisi lain dirinya yang masih berpegang teguh pada prinsip, akhirnya memilih untuk menyudahinya hari ini. Menyakitkan, pasti. Namun, ia masih punya stok kesabaran dan ketahanan setidaknya untuk hari ini, karena mereka punya jadwal yang padat.Cassie sendiri sesungguhnya kecewa karena Bisma masih bertahan dengan prinsip konyolnya dan memilih untuk menghentikan aktivitas mereka. Namun, ia tak ingin larut pada rasa kecewa, karena mereka ada di tempat ini bukan dalam rangka untuk berbulan madu, melainkan perjalanan bisnis. Ia masih punya lain waktu untuk berjuang lagi meruntuhkan dinding prinsip Bisma yang sejauh ini susah untuk dirobohkan.“Kamu sudah siap, kan? Kita berangkat sekarang, yuk.” Bisma mengulurkan tangan agar Cassie meraihnya dan bergandengan, tetapi gadis itu justru cemberut dan enggan beranjak dari ranjang. “Kenapa lagi?”“Mas Bisma bohong. Katanya sayang

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Tidak Akan Tahan

    Bisma tidak memikirkan perkataan Rindi. Baginya hanyalah angin lalu. Ia memang pernah mencintai perempuan itu, meski kadarnya hanya sedikit. Kala itu, ia sudah memupuskan harapan terhadap Cassie karena berbagai pertimbangan. Dan pada akhirnya bertemulah ia dengan model papan atas itu di sebuah pesta yang diadakan oleh perusahaan. Rindi diundang karena menanamkan saham di perusahaan kolega bisnis Bisma. Dari sanalah keduanya berkenalan hingga menjalin hubungan. Dan seperti yang Rindi katakan, tidak semudah itu ia menerima lamaran Bisma. Itu memang benar. “Kamu ngapain beres-beres pakaian, Mas?” tanya Cassie yang tiba-tiba masuk ke kamar sang suami. “Kamu mau pergi ke mana?” “Bukan Cuma saya, tapi kamu juga. Bereskan pakaian kamu, karena minggu depan kita berangkat ke Lombok,” ucap Bisma sembari membereskan beberapa barang. “Honeymoon lagi?” tanya Cassie sembari merebahkan bokongnya di kasur. “Kamu tuh, pikirannya kenapa ke situ terus, sih? Bukan honeymoon, melainkan untuk pesta y

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Menikahi Kembali

    “Mas, Mas Bisma harus bilang donk sama mama kalau aku tuh Cuma sakit biasa!” omel Cassie yang kini berada di kamar Bisma. Karena sang ibu mertua tak juga pulang, maka ia memutuskan untuk memindahkan barang-barangnya ke kamar sang suami. “Kasian kan kalau mama salah paham gitu.”“Iya saya tahu. Tapi gimana cara jelasin ke mama? Tetap aja nanti mama kecewa kalau tahu ternyata kamu gak hamil,” jawab Bisma. “Intinya kita serba salah. Maju kena, mundur kena.”“Ya udah maju aja kalo gitu!” rengek Cassie tanpa merasa berdosa.“Apa maksudnya?” tanya Bisma dengan alis berkerut, tanda bahwa ia tidak memahami maksud perkataan sang istri. Wajar saja, secara zaman, keduanya berbeda terlalu jauh. Jadi bisa saja perkataan Cassie itu mwmiliki arti lain. Bisma tak ingin salah menafsirkan yang membuat dia malu sendiri nantinya.“Ya gimana caranya Mas Bisma buat aku hamil, lah!”Bisma terbelalak mendengar ucapan Cassie yang tidak pakai rem. Sejak awal menikah, Cassie memang selalu menggodanya dengan hal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status