Home / Romansa / Jodoh Malaikat Pelindung / 3. Keputusan Mengakhiri

Share

3. Keputusan Mengakhiri

Author: Sayap Ikarus
last update Last Updated: 2024-10-01 17:31:18

"Makasih udah mau ketemu sama Alpha ya Sa," ucap Ran, ibunda Sasa lega.

"Kuharap ini keputusan terbaik ya Bunda," ujar Sasa berusaha mematri senyumnya. Tekadnya sudah bulat untuk bertemu dengan sosok Alpha di upacara peringatan HUT Tentara Indonesia hari ini.

"Kenalan aja dulu, nggak harus langsung nikah kok. Alpha juga nggak akan minta buru-buru," kata Damar, ayahanda Sasa yang bersiap untuk memimpin upacara.

Sasa hanya mengangguk pada sang ayah. Setelah memutuskan untuk membuang perasaannya pada Badai, Sasa akhirnya memilih untuk menerima perjodohannya. Ia tak mau terlibat lebih dalam dengan Badai yang sudah memiliki pacar, tak mau lebih sakit lagi meski ciuman pertama yang Badai berikan padanya begitu membekas.

"Nggak akan ketemu dicari di sana, dia pasukan elite, pasti dapet tugas khusus, nggak akan ada di pasukan upacara," gumam Ran yang sangat paham saat mata Sasa mengitar sejak masuk ke barisan tamu undangan, menebak-nebak siapa Alpha dan bagaimana wajahnya.

"Bunda tau aja aku lagi nyari Alpha," desis Sasa tersenyum malu. Ia penasaran, tapi tak mau mengaku secara terang-terangan.

Sasa pikir, ini akan menjadi hiburan untuknya yang sedang berusaha melupakan Badai. Baginya, meski itu adalah ciuman pertama, Badai harus ia hapus dari hidupnya demi tidak menyakiti Arleta, sosok perempuan yang memiliki hati Badai saat ini. Sasa sudah bertekad, hari ini, Badai selesai di hatinya.

"Sa, penghormatan bendera," bisik Ran menyadarkan anak cantiknya agar berdiri dan memberikan penghormatan.

"Ah, iya Bunda," kata Sasa tergagap, buru-buru berdiri.

Upacara digelar khidmat dengan Damar bertindak sebagai inspektur upacaranya. Meski mengaku selalu bosan dengan acara-acara semacam ini, Sasa sudah berjanji pada ayah dan bundanya untuk tidak memprotes apapun.

"Ayah diminta kasih penghargaan ke prajurit terpilih, ketemu sama Alpha abis prosesi itu ya," ujar Ran.

"Santai aja Bunda, aku juga nggak buru-buru," ucap Sasa tanpa antusiasme yang berarti.

Ran senyum dikulum, sementara Sasa membuang pandangan. Di mulut ia bisa berkata tidak sedang terburu-buru, tapi harus ia akui bahwa ia cukup penasaran pada sosok Alpha. Bukankah jika sang ayah rela memasrahkan dirinya pada lelaki asing, bibit, bebet dan bobot Alpha memang sudah menjadi perhitungan matang?

"Lo ngelindur Sa," desis Sasa pada dirinya sendiri. "Saking kebayang-bayang bibirnya sampe lo liat orang yang mirip dia di sini," katanya gemas.

Terlihat di kejauhan sana, sosok lelaki yang sangat mirip dengan Badai tengah tersenyum membawa satu map besar. Lelaki ini berseragam PDU lengkap dan sangat gagah.

"Gimana?" Ran yang mendengar anak gadisnya menggumam sendirian, mendekat penasaran.

"Enggak Bunda," Sasa menggeleng cepat. Terjebak dalam bayang-bayang Badai akan membuatnya tak bisa berkutik dan Sasa tidak mau itu terjadi.

"Yok ke ruang Garuda, acara ramah-tamah digelar di sana," ajak Ran begitu tahu bahwa Sasa enggan untuk jujur padanya. Alih-alih memaksa, Ran membebaskan anak gadisnya bertumbuh dewasa dengan pemikirannya sendiri tanpa campur tangan darinya.

Mengiringi sang ibunda, Sasa tak bisa menutupi debar degup jantungnya yang semakin lama semakin kencang terasa. Kenapa? Bukankah ia tidak perlu gugup untuk bertemu dengan Alpha yang sebenarnya sama sekali tidak ia inginkan untuk menjadi suaminya?

"Sa!" sambut Damar senang, ia rentangkan sebelah tangannya ke arah Sasa. "Pak Anwar dan Bu Riana, orang tuanya Alpha," sebutnya.

Sasa mendekat, ia salami dua perwira militer yang sama-sama terlihat keren itu. Pantas saja ia dijodohkan dengan anak mereka, latar belakang keluarga Alpha tidak diragukan lagi kualitasnya.

"Di mana ini jagoannya?" tanya Damar mengitarkan pandangan.

"Siap, saya Ndan!" sebut sebuah suara dari kerumunan orang-orang berseragam yang saling mengobrol.

Sasa ikut menoleh ke arah sumber suara. Degh. Seorang lelaki berperawakan tinggi yang sangat familiar dengan seragam Pakaian Dinas Upacaranya, mendekat. Topi pet terselip di jemari kanannya, senyum lelaki ini terkembang. Sebaliknya, semakin Alpha mendekat, mata Sasa semakin membulat. Semua oksigen bak berkumpul di depan matanya hingga itu justru membuatnya gelagapan dan sesak, 'Badai, kan?'

"Sasa, pasti udah pernah ketemu Alpha ya di kampus?" tebak Damar bersandiwara.

Tak ada tanggapan. Sasa masih menatap lekat ke arah Badai yang tampil dalam balutan seragam lengkap dengan tanda pangkat di pundaknya itu. Bibir Sasa bergetar hebat saking tak adanya kata yang bisa keluar dari mulutnya. Jadi, tadi yang ia lihat itu adalah benar-benar Badai?

"Kenalan dulu Sa," kata Ran gemas karena sang anak gadis hanya membeku di tempatnya berdiri.

"Mohon ijin Komandan," kata Badai membungkukkan badan hormat pada Damar dan juga kedua orang tuanya. "Mbak Sasa," ujarnya menoleh Sasa kemudian.

Mata Sasa mengembun, tapi ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis.

"Badai," desah Sasa terbata. Setitik air matanya membasahi pipi, tak kuasa lagi ia tahan agar mutiara itu tidak tumpah.

"Cherry Blossom," balas Badai semakin melebarkan senyumnya.

"Indonesian Special Force?" desis Sasa bingung.

"Intelligence and Kontra Terorism," sahut Badai menegaskan identitas aslinya.

"You must be kidding me!!" sengal Sasa sebelum akhirnya ia terhuyung hampir jatuh.

Sigap, Badai memeluk tubuh mungil Sasa, sang sakura kehilangan kesadarannya.

###

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodoh Malaikat Pelindung   119. End Game

    Interaksi mesra keduanya, juga candaan Badai yang kini seringkali menghangatkan suasana membuat Sasa tak hanya menikmati bulan madu mereka, tapi juga menyembuhkan semua rasa sakit yang bertubi diterimanya. Badai membuat Sasa tidak pernah menyesali satupun keputusan yang diambil setelah mereka saling mengenal dan berbagi rasa, termasuk kekecewaan saat tahu bahwa Badai pernah dinikmati perempuan lain. Kini, Sasa sudah berlapang dada menerimanya. Ia juga tak mau ambil pusing dengan apapun yang Arleta perbuat untuk meretakkan hubungannya dengan Badai. Semakin lama, ia akan kebal dengan sendirinya."Cari makan di pinggiran danau aja ya Yang?" tawar Badai setelah ia dan Sasa siap untuk menikmati sore hari Luzern yang menawan."Emang ada yang buang Mas?" tanya Sasa polos sekali."Yang buang?" alis Badai bertaut."Lha katanya mau nyari," gumam Sasa."Apa sih Nduk," Badai terbahak. "Maksudku beli, bukan nyari dalam arti yang sebenernya," terangnya."Iya, aku juga cuma bercanda, bukan karena ak

  • Jodoh Malaikat Pelindung   118. Yang Terpilih (21+)

    Adalah Luzern, kota kecil dengan pemandangan indah nan romantis di malam hari ini yang akhirnya ditetapkan Sasa dan Badai untuk menghabiskan sisa waktu 8 hari mereka setelah dua hari tinggal di Frankfurt, Jerman. Badai tahu, Luzern adalah kota sempurna bagi ia dan Sasa untuk menumbuhkan cinta, merajut kembali asa pernikahan mereka yang sempat koyak karena perpisahan dan rasa sakit yang sempat melanda. Suasana kota yang tenang, aroma angin yang manis, juga pemandangan alamnya yang menakjubkan langsung membuat Sasa jatuh cinta. "Kota ini adalah pilihan yang tepat banget buat bulan madu," bisik Sasa sambil sesekali menggigiti telinga suaminya sensual. Badai tersenyum simpul, tangannya sudah menangkup kedua dada Sasa yang tanpa balutan. Musim dingin baru saja berlalu, cuaca menghangat, matahari bersinar cerah. Baru siang tadi mereka tiba di hotel dan berniat untuk berjalan-jalan sore harinya. Alih-alih beristirahat, sang pengendali naga tak tahan untuk melakukan aksinya."Aku goyang Mas

  • Jodoh Malaikat Pelindung   116. Memulai Bulan Madu

    "Bentar," Badai menepuk pundak istrinya sebentar dan berjalan mendekati seorang petugas avsec di dekat pintu keberangkatan bandara.Melihat keanehan suaminya dan bagaimana Badai dan dirinya dikawal oleh petugas itu menuju check in counter tentu saja membuat Sasa bingung. Namun, ia tidak banyak bertanya, ia ikuti saja langkah Badai yang melepas genggaman tangannya untuk mengurus dokumen keberangkatan bulan madunya."Kenapa sih Mas? Ada masalah sama dokumen kita?" tanya Sasa sambil melempar senyum dan melambaikan tangan pada beberapa orang wartawan."Enggak, aman aja," jawab Badai."Terus tadi ngapain?" gumam Sasa penasaran."Badai kudu dipisahin sama pacarnya kan kalau lagi naek pesawat?""Hem?" dahi Sasa berkerut, bingung dengan maksud sang suami. "Aku? Kita nggak bisa duduk deketan di pesawat?" tanyanya sedikit panik."Nggak gitu," Badai menahan tawa. Dibawanya Sasa duduk setelah tiba di executive lounge. "Ini kan penerbangan sipil, handgun-ku musti didaftarin dulu dan dititipin, ala

  • Jodoh Malaikat Pelindung   115. Hari Bahagia Untuk Sasa

    Arleta tercekat, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa selain lanjut berjalan dan turun dari pelaminan. Hatinya tak menyangka, Badai akan sekejam itu padanya dan keluarga."Siapa Ibuk?" tanya Sasa heran."Mamanya," desis Badai. "Aku biasa manggil Ibuk ke beliau," tambahnya.Sasa mengulum bibir merah meronanya, hatinya tergerak, "Mungkin kita nggak boleh terlalu kejam Mas. Sekedar jenguk pun aku nggak akan keberatan," ujarnya."Aku udah nitip salam, itu udah cukup Nduk," kata Badai mantap. "Aku harus jaga perasaan banyak orang, sedangkan dia justru berusaha menyakiti dirinya sendiri dan mamanya dengan memelihara harapan. Aku sekarang adalah suami orang. Banyak pelajaran yang kuambil setelah kita sama-sama dipisahkan. Jadi, biarin kujaga kamu dan keluargaku sebaik mungkin!" ikrarnya.Sasa tak lagi membantah. Jika ini memang keputusan yang sudah menjadi keyakinan sang suami, ia tinggal mengikuti. Sebenarnya Sasa juga bahagia karena Badai menjadikannya prioritas utama dengan tak lagi memedulik

  • Jodoh Malaikat Pelindung   114. Resepsi Impian

    Akhirnya, apa yang Sasa impi-impikan sebagai pernikahan khayalan masa kecil putri cantik Damar, terlaksana. Berbalut kebaya modern nan elegan, Sasa menuntaskan langkahnya di samping Badai dalam prosesi pedang pora nan sakral. Sebagai tanda jasa karena pengorbanan luar biasa Badai dalam menyelesaikan perlawanan Organisasi Kriminal Bersenjata bersama tim, ia dianugerahi kenaikan pangkat. Kini, Sasa adalah istri seorang Kapten Akai Badai Bagaspati. "Kamu sengaja ngebiarin banyak wartawan yang ngeliput acara kita?" gumam Badai berbisik pada sang istri saat keduanya menyelesaikan prosesi pedang pora dan duduk di pelaminan. Sasa mengangguk, "Iya, biar aku nggak diserang sama rumor jahat lagi. Jadi, nanti kalau aku hamil, aku bisa menikmati kehamilanku dengan bahagia dan tanpa beban. Jujur, aku ngerasa bersalah banget karena selama kehamilanku dulu, aku nggak jaga Gala dengan baik Mas," ungkapnya. "Bukan salah kamu Nduk, semua udah jadi kehendak Allah, gitu kan kata kamu?" "Iya Mas, tapi

  • Jodoh Malaikat Pelindung   113. Pasangan Serasi

    Melajukan mobil kesayangan Badai itu meninggalkan halaman rumah, Sasa menemukan jalanan sudah mulai lengang oleh orang-orang yang berangkat menuju tempat kerja. Meski ramai lancar, Badai tetap saja khawatir dan merasa was-was saat sopirnya adalah Sasa, si labil manja nan imut itu."Apa aku perlu nemuin Arleta ya Mas?" tanya Sasa memecah keheningan, setidaknya ia membuat Badai lupa pada ketegangannya."Buat apa?" gumam Badai bingung."Kita nikah udah lama, udah banyak yang terlalui berdua kan ya? Kok dia kayak masih nggak rela ngelepasin Mas Badai gitu.""Terus kamu mau ngomong apa kalau udah ketemu sama dia?" tantang Badai.Sasa mengedikkan bahunya, "Ngobrol sebagai selayaknya perempuan yang udah pernah menikmati Mas Badai," katanya santai sekali."Nduk!" Badai mendesis."Emang bener gitu kan? Setelah dulu nggak berhasil nyerang kepercayaanku ke Mas Badai, sekarang dia nyoba nyerang aku secara mental lewat media sosial," desis Sasa terdengar kesal tapi tak tahu harus bagaimana melampi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status