Share

5. Canggung

Author: Kerry Pu
last update Last Updated: 2025-02-27 10:11:52

Timmy sangat panik begitu melihat Li Xiao Le kesakitan. Dia segera mengangkat tubuh Li Xiao Le dan membawanya duduk di sofa.

"Gendut cepat ambil air!" pintanya.

Gendut pergi dan kembali datang mengulurkan satu botol air mineral pada Timmy.

"Xiao Le, minumlah dulu." Timmy membuka botol dan membantu Li Xiao Le minum.

"Terima kasih," kata Li Xiao Le sambil menyeka keringat dingin yang tiba-tiba membanjiri kening.

"Kamu kenapa? Apa kepalamu sakit?" Timmy masih tampak cemas.

Li Xiao Le mengangguk dan menjawab, "Iya, tadi tiba-tiba sakit, tapi sekarang tidak lagi."

"Xiao Le, kamu jangan terlalu banyak berpikir, jangan terlalu berusaha mengingat sesuatu, santai saja," kata Timmy sambil mengelap keringat dingin di kening Li Xiao Le.

"Bagaimana kamu tahu, kalau aku sedang mengingat sesuatu?" tanya Li Xiao Le sambil menatap Timmy, dia sedikit merasa aneh.

Kenapa dia tidak merasa risih saat laki-laki itu menyentuhnya seperti ini?

"Tentu saja aku tahu, saat kamu mencoba mengingatku di rumah sakit kamu juga seperti ini. Jadi mulai sekarang kamu tidak boleh berpikir keras lagi, santai saja. Aku tidak ingin melihatmu sakit lagi, oke?"

Lagi, apa yang keluar dari mulut Timmy menunjukan kecemasan seorang keluarga yang begitu perhatian dan sangat mengayomi.

Hingga tanpa sadar Li Xiao Le pun mengangguk.

Timmy tersenyum dan segera mengusap kepala Li Xiao Le.

Dan lagi-lagi usapan itu terasa begitu nyaman di hati, Li Xiao Le pun merasa mendapatkan tempat untuk berteduh.

"Kak Timmy," ucap Li Xiao Le tiba-tiba.

Dada Timmy kembali berdesir, tidak ada yang memanggilnya seindah ini selain Li Xiao Le.

"Hmm?" Suara singkat dan pelan Timmy menyambut panggilan Li Xiao Le.

"Apa aku pernah merayakan ulang tahun di sini? Sepertinya aku pernah meletakan kue ulang tahun di meja itu." Li Xiao Le menunjuk meja makan.

Timmy segera mengulas senyum dan menjawab, "Oh, itu adalah ulang tahunku, kamu yang membuat kuenya. Itu adalah karya pertamamu membuat kue."

Alis Li Xiao Le yang tertata rapi langsung terangkat, tidak percaya dia memasak, tapi bukan itu intinya, hingga membuat Li Xiao Le kembali bertanya, "Tapi kenapa kue itu berantakan di atas meja?"

Timmy tersenyum tipis dan menjawab, "Karena tidak sengaja aku mengacaukannya. Itu adalah pesta yang buruk, kamu tidak perlu mengingatnya."

Alis Li Xiao Le yang tertata rapi akhirnya berkerut ketika kembali melontarkan pertanyaan. "Tapi aku juga seperti melihat ada pakaian yang bertebaran di mana-mana, apa itu juga bagian dari pesta?"

Kali ini Timmy tersedak, tubuhnya terguncang bersamaan dengan gestur tubuhnya yang salah tingkah.

Dia bingung bagaimana cara menjelaskan pada Li Xiao Le, jika setelah makan kue mereka bergumul dengan sangat hebat di situ.

"Umm … itu … itu … itu kesalahan Gendut, dia mau membawa pakaian kotor ke binatu tapi dia terpeleset, jadi pakaian kotornya berhamburan di mana-mana." Timmy mulai melontarkan alasan dengan senyum canggung yang terlihat aneh.

Tawa Gendut nyaris meledak, untung saja Timmy segera melotot sambil mengacungkan tinju di belakang tubuh Li Xiao Le.

Gendut pun menggerutu dalam hati, tapi juga geli melihat tingkah majikannya.

'Ya ampun, dulu aku yang membereskan kekacauan yang mereka buat. Sekarang aku lagi yang ditumpahi kesalahan, nasib … nasib ….'

Li Xiao Le sempat menangkap wajah aneh Gendut saat melihat Timmy, dia menatap Timmy juga. Timmy pun menyemaikan senyum imut kepadanya.

Li Xiao Le sedikit menyeringai, dia merasa orang-orang yang berada di rumah itu sangat aneh.

"Umm … aku ingin meminjam toiletmu sebentar, apakah boleh?" Suara Li Xiao Le terdengar lembut ketika meminta izin.

'Astaga Xiao Le, kenapa kamu sopan sekali? Padahal dulu kamu sangat pecicilan.'

Timmy hanya bisa bertanya dalam hati, dan berucap untuk memberikan izin.

"Tentu saja boleh, kamu tidak perlu bersopan santun seperti itu di rumah ini. Santai saja, kamu bebas melakukan apapun di sini."

"Oh ...." Ucapan singkat Li Xiao Le, dia masih tampak kaku.

Li Xiao Le segera menghilang di balik pintu toilet, setelah Timmy menunjukan letak toiletnya.

"Bos kenapa kamu tidak memberi tahu pada nyonya, jika kamu adalah suaminya?" Gendut buru-buru bertanya setelah Li Xiao Le berlalu, dan langsung mendapat semprotan dari Timmy.

"Pelan-pelan saja, bodoh. Itu akan membuat Li Xiao Le syok. Apa kamu tidak lihat, dia langsung sakit kepala saat ingin mengingat sesuatu? Lain kali jaga bicaramu, jangan mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Li Xiao Le terkejut."

Gendut pun meringis dan meminta maaf. "Maaf Bos, nyonya datang bersamamu, aku pikir ingatan nyonya sudah pulih. Tapi bagaimana nyonya bisa ikut denganmu pulang? Jika nyonya belum tahu kalau kamu adalah suaminya."

Alis tebal Timmy berkerut menandakan dia ingin protes dengan menunjukan kesombongannya. "Tch … apa kamu sedang meremehkanku? Aku adalah aktor profesional, merayu wanita adakah hal yang sangat mudah bagiku."

Gendut yang sudah hafal dengan tabiat majikannya malah tergelak dan kembali berucap, "Hahaha … setelah kamu putus dengan Anna, bahkan aku belum pernah melihatmu merayu wanita, selain nyonya."

Timmy menarik salah satu sudut bibirnya, kesal nama mantannya yang pernah menyakiti Li Xiao Le di sebut-sebut.

"Itu karena aku sangat setia, bodoh. Lagi pula kenapa aku harus merayu perempuan? Di mana-mana para gadis lah yang selalu mengejarku. Sudah, pergi sana, sembunyikan semua foto pernikahanku dengan Li Xiao Le, aku tidak ingin kesayanganku terkejut saat melihat semua itu."

"Siap, Bos."

"Wang Wei, Wei Lian, kalian juga pergi, jangan muncul jika aku tidak memanggil kalian. Aku hanya ingin berdua dengan istriku," titah Timmy pada kedua pengawalnya.

Kedua pengawal itu segera mengangguk. Sementara Gendut langsung terkekeh dan mengumbar ejekan, menggoda Timmy. "Selamat melepas rindu Bos, tapi bajunya jangan sampai berserakan lagi ya …."

"Diam kamu Gendut, pergi sana!" ucap Timmy sambil menendang pelan pantat asistennya yang gembul.

Gendut, Wei Lian, dan Wang Wei, pergi seraya terkekeh.

"Di mana Gendut dan juga pengawalmu? Kenapa sepi sekali?" Pertanyaan Li Xiao Le mengalun setelah tiba.

Suara Li Xiao Le membuat Timmy yang sedang memainkan gadgetnya di sofa menoleh.

"Oh, aku menyuruhnya membereskan sesuatu." Timmy menjawab santai dan mempersilahkan Li Xiao Le duduk.

"Oh ...." Li Xiao Le kembali berucap singkat dan duduk di sebelah Timmy.

Mendadak suasana menjadi sangat canggung, mereka hanya saling diam dan sesekali melirik satu sama lain.

Jantung mereka berdebar, ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul menguasai keadaan.

Mulut mereka tidak mampu berucap, tapi hati mereka terus berbicara dengan berisik pada diri sendiri.

'Astaga Li Xiao Le, kamu mendatangi rumah seorang laki-laki, apa yang akan kamu lakukan? Ini benar-benar sangat canggung.' Li Xiao Le menggerutu dalam hati.

'Sial, kenapa suasananya jadi begini? Tenang Timmy, rileks, Li Xiao Le adalah istrimu, jangan terlalu gugup, bukankah dulu kamu biasa saja saat dekat seperti ini? Bahkan kamu pernah lebih dari sekedar dekat dengan Li Xiao Le, jadi sekarang santai saja, tidak perlu gugup, oke?' Timmy terus mengomel dalam hati, menasehati dirinya sendiri.

Ia mulai menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan, berusaha menata hatinya.

"Sepi ya, biar aku menyalakan musik." Timmy mencoba mencairkan suasana.

Li Xiao Le mengangguk. Tangan Timmy menyahut remot, dan musik pun mengalun dengan indah setelah dia menekan tombol on.

Sial!

Alunan musik romantis malah semakin membuat suasana menjadi sangat syahdu, dan mengaduk-aduk perasaan mereka membuat suasana semakin canggung.

'Hah, sudah cukup! Ini benar-benar sangat canggung, lebih baik aku pergi saja.' Li Xiao Le kembali berbicara dalam hati.

"Umm … sepertinya aku sudah lama tinggal di rumahmu, sebaiknya sekarang aku pulang. Mungkin kakek sudah menyuruh para pengawal mengobrak abrik seluruh isi kota untuk mencariku."

Li Xiao Le pamit, dia merasa tidak nyaman dengan suasana yang ada.

Tapi begitu dia berdiri, dia malah kehilangan keseimbangan, tubuhnya terhuyung dan jatuh menimpa Timmy.

Bibirnya yang dipoles dengan lipstik warna nude, nyaris mendarat di bibir Timmy, jika dia tidak berhasil mendaratkan telapak tangan di sofa untuk menyangga tubuh.

Mereka membeku, di saat tatapan beradu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodoh Pilihan Dewa   66. Biarkan Aku Menemuinya, atau Aku Akan Mati

    Di salah satu ruangan hotel Li Xiao Le masih menangis tersedu-sedu sembari memegangi dadanya sebelah kiri.Bukan hanya dadanya yang sakit, serpihan ingatan samar saat mengenakan gaun pengantin juga datang silih berganti dengan tidak jelas, membuat kepalanya seperti ditusuk serpihan duri.Dia terus meraung kesakitan membuat orang yang menjaganya khawatir.Namun, saat melapor kepada kakek Li, mereka hanya mendapatkan cibiran kental."Biarkan saja."Kakek Li mengira Li Xiao Le menggunakan sedikit trik untuk mencoba melarikan diri.Kekek Li sudah tidak bisa mentolerir lagi, terlebih keluarga Zhang terus mendesak dan mempertanyakan status Li Xiao Le dengan Timmy.Kemunculan Li Xiao Le di layar kaca bersama Timmy saat menghadiri acara award, dan juga ketika Li Xiao Le mencium Timmy agar dibelikan jagung bakar itu juga tertangkap oleh kamera.Dan sekarang menjadi topik menggemaskan para fans di dunia maya.Terlebih saat aksi kejar-kejaran Li Xiao Le dengan Timmy kala meminta kaos di pelatara

  • Jodoh Pilihan Dewa   65. Berjuang

    Suasana ricuh tak bisa dielakkan sesampainya Timmy di Lianchen hotel.Wei Lian dan Wang Wei yang berjalan di depan segera menjejak dan memberi pukulan pada anak buah kakek Li yang mencoba menghalangi langkah Timmy untuk menemui istrinya.Timmy masih berjalan dengan tenang juga langkah yang lebar, ujung mantel abu-abu selutut yang ia kenakan bergerak melambai mengikuti irama langkah kakinya yang jenjang.Kilat matanya yang tajam fokus menatap ke depan, seakan tidak terpengaruh oleh baku hantam dua pengawalnya yang sedang membukakan jalan untuknya.Anak buah kakek Li kian berdatangan, Wei Lian dan Wang Wei semakin sibuk berbaku hantam di lobi hotel dengan begitu ricuh.Timmy pun juga sudah tidak bisa tinggal diam, kakinya segera menjejak setiap orang yang berusaha menghalangi.Tangan kokok yang ia miliki juga bergerak lincah menghantam wajah, punggung, dan apapun yang bisa dia hantam untuk memuluskan perjalanannya menemui sang istri demi mencegah pernikahan tidak masuk akal itu terjadi.

  • Jodoh Pilihan Dewa   64. Selamatkan Kota Dulu

    Senyum Timmy masih melengkung indah tatkala mengingat wajah cantik yang tersipu setelah kecupan lembutnya dini hari tadi.Jantungnya berdebar ….Sebahagia ini membuat Li Xiao Le senang.Terlebih saat Gendut menyerahkan hasil tes kesehatan Li Xiao Le.Meskipun sudah tahu bahwa Li Xiao Le hamil, tapi bukti otentik ini masih saja menimbulkan ekspresi histeria di wajah Timmy.Itu adalah senjata kuat untuk memenangkan hati kakek Li.'Aku akan segera menjemputmu Xiao Le.'"Cie... cie… ada yang berbunga-bunga nih, mau jadi ayah," ledek Gendut dengan ekspresi nyinyir.Timmy sangat bahagia hingga tak dapat menahan diri untuk menggila.Dipeluknya tubuh gempal gendut sembari tertawa lebar penuh suka cita."Ahahaha… astaga Bos, apa yang kamu lakukan? Nyonya Li bisa salah paham jika melihatmu seperti ini," pekik Gendut melihat tingkah majikannya yang seperti kejatuhan durian runtuh.Tapi bukannya melepas pelukannya Timmy justru mengguncang-guncang tubuh Gendut dengan gemas, hingga tubuh gempal it

  • Jodoh Pilihan Dewa   63. Di Kehidupan Ini Timmy Harus Mendapatkan Kesengsaraan

    Para penjaga mengira Li Xiao Le akan kabur. Membuat Li Xiao merengut sebal, dan mulai mengiba memelas."Kak Timmy, aku tidak bisa ke situ. Cepat ke sini!"Timmy tersenyum dan mendekat membawa paper bag di tangannya.Tanpa memperdulikan dua pengawal yang mengawasinya, Li Xiao Le memeluk Timmy dengan erat dan menghirup dalam-dalam aroma maskulin yang sangat ia rindukan.Timmy kembali tersenyum dan mencium puncak kepala Li Xiao Le. "Aku membawakan apa yang kamu minta.""Terima kasih, tapi biarkan aku seperti ini dulu, aku sangat merindukanmu.""Aku juga, bagaimana kabarmu dua hari ini? Apa masih mual-mual?""Hanya di pagi hari saja, selebihnya aku baik-baik saja.""Oh ya, aku juga membawakanmu vitamin sesuai dengan resep dokter Han, jangan lupa meminumnya secara teratur ya.""Aku sudah tidak sakit, kenapa harus minum obat?""Bukan obat, ini cuma vitamin, supaya kamu kuat dan tidak gampang pingsan seperti kemarin. Aku sangat khawatir jika kamu gampang sakit.""Iya, iya, aku akan meminumny

  • Jodoh Pilihan Dewa   62. Mempermudah Jalan

    Dua hari Li Xiao Le sudah merasa sangat tenang, batang hidung Zhang Zui tak lagi tampak di kediaman keluarga Li. Tapi ada hal lain yang justru mengusik kedamaiannya. Ngidamnya mulai tak aturan. Pukul dua dini hari dia masih marah-marah menginginkan makanan tertentu, membuat para pelayan puyeng. Sementara di sisi lain Timmy baru saja selesai menghadiri acara, perasaannya sedikit terusik dan sangat ingin menghubungi Li Xiao Le. Namun, bukan hanya tidak mendapatkan sapaan sayang, Timmy justru menemukan suara yang melengking-lengking menusuk pendengaran. "Xiao Le, kamu ini kenapa? Pagi-pagi buta begini berteriak-teriak seperti itu, kenapa kamu belum tidur?" tanya Timmy sambil menjauhkan ponselnya dari daun telinga. "Tentu saja belum tidur, kalau sudah, mana mungkin aku bisa menjawab panggilanmu. Sudah aku bilang aku tidak mau ayam seperti itu!" "Xiao Le, kamu ini bicara apa?" Timmy semakin bingung dengan teriakan tidak jelas Li Xiao Le. "Eh, maaf, maaf, bukan kamu, tapi aku sedang

  • Jodoh Pilihan Dewa   61. Haruskah Menyelinap Seperti Pencuri

    Kakek Li kembali ingin memukul Li Xiao Le, tapi saat itu Zhang Zui tertatih keluar dari toilet, perhatiannya terpecahkan kemudian menurunkan tongkatnya."Xiao Zhang, bagaimana keadaanmu?" tanya kakek Li pelan dengan suara sangat prihatin.Zhang Zui belum bisa menjawab lantaran napasnya tersengal, juga saking lemasnya akibat menguras seluruh isi perut selama satu jam lebih."Lihat, kelakuanmu pada calon suamimu, dia sampai lemas seperti itu." Kakek Li tidak berhenti merutuki Li Xiao Le.Li Xiao Le mengintip Zhang Zui yang duduk lemas tidak berdaya, lengkap dengan wajah pucatnya di atas sofa."Maaf," ucap Li Xiao Le pelan dari balik tubuh kakaknya."Apa begitu caramu meminta maaf pada calon suamimu?" bentak kakek Li."Aku takut dipukul Kakek kalau mendekat ke situ, dari tadi Kakek ingin memukulku 'kan!""Haish… kamu ini…." Kakek Li melayangkan tongkatnya ke udara lagi, kembali ingin memukul Li Xiao Le yang bersembunyi di belakang tubuh kakaknya."Jangan pukul dia, Kek!" Zhang Zui bersua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status