Home / Romansa / Jodoh Salah Akad / Malam Pengantin?

Share

Malam Pengantin?

Author: Merry Heafy
last update Last Updated: 2025-02-04 00:35:44

"Selamat, Bastian! Semoga pernikahanmu langgeng sampai akhir hayat," ucap teman-teman Bastian pada pria itu.

Satu persatu tamu undangan mulai naik ke pelaminan untuk memberikan ucapan selamat pada kedua mempelai pengantin.

“Selamat ya, semoga langgeng!” 

Entah tamu ke berapa yang sudah mengucapkan selamat pada Yasmin dan Bastian. 

Tanpa beban, Yasmin menyahut satu persatu ucapan selamat dari para tamu itu dengan senyuman manisnya. 

Yasmin tak bisa mengacaukan hari bahagia tersebut. Gadis itu tahu betul bagaimana rasanya saat melihat pernikahannya hancur. Yasmin tak mau orang-orang yang ada di gedung tersebut ikut merasakan kekecewaan yang ia alami karena kegagalan pernikahan. Yasmin sudah bertekad untuk tidak merusak acara ini.

Yasmin terus tersenyum dan menyambut semua ucapan selamat dari orang-orang asing itu. Perlahan, Yasmin mulai menikmati acara pernikahan itu. Yasmin bahkan merasa sedikit terhibur. Pernikahan gadis itu tidak sepenuhnya hancur. Walaupun tersesat di acara pernikahan orang lain, tapi Yasmin tetap menjadi pengantin yang bersinar di acara pernikahan pada hari itu.

"Jadi gini ya rasanya duduk di pelaminan dan jadi bintang acara di hari pernikahan?" batin Yasmin. 

Kalau saja acara pernikahannya dengan Aditya berjalan lancar hari ini, Yasmin pasti juga bisa merasakan hal ini bersama dengan Aditya. Kalau saja Aditya dan Bella tidak berbuat ulah, Yasmin pasti juga akan menerima banyak ucapan selamat dari tamu undangan, sama seperti ucapan selamat yang ia dapatkan saat ini. 

Jika calon suami dan ibunya tidak membuat masalah, hari ini pasti menjadi hari istimewa yang paling membahagiakan dalam hidup Yasmin.

"Nggak apa-apa, Yasmin! Kamu memang nggak jadi nikah sama Aditya, tapi kamu masih bisa ngerasain jadi pengantin selama sehari," batin Yasmin.

Yasmin makin larut dalam acara tersebut, hingga gadis itu hampir lupa dengan kegagalan pernikahan yang baru saja dialaminya. Layaknya pengantin pada umumnya, Yasmin terus tersenyum untuk menunjukkan kebahagiaannya di hari yang spesial itu.

Tak terasa, akhirnya acara resepsi pernikahan yang digelar dengan megah di aula tersebut bisa selesai dengan lancar tanpa masalah sedikitpun. Tak ada satu pun orang yang curiga pada Yasmin sampai semua tamu undangan berhamburan meninggalkan gedung acara.

"Kalian pasti capek, kan, Bastian, Anggi?" tanya Marissa pada Bastian dan Yasmin. "Kalian bisa langsung istirahat. Kamar untuk kalian sudah kami siapkan," sambungnya.

"Kamar?" Wajah Yasmin langsung berubah merah padam. "Aku harus pergi ke kamar sama laki-laki bernama Bastian ini?" batin Yasmin.

"Kalian bisa pergi ke kamar sekarang. Selamat menikmati malam pertama kalian ya," ucap Marissa pada Yasmin dan Bastian.

Jantung Yasmin langsung berdegup kencang. Gadis itu kembali dilanda kepanikan.

Marissa sendiri yang mengantar Yasmin dan Bastian menuju kamar, jadi mau tak mau Yasmin harus ikut pergi ke kamar pengantin. Pintu langsung terkunci rapat, begitu Yasmin dan Bastian masuk ke ruangan yang sudah dihias dengan penuh bunga dan wewangian, layaknya kamar pengantin pada umumnya.

"Aku harus ngapain sekarang?" batin Yasmin. "Apa aku harus kasih malam pertama aku sama orang asing ini?"

Tubuh Yasmin gemetaran. Gadis itu duduk di ranjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Yasmin juga tak berani menatap Bastian. 

"Bisa kita mulai sekarang?"

Ucapan Bastian membuat jantung Yasmin hampir melompat dari rongga dadanya. Gadis itu sontak mendongakkan kepalanya, kemudian menatap Bastian yang mulai membuka kancing baju satu persatu.

Yasmin mulai was-was. Gadis itu ketakutan saat melihat Bastian membuka pakaian.

"Kenapa dia buka baju? Apa Aku beneran harus ngelakuin hal 'itu' sekarang juga sama dia di sini?" batin Yasmin.

"T–tunggu sebentar ...."

Dada Yasmin terasa sesak. Wajah gadis itu makin memerah begitu ia menyaksikan pemandangan yang menggairahkan di depan matanya.

Yasmin menelan ludah dengan susah payah begitu ia disuguhi tubuh gagah Bastian. Gadis itu tak bisa mengalihkan pandangannya saat disuguhi dada bidang Bastian dan perut sixpack pria itu.

"Astaga, badannya bagus banget! Cowok ini pasti rajin nge-gym," batin Yasmin tersipu.

Perlahan, pria itu mulai mendekati Yasmin. Tubuh Yasmin refleks menjauh, tapi Bastian terus melangkah maju, bak magnet yang siap untuk menempel di tubuh Yasmin.

"T–tunggu ...." Dengan terbata-bata, Yasmin berusaha menghentikan pria itu, tapi Bastian tak mau mendengarkan Yasmin. Pria itu terus mendekat dan makin dekat dengan wajah Yasmin. 

Yasmin makin dibuat panik. Gadis itu pasrah dan mulai memejamkan mata rapat-rapat.

“Apa malam ini aku benar-benar akan menghabiskan malam pertama dengan laki-laki ini?’ batin Yasmin.

Yasmin masih memejamkan mata. Mungkin tak lama lagi, gadis itu akan menerima kecupan. Yasmin merasa gugup dan takut, tapi tanpa sadar gadis itu juga mulai menantikan sentuhan dari Bastian.

"Tenang, Yasmin! Kamu pasti bisa melewati ini. Kamu pasti bisa," batin Yasmin berusaha menenangkan diri.

Wajah Bastian makin dekat dengan bibir Yasmin. Jarak wajah mereka hanya tersisa beberapa senti saja.

"Kamu pikir aku akan nyentuh kamu?"

Yasmin terperanjat. Gadis itu langsung membuka mata lebar-lebar begitu ia mendengar suara Bastian.

"Aku nggak akan ngelakuin apa pun sama kamu," bisik Bastian, seraya melempar tatapan tajam pada Yasmin. "Lagipula, pernikahan kita hanyalah sebuah perjanjian demi status," sambungnya.

Yasmin terdiam. Gadis itu beradu pandang dengan Bastian dalam jarak yang begitu dekat, hingga Yasmin dapat merasakan nafas Bastian saat pria itu berbicara padanya.

"Apa maksudnya? Dia menikah cuma demi status?" batin Yasmin tak mengerti dengan arti ucapan Bastian.

Kalimat yang diucapkan oleh Gerard sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang pengantin baru. 

"Cuma karena kita udah menikah, jangan kamu pikir kamu benar-benar bisa menjadi istri aku," sinis Bastian. "Di depan semua orang, kamu memang istriku. Tapi di mata aku, kamu bukan siapa-siapa. Kamu cuma istri di atas kertas. Kamu nggak perlu ngelakuin kewajiban kamu sebagai istri, dan aku juga nggak akan memenuhi kewajiban aku sebagai suami. Kita jalani hidup kita masing-masing setelah ini."

"Jangan berani berharap lebih! Aku nggak akan kasih apa pun lagi ke kamu. Jangan harap aku akan tergoda untuk menyentuhmu," cibir Bastian. "Uang yang aku kasih ke kamu udah cukup banyak, kan? Uang itu mungkin cukup untuk biaya hidup kamu selama satu tahun ke depan."

"Uang apa maksud kamu?" tanya Yasmin mulai bersuara.

Bastian memicingkan mata. "Pertanyaan konyol macam apa ini? Kamu udah ambil uangnya, dan sekarang kamu pura-pura bodoh di depan aku? Kamu pikir aku akan kasih kamu tambahan uang lagi?" sungut Bastian. "Kamu harus sadar diri! Aku udah berbaik hati ngasih uang dengan jumlah yang banyak cuma buat gadis murahan seperti kamu. Sekarang kamu masih berani minta uang lagi sama aku?"

Tangan Yasmin mengepal kuat. Makin lama, perkataan Bastian makin kasar dan keterlaluan.

"Aku nggak akan bayar mahal buat gadis murahan seperti kamu yang rela ngelakuin apa aja demi uang. Aku udah dapat status pernikahan dari kamu, dan kamu juga udah dapat uang dari aku. Urusan kita udah selesai."

Plak!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (18)
goodnovel comment avatar
haniah Nia
pedas banget mulut kamu ya bastian, yasmin yang engga tau apa apa malah kamu hina seperti itu
goodnovel comment avatar
Endah Spy
gimana yasmin tahu lah bastian soal uang itu, lagian kan yang menerima bukan yasmin kamu aja yang salah orang yasmin dikira si anggi hadehh
goodnovel comment avatar
Lita Lito
ucapan bastian tajam ngalahin belati.. yakin sabar ya semoga km bida lewati cobaan ini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jodoh Salah Akad   Bab 21

    21)Ponsel itu kini tergeletak di atas ranjang, terhubung dengan kabel charger yang sudah dilepaskan. Lampu layar menyala penuh.Yasmin menatapnya, jantungnya sedikit berdebar. Ada rasa takut. Ada rasa penasaran. Tapi ia tahu, cepat atau lambat, ia harus menghadapi semua ini. Ia tak bisa terus-terusan lari dari semua masalah yang sedang terjadi. Ia menghela napas panjang. Jemarinya sedikit gemetar saat meraih ponsel itu.Satu per satu notifikasi mulai berdatangan begitu ia membuka layar. Puluhan pesan. Dari berbagai orang. Dari berbagai aplikasi.Yasmin mengabaikan semuanya untuk sekarang. Fokusnya hanya satu yaitumencari tahu kabar tentang butiknya.Ia membuka aplikasi pesan, mencari nama yang selama ini selalu jadi sandarannya."Mey …," bisiknya lirih, merasa sedikit lega saat menemukan nama itu.Tanpa banyak berpikir, Yasmin menekan ikon telepon.Nada sambung berdentang di telinganya, membuatnya semakin tegang.Satu detik. Dua detik. Tiga detik.“Halo?” Suara di seberang langsung

  • Jodoh Salah Akad   Bab 20

    20)“Jadi, kamu nggak ada niat honeymoon sama sekali?”Randy meletakkan sendok garpu di sisi piringnya. Restoran tempat mereka makan siang kala itu cukup mewah, dengan lampu gantung kristal yang mengayun pelan di atas meja bundar berlapis linen putih. Bastian menyesap kopinya, tenang.“Honeymoon itu buang waktu, Pa.”“Buang waktu?” Randy menaikkan alisnya. “Kamu nikah buat kerja atau buat hidup?”“Dua-duanya,” jawab Bastian datar.“Banyak proyek besar yang sedang antre untuk aku tangani. Jadi, aku nggak bisa ninggalin semuanya ke tim. Beberapa kesepakatan butuh aku sendiri yang handle.”Suara Randy mengembus napas panjang. “Tapi kamu baru saja menikah, Bastian. Gimana dengan Gita? Apa dia baik-baik saja saat kamu bilang akan masuk kerja lagi?”Bastian hanya mengangkat bahu.“Entahlah. Dia nggak berkomentar apa pun. Lagipula, Gita bisa tinggal dan istirahat di rumah dengan nyaman, Pa. Aku pastikan semua kebutuhannya terpenuhi.”“Dan kamu?” tanya Randy lebih pelan.Alis Bastian sedikit

  • Jodoh Salah Akad   Bab 19

    19)Tangan Yasmin masih memegang kardus besar itu ketika matanya terpaku pada lemari putih di hadapannya. Permukaannya mengilap, dengan ukiran lembut di tepinya. Ia membuka salah satu pintu lemari itu perlahan, aroma kayu dan sabun pelembut kain menyeruak keluar, menyambutnya dengan hangat."Pelan-pelan, Yasmin," gumamnya sendiri, menahan napas panjang.Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mulai memindahkan satu per satu bajunya dari dalam kardus. Lipatan rapi, aroma lavender dari pengharum lemari yang dia sering pakai di rumah semuanya mengoyak memori. Ada sehelai sweater biru tua, pemberian sang Mama. Sebuah gaun putih yang ia beli sendiri saat berulang tahun ke-23. Ia menggantungkan setiap helai dengan hati-hati, seolah sedang merakit kembali identitas yang sempat tercerabut.Di dasar kardus, terselip sebuah pouch kecil berisi skincare dan makeup, maskara favoritnya, concealer yang hampir habis, lip balm yang sering ia pakai sebelum tidur. Ia tersenyum tipis, matanya sempat berkaca.

  • Jodoh Salah Akad   Bab 18

    18)“Paketnya sudah sampai, Tuan,” ujar Mbak Rina sembari memegang kunci gerbang di tangannya. Napasnya masih tersengal, tanda ia baru saja menyambut truk yang datang.Yasmin berdiri terpaku di depan jendela, tangannya masih menggenggam mug cokelat panas yang belum sempat disentuh. Tatapannya tertuju pada petugas pengantar barang yang menurunkan beberapa koper dan kardus besar ke halaman rumah.“Kiriman dari Pak Pram, sepertinya,” gumam Bastian di sampingnya. Ia baru saja turun dari tangga, sudah mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam dengan jam tangan perak di pergelangan kirinya.Yasmin mengangguk pelan. “Kamu kasih alamat ini ke Papa?” tanyanya tanpa menoleh.“Saya tulis semalam. Saya pikir kamu akan butuh barang-barangmu, cepat atau lambat.”Suasana jadi hening sesaat. Hanya suara burung dan derik roda koper yang terdengar di luar.“Saya minta kamu santai aja beresinnya,” kata Bastian lagi, nadanya lembut. “Kalau kamu butuh bantuan buat beresin ini semua, suruh aja Mbak

  • Jodoh Salah Akad   Bab 17

    17)Suara pecahan kaca masih terngiang di telinga Bastian ketika ia mendorong pintu kamar tanpa pikir panjang. Jantungnya menghentak keras seakan akan meledak.Bastian mendobrak pintu begitu mendengar suara pecahan kaca. Napasnya memburu, matanya liar menyapu seluruh ruangan. Ia menemukan Yasmin sedang berjongkok di dekat meja rias, memunguti pecahan vas kaca yang berserakan di lantai.“Yasmin!”Langkahnya terhenti begitu melihat Yasmin berjongkok di lantai, memunguti pecahan kaca vas yang berserakan. Jemarinya gemetar, ada goresan merah di telunjuk kirinya, dan satu pecahan kecil masih menempel di kulitnya.“Astaga, Yasmin—jangan!”Bastian langsung menghampiri, meraih pergelangan tangan Yasmin sebelum ia sempat mengambil pecahan berikutnya. Sentuhannya membuat Yasmin tersentak, tubuhnya menegang, napasnya tercekat.“Aku… maaf,” gumamnya. “Tadi aku nggak sengaja—vasnya jatuh.”Bastian menatap mata Yasmin yang tampak lelah, sembap, tapi tak ada jejak histeria di sana. Hanya kesedihan y

  • Jodoh Salah Akad   Bab 16

    16)Yasmin berlalu begitu saja tanpa menoleh lagi. Kepalanya tegak, tapi ada air mata yang masih menetes pelan di sepanjang pipinya. Langkah kakinya terasa berat. Ia bahkan tidak sempat melirik ke arah barang-barangnya yang masih terserak di kamar.Bella masih duduk di sofa, tatapannya membakar punggung Yasmin dengan amarah yang belum juga reda. Tapi kini tak ada yang mendengarkannya lagi.Bastian menyusul Yasmin dengan langkah panjang, menyamai kecepatan wanita itu tanpa bersuara. Tak ada yang dikatakannya, tak ada nasihat atau teguran. Dia hanya berjalan di belakang, seperti bayangan yang setia mengikuti cahaya.Di dalam rumah, Pram masih berdiri. Pandangannya tidak beranjak dari wajah Bella yang tampak kalut, kusut, dan kehilangan kendali.“Kamu bahkan tidak berniat sedikit pun meminta maaf pada Yasmin” ucap Pram dingin. “Padahal kamu yang paling bersalah di sini, bukankah setidaknya kamu minta maaf padanya?”Bella mendongak, napasnya memburu. “Haruskah aku melakukan itu, Pram, sem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status