Share

Salah Orang

Author: Merry Heafy
last update Last Updated: 2025-02-04 00:40:26

“Kamu!” sentak Bastian melotot tajam ke arah Yasmin.

Yasmin melayangkan tamparan kencang ke wajah Bastian, hingga membuat pipi pria tampan itu memerah. Kalimat Bastian yang terlalu kasar membuat Yasmin tak bisa menahan diri.

"Jangan kurang ajar, ya! Kamu pikir aku perempuan mata duitan?" omel Yasmin. "Aku nggak paham maksud perkataan kamu dan aku juga nggak pernah nerima uang sepeser pun dari kamu."

Bastian mengusap pipinya yang terasa perih karena tamparan dari Yasmin. Pria itu terus menatap Yasmin dengan sorot mata penuh amarah.

"Dia pikir aku ngelakuin pernikahan ini demi uang? Padahal aku nggak terima uang dari dia sama sekali, kenapa dia seenaknya saja ngerendahin aku dan ngata-ngatain aku?" batin Yasmin geram.

"Dasar munafik!" gerutu Bastian.

"Apa kamu bilang?" sungut Yasmin makin tidak terima mendengar Bastian menyebut dirinya munafik.

"Kenapa? Kamu tersinggung?" cibir Bastian. "Kamu seneng 'kan nyari uang pakai cara kotor seperti ini?"

Yasmin mengerutkan kening. "Aku? Nyari uang? Harus aku bilang berapa kali sama kamu kalau aku nggak pernah terima uang dari kamu!" seru Yasmin kehabisan kesabaran. 

Bastian tersenyum sinis. Pria itu tak berhenti mengatakan hal buruk tentang Yasmin, meskipun Yasmin sudah berusaha memberikan penjelasan mengenai uang yang dibahas oleh Bastian.

Bastian tidak memercayai perkataan Yasmin sedikitpun. Pria itu merasa ia sudah mengeluarkan banyak uang untuk diberikan pada Yasmin sebagai imbalan, karena gadis itu bersedia untuk menikah dengannya.

"Aku nggak punya waktu buat ngeladenin perempuan seperti kamu! Silakan kamu cari cara lain buat nyari uang tambahan. Jangan kamu pikir, kamu bisa memeras dompetku lagi."

Bastian kembali mengenakan pakaiannya, kemudian bergegas pergi meninggalkan kamar pengantin tersebut.

"Tunggu sebentar! Aku belum selesai bicara! Aku berani sumpah aku nggak nerima uang dari kamu! Aku juga nggak kenal sama kamu! Hei!" teriak Yasmin.

Bastian sama sekali tidak menggubris. Pria itu meninggalkan Yasmin di malam pertama mereka. Bastian segera menuju ke sebuah bar yang berada tak jauh dari hotel, sementara Yasmin menghabiskan waktunya sendiri di dalam kamar pengantin.

Gadis itu duduk sendirian dengan pakaian pengantin yang masih membalut tubuhnya. "Apa yang harus aku lakuin sekarang?" gumam Yasmin.

Setelah pernikahannya dengan Aditya dibatalkan, Yasmin justru terjebak dalam masalah lain yang lebih rumit. "Aku nggak beneran nikah sama laki-laki yang namanya Bastian itu, kan? Pernikahan kami harusnya nggak sah, kan?" oceh Yasmin bingung.

"Aku harus ngapain sekarang? Apa lebih baik aku pergi dari sini? Tapi aku harus ke mana? Aku nggak mungkin pulang ke rumah Mama."

Yasmin makin dibuat galau. Gadis itu juga sudah lelah menjadi pengantin sepanjang hari.

"Gimana nasib aku ke depannya?"

Untuk sementara, Yasmin akan beristirahat di kamar pengantin tersebut, sampai ia membuat rencana. Ia tak bisa melakukan apa pun, apalagi pergi dari kamar itu. 

“Bodoh! Aku memang bodoh! Kenapa aku baru sadar nggak bawa apa pun saat pergi tadi?” rutuk Yasmin.

Dia baru menyadari kebodohannya. Tas, ponsel, maupun uang tidak dia bawa sama sekali. Yasmin kabur hanya dengan membawa tubuhnya dan gaun pengantin yang dikenakannya saja.

Di sisi lain, Bastian saat ini tengah menikmati minuman seorang diri di sebuah bar yang tidak terlalu ramai. Pria itu terus memandangi gelas minumannya tanpa berkedip.

Tanpa sengaja, Bastian melirik ke arah cincin yang tersemat di jari manisnya. Pria itu masih tak menyangka, ia sudah melepas status lajangnya, hanya demi menyenangkan kedua orang tuanya.

"Apa gunanya cincin bodoh ini? Memangnya cincin ini bisa mengubah hidup seseorang?" gumam Bastian.

Belum sempat Bastian menghabiskan minumannya, tiba-tiba seorang anak buah Bastian masuk ke dalam bar dan menghampiri sang Bos. Bawahan Bastian itu nampak tergesa-gesa saat menemui Bastian.

"Tuan, saya minta maaf karena telah mengacaukan acara pernikahan Tuan! Maafkan saya, Tuan! Saya pantas dihukum,” ucap pria itu tanpa jeda dengan raut wajah yang terlihat bersalah. 

Bastian menoleh sekilas dan bertanya dengan nada dingin. “Apa maksudmu mengacaukan pernikahanku?”

“A–anu, bukankah pernikahan Tuan dibatalkan karena pengantin wanitanya kabur? Sa–saya … baru bisa menemukan perempuan itu sejam yang lalu.” 

Bastian tersentak mendengar pengakuan bawahannya itu. 

“Apa maksudmu?!” Kening Bastian mengernyit dalam.

Belum terjawab rasa ingin tahunya, salah seorang anak buahnya datang dan menyeret seorang perempuan dengan paksa.

“Cepat minta maaf pada Tuan!” seru pria yang baru datang itu.

Gadis itu lantas bersimpuh mendekati tempat duduk Bastian. Rencananya untuk kabur dari pernikahan itu gagal dan tentu saja dia akan mendapatkan hukuman dari pria yang sudah membayarnya cukup mahal.

“Tuan, tolong maafkan saya! Tolong beri saya kesempatan untuk memperbaiki semuanya, Tuan! Saya mengaku salah karena saya berniat kabur dan membawa uang pemberian Tuan. Tolong lepaskan saya kali ini saja!” pinta perempuan itu memelas.

Bastian seketika menyadari sesuatu yang tidak beres sudah terjadi pada acara pernikahannya hari ini.

“Jadi kamu yang bernama Anggi?” tanya Bastian pada perempuan yang masih duduk berlutut di bawah kursi yang diduduki Bastian.

“Be–benar, Tuan,” sahut perempuan bernama Anggi itu dengan suara lemah. 

“Jelaskan apa yang terjadi?” Bastian menatap tajam kedua anak buahnya dan Anggi secara bergantian. 

"Maafkan kami, Tuan, jika kami lebih waspada mungkin perempuan ini tidak akan kabur dan mengacaukan pernikahan Tuan hari ini.” Kedua anak buah Bastian menutup penjelasannya dengan ucapan maaf. 

Bastian mengerutkan kening. Kini dia sudah mengerti situasinya. Jika perempuan yang dia sewa untuk menjadi mempelainya ada di sini, lalu siapa perempuan yang menjadi mempelainya tadi dan saat ini sedang berada di kamar pengantinnya.

Bastian terkejut bukan main menyadari fakta itu. Pria itu bangkit dari bangkunya, kemudian melempar gelas yang ada di genggamannya.

"Dasar tidak becus!” maki Bastian pada kedua anak buahnya yang hanya bisa menundukkan wajah. “Kalian urus perempuan ini, jangan biarkan perempuan ini kabur lagi!" perintahnya kemudian.

Pria itu terdiam sejenak di tempatnya. Bastian membulatkan mata lebar-lebar begitu ia teringat pada sosok wanita yang kini berada di kamarnya.

"Siapa yang menikah denganku? Siapa perempuan yang duduk di pelaminan denganku tadi? Siapa ... perempuan yang ada di kamar pengantin saat ini?” gumam Bastian.

Bastian melangkahkan kakinya menuju ke kamar hotel dan mencari tahu penjelasan dari gadis itu. Kini dia paham kenapa gadis itu memberontak saat dia bawa, dan bersikeras kalau tidak pernah menerima uang darinya. Dia sudah salah paham, dan Bastian harus mencari tahu identitas mempelai wanitanya yang dia nikahi siang tadi.

Pintu kamar terbuka dan Bastian menyaksikan sosok wanita itu sedang terpaku pada layar televisi. Bahkan sampai tidak menyadari kedatangannya.

“Siapa kamu sebenarnya?” Bastian tiba-tiba saja sudah berada di jarak yang cukup dekat dengan Yasmin, hingga wanita cantik yang masih dibalut gaun pengantin itu terperanjat.

Yasmin tak menjawab. Air matanya justru deras mengalir tanpa henti. 

Tangannya menunjuk ke layar televisi seraya bergumam. “Mereka jahat!” 

Bastian mengerutkan dahi tak mengerti maksud perkataan Yasmin. 

“Aku tanya sekali lagi, kamu siapa? Nama kamu? Rumahmu di mana? Kenapa kamu berkeliaran dengan gaun pengantin seperti itu, hm?” Mendadak Bastian jadi salah tingkah. Ini kali pertamanya dalam hidup menghadapi perempuan yang sedang menangis.

Yasmin justru terisak semakin keras, dan membuat Bastian kalang kabut.

“Astaga …!” Bastian menepuk keningnya pelan dan mau tak mau berusaha menenangkan tangis Yasmin dengan meraihnya dalam pelukan. 

*

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Endah Spy
ya kan bastian, kamu salah orang kan .. sekarang yasmin nangis kaya gitu .. makanya jangan suka ngata2in dulu ..
goodnovel comment avatar
Attin26
hayooo looo, Bastian salah orang. mana yasmin pake acara nangis lagi. tanggung jawab tuh bastian, bikin yasmin ketawa lagi... kaya nya mereka jodoh beneran deh ...
goodnovel comment avatar
Adiba Azzahra
ini nih definisi jodoh ngga ada yg tau wkwk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jodoh Salah Akad   Bab 21

    21)Ponsel itu kini tergeletak di atas ranjang, terhubung dengan kabel charger yang sudah dilepaskan. Lampu layar menyala penuh.Yasmin menatapnya, jantungnya sedikit berdebar. Ada rasa takut. Ada rasa penasaran. Tapi ia tahu, cepat atau lambat, ia harus menghadapi semua ini. Ia tak bisa terus-terusan lari dari semua masalah yang sedang terjadi. Ia menghela napas panjang. Jemarinya sedikit gemetar saat meraih ponsel itu.Satu per satu notifikasi mulai berdatangan begitu ia membuka layar. Puluhan pesan. Dari berbagai orang. Dari berbagai aplikasi.Yasmin mengabaikan semuanya untuk sekarang. Fokusnya hanya satu yaitumencari tahu kabar tentang butiknya.Ia membuka aplikasi pesan, mencari nama yang selama ini selalu jadi sandarannya."Mey …," bisiknya lirih, merasa sedikit lega saat menemukan nama itu.Tanpa banyak berpikir, Yasmin menekan ikon telepon.Nada sambung berdentang di telinganya, membuatnya semakin tegang.Satu detik. Dua detik. Tiga detik.“Halo?” Suara di seberang langsung

  • Jodoh Salah Akad   Bab 20

    20)“Jadi, kamu nggak ada niat honeymoon sama sekali?”Randy meletakkan sendok garpu di sisi piringnya. Restoran tempat mereka makan siang kala itu cukup mewah, dengan lampu gantung kristal yang mengayun pelan di atas meja bundar berlapis linen putih. Bastian menyesap kopinya, tenang.“Honeymoon itu buang waktu, Pa.”“Buang waktu?” Randy menaikkan alisnya. “Kamu nikah buat kerja atau buat hidup?”“Dua-duanya,” jawab Bastian datar.“Banyak proyek besar yang sedang antre untuk aku tangani. Jadi, aku nggak bisa ninggalin semuanya ke tim. Beberapa kesepakatan butuh aku sendiri yang handle.”Suara Randy mengembus napas panjang. “Tapi kamu baru saja menikah, Bastian. Gimana dengan Gita? Apa dia baik-baik saja saat kamu bilang akan masuk kerja lagi?”Bastian hanya mengangkat bahu.“Entahlah. Dia nggak berkomentar apa pun. Lagipula, Gita bisa tinggal dan istirahat di rumah dengan nyaman, Pa. Aku pastikan semua kebutuhannya terpenuhi.”“Dan kamu?” tanya Randy lebih pelan.Alis Bastian sedikit

  • Jodoh Salah Akad   Bab 19

    19)Tangan Yasmin masih memegang kardus besar itu ketika matanya terpaku pada lemari putih di hadapannya. Permukaannya mengilap, dengan ukiran lembut di tepinya. Ia membuka salah satu pintu lemari itu perlahan, aroma kayu dan sabun pelembut kain menyeruak keluar, menyambutnya dengan hangat."Pelan-pelan, Yasmin," gumamnya sendiri, menahan napas panjang.Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mulai memindahkan satu per satu bajunya dari dalam kardus. Lipatan rapi, aroma lavender dari pengharum lemari yang dia sering pakai di rumah semuanya mengoyak memori. Ada sehelai sweater biru tua, pemberian sang Mama. Sebuah gaun putih yang ia beli sendiri saat berulang tahun ke-23. Ia menggantungkan setiap helai dengan hati-hati, seolah sedang merakit kembali identitas yang sempat tercerabut.Di dasar kardus, terselip sebuah pouch kecil berisi skincare dan makeup, maskara favoritnya, concealer yang hampir habis, lip balm yang sering ia pakai sebelum tidur. Ia tersenyum tipis, matanya sempat berkaca.

  • Jodoh Salah Akad   Bab 18

    18)“Paketnya sudah sampai, Tuan,” ujar Mbak Rina sembari memegang kunci gerbang di tangannya. Napasnya masih tersengal, tanda ia baru saja menyambut truk yang datang.Yasmin berdiri terpaku di depan jendela, tangannya masih menggenggam mug cokelat panas yang belum sempat disentuh. Tatapannya tertuju pada petugas pengantar barang yang menurunkan beberapa koper dan kardus besar ke halaman rumah.“Kiriman dari Pak Pram, sepertinya,” gumam Bastian di sampingnya. Ia baru saja turun dari tangga, sudah mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam dengan jam tangan perak di pergelangan kirinya.Yasmin mengangguk pelan. “Kamu kasih alamat ini ke Papa?” tanyanya tanpa menoleh.“Saya tulis semalam. Saya pikir kamu akan butuh barang-barangmu, cepat atau lambat.”Suasana jadi hening sesaat. Hanya suara burung dan derik roda koper yang terdengar di luar.“Saya minta kamu santai aja beresinnya,” kata Bastian lagi, nadanya lembut. “Kalau kamu butuh bantuan buat beresin ini semua, suruh aja Mbak

  • Jodoh Salah Akad   Bab 17

    17)Suara pecahan kaca masih terngiang di telinga Bastian ketika ia mendorong pintu kamar tanpa pikir panjang. Jantungnya menghentak keras seakan akan meledak.Bastian mendobrak pintu begitu mendengar suara pecahan kaca. Napasnya memburu, matanya liar menyapu seluruh ruangan. Ia menemukan Yasmin sedang berjongkok di dekat meja rias, memunguti pecahan vas kaca yang berserakan di lantai.“Yasmin!”Langkahnya terhenti begitu melihat Yasmin berjongkok di lantai, memunguti pecahan kaca vas yang berserakan. Jemarinya gemetar, ada goresan merah di telunjuk kirinya, dan satu pecahan kecil masih menempel di kulitnya.“Astaga, Yasmin—jangan!”Bastian langsung menghampiri, meraih pergelangan tangan Yasmin sebelum ia sempat mengambil pecahan berikutnya. Sentuhannya membuat Yasmin tersentak, tubuhnya menegang, napasnya tercekat.“Aku… maaf,” gumamnya. “Tadi aku nggak sengaja—vasnya jatuh.”Bastian menatap mata Yasmin yang tampak lelah, sembap, tapi tak ada jejak histeria di sana. Hanya kesedihan y

  • Jodoh Salah Akad   Bab 16

    16)Yasmin berlalu begitu saja tanpa menoleh lagi. Kepalanya tegak, tapi ada air mata yang masih menetes pelan di sepanjang pipinya. Langkah kakinya terasa berat. Ia bahkan tidak sempat melirik ke arah barang-barangnya yang masih terserak di kamar.Bella masih duduk di sofa, tatapannya membakar punggung Yasmin dengan amarah yang belum juga reda. Tapi kini tak ada yang mendengarkannya lagi.Bastian menyusul Yasmin dengan langkah panjang, menyamai kecepatan wanita itu tanpa bersuara. Tak ada yang dikatakannya, tak ada nasihat atau teguran. Dia hanya berjalan di belakang, seperti bayangan yang setia mengikuti cahaya.Di dalam rumah, Pram masih berdiri. Pandangannya tidak beranjak dari wajah Bella yang tampak kalut, kusut, dan kehilangan kendali.“Kamu bahkan tidak berniat sedikit pun meminta maaf pada Yasmin” ucap Pram dingin. “Padahal kamu yang paling bersalah di sini, bukankah setidaknya kamu minta maaf padanya?”Bella mendongak, napasnya memburu. “Haruskah aku melakukan itu, Pram, sem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status